28

2.9K 79 0
                                    

Eir melangkah longlai menuju ke biliknya . Dia melewati bilik alongnya . Tertera notis ' DON'T DISTURB ME ' . Eir mengeluh . Along tak nak maafkan Eir ke ?

" Tok .. Tok .. Tok .. " Eir mencuba nasih mengetuk pintu bilik alongnya .

" Along ? Eir minta maaf ... " Eir cuba untuk bersuara .

" Kau hanya menyebut perkataan ' minta maaf ' Eir , tapi kau tak maksudkannya " . Tutur Eirfan perlahan di sebalik pintu . Cukup untuk dia dan Eir sahaja yang dengar .

" Along ... "

" Sudah lah Eir . Aku penat " Sebut Eirfan jujur .

" Kau benci aku ke Long ? " . Senyap . Tiada respon .

Eir mengeluh . Rileks Eir , masa banyak lagi . And now , Rai pulak .

Pintu bilik Raisya ditolaknya perlahan . Kelihatan sosok tubuh Raisya membelakanginya .

" Rai ... " . Panggil Eir perlahan .

Raisya memusingkan badannya seketika . Apabila dia menyedari bahawa itu Eir , cepat-cepat dia mengelap air matanya .

" Kau .. buat apa dekat sini ? " . Soal Raisya dingin . Tiada mood nak bercakap . Ada satu lagi beban yang perlu diselesaikannya .

" Aku ... Aku nak minta maaf . Please ... " Entah berapa kali dia menuturkan perkataan tersebut hari ini . Eir melangkah ke hadapan lalu duduk di atas katil kakaknya . Dia memandang belakang badan Rai dengan pandangan sayu .

Raisya memusingkan badannya . Tapi matanya tidak memandang Eir . Dia risau ... Dia risau dia tewas .

" Kenapa Eir ? Kenapa family kita ? " . Tangis Raisya tiba-tiba . Raisya melangkah ke arah Eir sehingga dia duduk berdekatan dengan Eir . Kepalanya masih memandang ke hadapan .

" Semuanya salah aku , Rai . Aku ... Betullah apa along cakap . Aku bodoh dalam menilai kebaikan orang " . Tutur Eir kesal .

" Apa salah Afyaa ? " . Kata Raisya tiada perasaan . Dia memandang ke dalam anak mata Eir .

Eir terkejut melihat mata Raisya . Merah . Terlalu banyak menangis . Dia terus memeluk kakaknya .

" Aku minta maaf Rai , please Rai jangan menangis . Jangan menangis disebabkan aku " . Eir merayu .

" Aku ... Benci ... Kau ! " . Sebut Raisya satu persatu . Tiada lagi air mata yang keluar .

" Jangan Rai , jangan benci aku . Kaulah satu-satunya kakak yang aku ada Rai . Sakit . Sakit hati aku apabila semua orang benci dengan aku . Semua orang kecewa dengan aku . Aku ... " Eir berhenti . Tidak sanggup meneruskan bicaranya apabila kakaknya memotong . Terasa separuh semangatnya telah hilang .

" Memang patut semua orang kecewa dengan kau . Kau ! Adik tak guna ! Keluar ! Keluar dari bilik aku ! " jerkah Raisya tiba-tiba . Emosinya tidak stabil .

" Rai .. Kau ... " . Tutur Eir kecewa sambil menghamburkan tangisannya . Air mata jantannya sudah banyak kali mengalir hari ini . He deserved it .

" Keluar aku cakap ! " . Jerit Raisya sekali lagi .

" Rai ! Kenapa kau macam ni ?! " . Eir turut sama menjerit . Kesabarannya sudah tipis .

Raisya harus mencari idea supaya adiknya keluar dari biliknya . Dia risau air matanya bakal tumpah sekali lagi . Dia bukannya kuat .. cuma pura-pura kuat di hadapan Eir . Tiba-tiba matanya terpandang sebilah gunting di meja bukunya . Dia segera mencapai gunting tersebut dan mengacukan ke perutnya .

" Kau keluar ! Kalau kau tak keluar , aku tikam perut ni ! Keluar ! " . Ugut Raisya .

" Rai !  Ya allah , bahaya tu Rai ... Letak gunting tu ... " Eir risau melihat keadaan kakaknya seperti orang tidak waras . Adakah ini juga salah dirinya ?

" Bodoh ! Keluar aku cakap ! Kau tak faham bahasa ke cibai ?! " . Maki Raisya .

" Okay okay , aku keluar but please behave ... Aku tak nak kau cedera . Aku sayang kau Rai .. " Tutur Eir sebelum dia melangkahkan kakinya keluar dari bilik Raisya .

" Aku bukannya nak dengar nasihat kau sial ! " . Jerkah Raisya sebelum ' Bumm ! ' . Dia menghempas pintu biliknya dengan kuat . Terangkat bahu Eir mendengarnya .

Raisya terus mengunci pintu biliknya . Dibiarkan badannya bersandar di pintu bilik . Dia melihat gunting yang berada di tanggannya . Segera dia melempar jauh . ' aku bukannya bodoh nak tarik nyawa sendiri ' . Gumam Raisya perlahan .

Dia terduduk di belakang pintu . Penat . Penat dengan permainan dunia . Setitis air matanya jatuh di mata kanan , diikuti mata kirinya .

" Bodoh , Raisya bodoh ! Kau lemah Raisya ! Kau lemah ! Kenapa kau menangis ?! Kenapa ?! " . Jerit Raisya bersama tangisannya .

Eir yang berada di luar pintu bilik Raisya hanya mendengar jeritan Raisya . Tangannya naik mencengkam dadanya . Sakit . Sakit mendengar darah daging sendiri merana disebabkan dirinya . ' Take care Rai ' .

Vote & Comment !

Nafas Terakhir Where stories live. Discover now