16

2K 70 0
                                    

Malamnya ...

" Ma , Pa ... Mamaaa , Papaaa " Panggil Eir dengan mendayu-dayu .

Eir melangkah menuruni anak tangga dengan berhati-hati . Ruang tamu , kosong . Meja makan , tak ada orang . Gazebo ? Huh tak ada jugak . Luar rumah , Ouh I see , kereta papa hilang . Huh annual dinner lah tu .

" Hui Abang , buat apa terjenguk-jenguk ni ? " , sapa Eshal plus tepukan di bahu .

" Eh mak kereta hilang ! " Latah Eir . (Terhibur kejap aku)

Eshal hanya membuat muka selamba . Dah biasa dengan perangai tiga suku abangnya ni .

" Adikk , ya allah Chal . Lain kali jangan buat macam tu lagi boleh tak . Mau tercabut jantung abang " . Tutur Eir dengan lembut . Alhamdulillah hubungan dia dengan Chal dah okay . Masing-masing memperbaiki kesalahan diri .

" Huh , tak tercabut pun " . Jawab Eshal dengan selamba sambil berpura-pura mencari jantung abangnya yang dianggap tercabut .

Eir hanya mengabaikan perangai dingin adiknya . Bukannya dia tak biasa .

" Esok ikut abang nak ? Jemput kakak dekat airport . " Eir menukar topik . Eshal pula hanya memerhati tangan abangnya yang berada di atas bahunya . Huh tangan gajah . Berat .

" Tengok lah " . Jawab Eshal sepatah . Tengok tu perangai . Dingin lagi . Sah ikut perangai along .

" Tengok lah ? Mana boleh macam tu , Chal ... "

" Kalau Chal tak ada pun , tak ada siapa yang kisah " . Tutur Chal mendatar , tiada perasaan . Dia terus melangkah menuju ke dapur .

" ... kan adik abang " Sambung Eir perlahan . Kata-katanya terputus sebentar tadi apabila Chal memotong .

Eir hanya memerhati langkah adiknya yang telah jauh . Jujur dia cakap , dia terasa dengan pernyataan adiknya . Tapi , dia tak boleh nak salahkan Echal kerana bersikap demikian . Salah dirinya juga . Haih ingatkan kitaorang dah okay .

Di situasi Raisya ...

" Kau dah makan ubat ke Afyaa ? " . Tanya Raisya seusai dirinya telah siap memasak .

" Belum .. Aku ... "

" What ? Kau tak makan ubat lagi ? Kenapa kau tak makan . Kau tahu kan kondisi kau masih lemah . Makan sekarang . Aku pergi ambil air kosong kejap . " Nasihat Raisya panjang lebar . Dia risau dengan keadaan Afyaa .

Afyaa hanya memerhati tingkah laku Raisya yang kelihatan agak pelik selepas dia pulang dari hospital haritu . Seperti menyembunyikan sesuatu .

" Kau dah kemas baju ke ? " Tanya Raisya sambil menatang dulang berisi air kosong dan ubat . Ubat apa , Afyaa sendiri tak tahu . Katanya ubat untuk tenaga . Entah , Afyaa hanya menelan . Dia percayakan Raisya .

" Kemas baju ? " Tanya Afyaa pelik . Tanggannya mencapai ubat dan air masak yang dihulur oleh Raisya .

" Ye la , kita ada flight besok . " Ucap Raisya selamba. Hampir tersembur air yang diminum Afyaa .

" Flight ?! Kau tak cakap apa pun dengan aku ! " Tegas Afyaa berkata separa menjerit .

" Alah , tak penting . Kau kemas je baju kau . Esok kau ikut aku , aku ada suprise . Tau , tau . " Tutur Raisya gembira . Dia menuju ke dapur dan terus masuk ke dalam biliknya . Tak mahu mendengar alasan dari mulut Afyaa lagi .

" Tapi .. "

" Ah takde tapi-tapi . Kau kena ikut aku jugak . " Jerit Raisya dari dalam bilik .

" Ye la , ye la . Nanti aku kemas baju . Huh , nasib sayang . " Kata Afyaa dengan senyuman tersungging di wajah pucatnya .





Nafas Terakhir Where stories live. Discover now