FL ~ 14 ✅

334 31 5
                                    

FL ~ 14
.
.
.
.
.
HOTMA ALFREDO | POV
.
.
.
Dia benar-benar melakukannya!

Tua bangka itu membuktikan ancamannya!

"Kita terlambat lagi, Ed."

Aku menoleh. Lalu menggeleng. "Tidak, Harry."

Harry menatapku bingung. "Tapi sekarang Al sudah koma! Lalu apa maksudmu kita tidak terlambat?"

Aku diam. Bukan karena tidak tahu jawabannya tapi disebabkan pikiranku yang tidak fokus.

"Benar kan, Eduardo?" tanya Harry dengan sedikit memaksa.

"Bisakah kau diam sebentar, Harry? Aku sedang berpikir!" sentakku. Harry mengatupkan mulutnya dan duduk diam di sampingku.

Setelah beberapa saat barulah aku bersuara. "Kita gak terlambat lagi, Harry. Justru penculikan ini membuka pintu untuk kita. Dan Al sudah sangat membantu. Walau...." Aku gak bisa meneruskan kalimatku. Suaraku mungkin sudah mengapresiasikan isi hatiku.

"Biar bagaimanapun, Al adalah sahabatku. Mengorbankan diri seperti itu bukanlah tujuanku. Aku gak pernah memintanya untuk membantuku tapi dia lebih jeli dan cerdik dariku. Dia bisa merasakan apa yang aku rasakan." lanjutku.

"Apakah Alfiant akan sadar?" tanya Harry ragu. Dan aku sangat mengerti keadaan kami saat ini.

"Dia dikelilingi orang-orang yang sudah menjaganya sejak dia lahir. Dan jangan meragukan kemampuan orang-orang tersebut. Mereka pintar namun bisa sangat membahayakan." Aku berharap demikian.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Harry.

Aku memberikan senyum terbaikku untuknya. "Menunggu."

Harry menaikkan kedua alisnya. Dan aku hanya memberikan senyuman untuknya.









"Apa Al akan sadar?"

Pertanyaan yang sama diajukan Rian saat aku kembali ke dorm. Dia mengetahui peristiwa itu dari Pangeran Elmo. Dan seperti yang sudah aku prediksi, Rian langsung panik dan menangis mendengarnya.

"Pasti, bunny. Al anak yang kuat. Aku yakin dia akan membuka matanya dan mengomeliku lagi." dengusku. Rian tersenyum.

"Kau pantas diomeli olehnya, Ed." Rian tertawa setelah mengatakannya.

"Dan kau sangat senang jika mulut kecilnya itu sudah mengucapkan seluruh kata yang ia tau seperti gerbong kereta api yang panjaaaaaang itu." sungutku. Dan tawa Rian tidak berhenti.

"Oh...Ed. Kau benar-benar bisa membuatku tertawa. Melupakan keadaan Al disana." Rian kembali berkabung.

"Ow...cheer up, bunny. Yakinlah pada kekuatan yang Alfiant Suki miliki. Dia bukan anak lemah. Dia mungkin lebih kuat dari kita. Darimu dan aku."

Rian menatapku bingung. "Benarkah?"

Aku berdehem pelan untuk menyamarkan gugupku. Aku merasa sudah mengatakan sesuatu yang belum saatnya aku ungkapkan.

"Emmm....benar?"

"Kau selalu memberikan puzzle di kata-katamu tadi, Eduardo Kiev!" gerutu Rian. "Dan aku minta penjelasan." tuntutnya.

Aku menggigit bibir bawahku. Rasa gugup menjadi gelisah dan jika aku tidak cepat memberikan penjelasan yang ia minta maka...

"Eduar--"

"Bukankah Alfiant anak yatim piatu?" potongku.

"Kedua orang tuanya meninggal saat dia berumur 13/14 tahun kan?" Aku diam sejenak untuk menanti reaksi Rian. Dan seperti yang kuharapkan, Rian-pun mengangguk.

FATEFUL LOVE [BxB] #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang