FL ~ 21 ✅

295 27 8
                                    


FL ~ 21
.
.
.
HOTMA EDOARDO | POV
.
.
.
This is it!

Hari ini tepat seminggu Tuan Demitri Kiev memberikan setumpuk dokumen yang harus aku baca dan pelajari. Yang membuat kepalaku hampir meledak karena begitu banyaknya informasi baru yang harus aku kuasai dalam waktu singkat.

Dan hari ini adalah hari pembuktian kemampuanku dalam penguasaan data, baik sebagai calon DK ataupun Direktur Utama di perusahaan ini.

Hari ini adalah hari dimana nasibku ditentukan dari rapat besar para direktur dan juga ketua mafia dibawah kendali ayahku. Walau aku masih menolak mengakuinya sebagai ayah namun tak dapat kupungkiri bahwa wajah dan postur kami sangat mirip, laksana saudara kembar. Dan hal itu sangat menggangguku.

Tepatnya, hari ini hari eksekusi untukku!

"Anda siap, Tuan?" tanya asistenku. Aku mengembuskan nafas sebelum menatapnya.

"Menurutmu?" Asistenku, Aleksei Brasov, tidak membalasnya. Aku menghela nafas kasar.

Kami tak mengeluarkan suara lagi. Yang terdengar hanyalah deru nafas kami dan suara jam dinding.

"Tuan Muda." panggil seseorang. Aku meliriknya sekilas sebelum berdiri dan merapikan pakaian resmi yang kukenakan.

Tanpa suara, aku melenggang memasuki ruangan besar yang mereka sebut ruang rapat. Dan saat aku masuk diikuti oleh Aleksei, aku disapa dengan tatapan penuh selidik dari beberapa orang yang berada di ruangan tersebut.

"Selamat pagi." sapaku.

"Kau si Tuan Muda itu, huh?" tanya seseorang yang duduk di barisan sebelah kananku berdiri. Seorang pria tua yang kukira seumuran Tuan Kiev...em ayahku.

"Sayangnya begitu." jawabku dengan nada yang terdengar menyesal. Mataku meneliti orang-orang yang hadir di ruang rapat ini. Dan orang yang 'menyapaku' barusan membuatku memperhatikannya lebih lama.

"Apa ibumu sudah mengajarkan cara bersikap pada orang yang lebih tua?" tuduh orang tua itu. Wajahnya menunjukkan ekspresi mengejek.

Dadaku bergemuruh. Beraninya dia mengusik ibuku? Apa salah ibuku dimatanya? Ingin rasa kutampar mulut kasarnya tapi aku tahan.

"Kurasa Leticia lebih sopan daripada anak yang akan menggantikanmu ini, Demi." ujarnya lagi. Pria tua itu menoleh pada Tuan Kiev yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Cara mereka tumbuh memang menentukan perilaku seseorang. Jika ia tinggal di lingkungan yang bersih maka ia bisa menjadi berlian. Tapi jika ia tumbuh di lingkungan yang kotor maka ia akan menjadi sampah." ejeknya. Aku menggigit bagian dalam mulutku untuk menahan kemarahan yang sudah berada di ujung nafas.

"Tuan Marquez, terima kasih atas sambutanmu. Kuharap kita masih bisa meneruskan kerjasama kita di masa depan. Saya pribadi sangat menghargai pendapat anda. Namun ada baiknya kita melihat kinerja Eduardo sebelum menilai. Bukan begitu, Tuan Santiago Marquez?" Bukan aku yang 'menampar' si tua bangka sombong itu namun Tuan Demitri Kiev sendiri. Aku tersenyum sinis di balik wajah datarku.

Santiago Marquez mendengus. Tatapannya menajam padaku. Aku membalasnya dengan seringaian samar yang justru membuatnya terlihat geram.

"Cukup, Santiago. Kita disini bukan untuk menegaskan pihak mana yang kita dukung. Jika kau tak bisa bersikap netral, kau tahu arah pintu keluar kan?" Tegas seseorang yang duduk di seberangnya.

Aku menoleh pada sosok yang berperawakan tidak jauh berbeda. Kurasa mereka punya hubungan saudara. Santiago mendengus lagi. Kali ini disertai dengan umpatan yang terdengar sangat jelas ditujukan padaku. Sedangkan lainnya hanya diam namun tatapan mereka masih penuh selidik padaku. Aku membalas tatapan mereka dengan mempertahankan wajah datar.

FATEFUL LOVE [BxB] #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang