10

32.1K 3.1K 39
                                    

"Hai bumil, aku gabung sini, ya?"

Seorang gadis dengan nampan di tangannya menghampiri kami dan mendaratkan tubuhnya disamping mbak Adis. Namanya Rere, salah satu staff design grafis.

"Ada apa sih, Re. Kok pada heboh?" Tanya mbak Adis.

"Pak boss buka lowongan buat sekretaris barunya. Dan dia kasih kesempatan untuk seluruh karyawan yang berminat."

"Pak Gavin?" Rere mengangguk. "Emang si Dinara kenapa?"

"Mbak gak tau gosip terbaru?" Kedua mata bulat Rere melebar tak percaya. Sementara mbak Adis mengerutkan kening tak mengerti.

Aku hanya menyimak dalam diam sambil melirik Bang Kris yang sibuk menikmati kuah bayamnya.

"Dinara sama Pak Elang kan dua bulan lagi mau nikah." Jawab Rere.

Uhukk!

Semua mata tertuju pada Bang Kris yang tiba-tiba tersedak. Kutepuk punggungnya pelan. "Pelan-pelan, bang."

Aku menyodorkan air mineral di depan Bang Kris yang langsung disambutnya. Kulihat Rere membekap mulutnya dengan ekspresi yang berubah jadi aneh seolah ia baru saja kelepasan bicara.

"Pak Elang manager QA itu kan?" Tanyaku yang dijawab anggukan kaku Rere.

Aku tau Pak Elang, dia adalah seorang manager Quality Assurance di SJA, punya tubuh yang tinggi tegap dan wajah ganteng khas pribumi. Umurnya aku taksir sekitar 35 tahunan. Aku pikir beliau sudah menikah.

Pantas saja aku sering melihat Pak Elang jalan bersama mbak Dinara. Aku baru tahu ternyata mereka punya hubungan dan akan segera menikah.

Aku paham dengan peraturan perusahaan yang tidak memperbolehkan hubungan pernikahan antar karyawan, dengan alasan itu tentu saja salah satu diantara Pak Elang atau Mbak Dinara harus keluar dari SJA. Sayang sekali, padahal keduanya punya karir yang sama-sama cemerlang.

Tapi mereka memang pasangan yang serasi. Mbak Dinara cantik, Pak Elang ganteng. Bagaimana anaknya nanti?

Kulihat mbak Adis tersenyum jahil ke arah Bang Kris yang masih asik dengan acara makannya, seolah dia tidak mendengar percakapan kami.

Ada yang aneh dengan akspresi Bang Kris yang tiba-tiba diam.

Dan aku mencium bau-bau patah hati disini.

"Bang Kris naksir mbak Dinara, ya?" Tanyaku yang membuat Bang Kris seketika menghentikan gerakan menyuap ke mulutnya.

"Kok kamu bisa tahu sih, Ra?" Tanya mbak Adis dengan senyum tertahannya.

"Keliatan dari muka galaunya." Jawabku yang langsung mendapat lirikan tajam dari Bang Kris.

Wanita secantik mbak Dinara tidak heran kalau banyak yang naksir. Dia punya tubuh yang tinggi semampai bak model. Mbak Dinara seperti punya aura Puteri Indonesia. Cantik, cerdas dan berkelas. Seperti itulah gambaranku tentang sekretaris Direktur itu.

"Udah jangan dibahas lagi, Ra. Nanti mewek dia." Kata mbak Adis dengan mengulum senyum.

"Ciyee... Bang Kris patah hati." Godaku sambil menyenggol bahunya.

"Memang abang belum move-on juga? Udah lama banget loh." Kini Rere yang bersuara.

"Emang Bang Kris pernah jadian sama mbak Dinara?" Tanyaku.

"Cinta bertepuk sebelah tangan, Ra. Pernah nembak tapi ditolak." Jawab Rere sambil tersenyum lebar.

Kalau saingannya model Pak Elang sih, aku yakin kalah telak. Meskipun Bang Kris lebih muda dan dari segi wajah tidak kalah ganteng, tapi Pak Elang lebih punya aura yang berwibawa, beliau punya pembawaan yang tenang dan lebih berkharisma.

SUDDENLY IT'S LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang