Ini mungkin agak mendadak, tapi aku ingin membuat sebuah pengakuan. Aku, Aldini Rajou, mempunyai otak mesum akut sewaktu diriku masih SMP.
Otak mesum yang mana sering menjangkiti remaja-remaja di masa puber mereka. Suatu kebiasaan buruk yang dapat memengaruhi fisik maupun mental dari para pengidapnya.
Namun, dengan berat hati aku akan mengatakan bahwa hal tersebut masih termasuk normal. Tidak terlepas dari akibat yang kelak akan muncul, memiliki kebiasaan sedikit mesum adalah takdir normal dari seorang anak laki-laki yang sehat.
Aku ingat, itu semua berawal dari toilet sekolah.
Pada saat matahari di luar sedang panas-panasnya, aku kemudian di ajak ke sana oleh teman-temanku lalu di tunjukkan sebuah majalah dengan sampul luar berupa seorang wanita cantik bertubuh molek.
Majalah tersebut cukup unik. Dari luar, sekilas tebalnya tampak seperti majalah-majalah pada umumnya, namun gambar sampulnya yang menantang dan isinya yang menggoda mata itulah yang menjadi daya tariknya.
Oh tidak, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
Mengesampingkan keberadaanku, jika majalah tersebut di tunjukkan kepada orang yang baru pertama kali melihat hal semacam itu, aku yakin kebanyakan dari mereka cenderung akan berpura-pura untuk menghindarinya terlebih dahulu. Pertimbangan-pertimbangan logis seperti menjaga image atau harga diri masih betul-betul menjadi faktor yang mereka perhitungkan.
Sambil menutup mata rapat-rapat, kalimat-kalimat berikut ini dengan sengaja maupun tidak di sengaja akan keluar dari mulut mereka.
"Maaf ya, aku masih polos", "Jangan coba-coba racuni pikiranku ini!", "Apa-apaan kau? Itu menjiijkkan!", "Apa kau bangga melakukan hal itu?", "Woy, lebih baik kau mati saja sana!"
Tetapi, itu tidak berlaku pada diriku.
Aku termasuk dalam golongan orang-orang yang penasaran dengan hal-hal seperti itu.
Pada saat bersamaan, ada semacam sugesti-sugesti liar yang tiba-tiba merasuki jalan pikiran ini. Keteguhan hatiku juga seakan sedang di uji dengan berbagai macam hasutan-hasutan penuh goda yang aku tak tahu dari mana asalnya. Penggunaan toilet sebagai latar tempat pun semakin memperparah kondisiku saja. Dan di tengah-tengah kebimbangan tersebut, entah mengapa anggota badanku ini justru bergerak dengan sendirinya.
Mending kalau bergerak untuk pergi dan mencegah menerima hal tersebut, tapi kenyataan yang terjadi padaku malah sebaliknya.
Aku menerimanya. Dan sejak saat itu, aku pun telah resmi menjadi pengidap otak mesum.
Hari demi hari berlalu. Tak terasa, aku sudah menghabiskan hampir setengah masa SMP-ku dengan melakukan kebiadaban itu.
Akan tetapi, selama menjalani fase-fase kelam tersebut, aku merasa obsesiku akan hal itu sudah melebihi batas kewajaran. Aku lepas kendali dan melakukan perbuatan-perbuatan nakal yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang anak SMP.
Menyalahgunakan fungsi ponsel, membagikan segudang foto mesum, menyelundupkan beberapa majalah dewasa, menonton bareng CD rekaman, dan hal-hal bejat lain yang semuanya hampir pernah kulakukan.
Ibarat api dan asap, aku dan otak mesumku ini seperti sudah saling terikat satu sama lain. Sebuah perkara sulit untuk bisa meruntuhkan chemistry erat diantara kami berdua.
ARGHHH ... SIAL!!! Itu sungguh memalukan!
Apa-apaan dengan diriku saat itu?
Dulunya aku kira aku bakal terlihat keren saat melakukan hal-hal nakal seperti itu. Namun, nyatanya tidak.
Setelah kupikir-pikir ...
Menyalahgunakan ponsel? Itu sampah! Lebih baik aku memakainya untuk mencari informasi tentang pelajaran.
Membagi-bagikan foto mesum? Itu menjijikkan! Lebih baik aku membagikan ilmu dari bacaan-bacaan yang sudah pernah kubaca.
Menonton bareng video? Itu merugikan! Lebih baik aku mendengarkan penjelasan guru yang sedang mengajar di kelas.
Meski masa-masa itu kini hanya tinggal kenangan dan aku sudah bisa dikatakan sembuh darinya sekarang, tapi kalau diingat-ingat lagi rasanya seperti mau mati saja!
Aku seperti ingin menghentakkan kepalaku ke tembok berulang-ulang kali saking bencinya diriku saat mengingat hal tersebut.
Dan di tahun ketiga, tepatnya menjelang ujian akhir, akhirnya aku mulai sadar akan bahaya buruk dari hobiku ini. Sedikit terlambat memang, namun paling tidak aku sudah mempunyai niat untuk lepas dari kesuraman tersebut.
Hatiku kumantapkan dengan sesungguh-sungguhnya untuk meninggalkan semua hobi buruk itu dan aku mencoba menggunakan sisa waktuku yang ada untuk giat belajar. Alhasil, karena waktu senggangku semakin menipis, aku berangsur mulai melupakan kebiasaan-kebiasaan mesum tersebut dan menjadi pribadi dengan hidup yang jauh lebih bermanfaat.
Identitasku pun juga ikut berubah dari seorang anak bandel yang nakal menjadi seorang anak kalem yang penurut. Tasku yang dulu hanya di isi dengan berbagai barang tak berguna, kini telah di penuhi dengan buku-buku berharga. Rambutku yang dulu panjang tak karuan, sekarang sudah kupotong rapi layaknya potongan rambut kekinian ala cowok-cowok SMP zaman sekarang.
Aku sudah bagaikan pribadi baru yang siap memulai lembaran kisah yang lebih baik. Bahkan penampilan anyarku yang cukup mencengangkan ini, seketika membuatku tersadar bahwa tampaknya aku juga mempunyai modal besar untuk menjadi seorang artis ternama.
Tak terelakkan. Lantaran perubahanku yang sangat signifikkan tersebut, aku pun dengan cepat mendapatkan julukan baru dari teman-teman, yaitu dari julukan otak mesum menjadi pangeran mesum.
Itu tidak masalah. Lagian, terbebasnya diriku dari penyakit mesum saja sudah menjadi sebuah anugerah tersendiri bagiku.
Dengan usaha-usaha yang sudah kulakukan tersebut, aku pun berhasil lulus ujian akhir dan masuk ke SMA Favorit yang jarang dipilih oleh teman-teman SMP-ku yang lama.
Mungkin ada beberapa murid lulusan SMP-ku dulu yang nantinya akan bersekolah di SMA yang sama denganku, tapi aku rasa aku tidak bakalan mengenali orang tersebut.
Karena waktu itu aku sedang parah-parahnya terjatuh dalam dunia mesum, jadi kemungkinkan besar tidak ada satu orangpun yang mengenaliku. Sekalipun ada, aku yakin mereka tidak akan mau menyapa diriku ini, dan lebih memilih menganggapku sebagai mantan teman SMP-nya yang bejat saja.
Yah, ada baiknya juga, sih. Aku jadi tidak perlu terlalu memusingkan gosip "pangeran mesumku" itu sampai ketahuan. Ternyata ada juga ya hal bagus yang dapat kupetik dari kebiasaan buruk tersebut.
Jadi, begitulah. Yang berlalu biarlah berlalu. Sudah kuselamatkan diriku ini dari kehancuran, dan yang terpenting aku bisa memulai kehidupan baruku ini tanpa mencemaskan tentang masa-masa kelamku dulu.
Sayangnya, kejadian buruk pun terjadi padaku.
Dimulai dari adik perempuanku yang sangat manis, satu persatu datang gadis demi gadis yang membuatku terpaksa harus mengingat ulang memori tentang masa lalu suramku itu.
-----------------------------------------------------------------------------
(Rev 1.1) Prolognya TS revisi menjadi jadi satu part saja.
Bab-bab lainnya rencananya akan di koreksi juga secepatnya (Sekitar 2 minggu x).
Jadi mohon do'a restu eh semangatnya ya :'v
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Teen Fiction"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...