ARC 1 - CHAPTER 2 - JOHN (2/2)

2.5K 41 2
                                    

Setelah cukup puas melihat wajah gantengku dari kaca aku pun keluar kamarku lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Sesampainya disana, aku pun mulai menyantap sarapanku bersama Karin dan ibuku yang sudah terlebih dahulu berada di meja makan.

Setelah selesai sarapan dan berpamitan dengan ibuku, aku langsung keluar berjalan menuju garasi rumahku dan mulai mengeluarkan motor hitam kesayanganku hadiah pemberian dari ayahku.

Aku biasa memanggil motor hitam ini dengan nama "John". Tak ada alasan spesial, hanya saja kata "John" terdegar sangat laki menurutku. Di antara banyak kendaraan yang terpakir di dalam garasi rumahku, aku selalu menggunakan John untuk berpergian termasuk saat berangkat sekolah.

Prinsipku ketika berkendara yaitu semakin cepat aku sampai di tujuan maka semakin cepat pula aku membaca buku. Prinsipku inilah yang membuatku jarang berpergian dengan menggunakan bus. Tetapi jika ditanya alasan sebenarnya kenapa aku jarang berkendara naik bus yaitu karena rasa sayangku terhadap motor hitam ini.

Walaupun aku menyayangi John tapi ketertarikanku kepadanya tidak lebih dari buku. Buku memiliki tempat tersendiri bagiku dan dia berada pada urutan teratas daftar benda mati yang paling aku sukai.

Perlu kau ketaui, aku juga bukanlah seorang mesum yang memiliki fetish berlebih terhadap motor. Aku pikir rutinitas setiap pagi yang kulakukan terhadap John seperti memandangnya, memeluknya dan terkadang menciumnya kupikir masih di dalam batas kenormalan.

Tapi Karin -adik perempuanku- sedikit cerewet dan beberapa kali mengejekku sebagai seorang mesum yang memiliki fetish berlebih terhadap motor.

Selang beberapa saat, orang yang kupikirkan barusan muncul tepat di depanku. Sepertinya dia juga hendak berangkat sekolah. Karin belum bisa mengendarai motor sehingga ia terpaksa berangkat sekolah menggunakan jasa mobil khusus jemputan sekolah.

Jujur saja aku enggan berangkat bareng Karin ke sekolah karena dia itu sangat menjengkelkan ketika sedang di boncengi. Aku pun menyuruh dia mencari teman yang mau melatihnya mengendarai motor, karena ibuku juga tidak terlalu mahir mengendarai motor. Aku akan menjadi opsi terakhir baginya jika tidak ada sama sekali orang yang mau melatihnya mengendarai motor. Meskipun aku ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.

Sambil menunggu mobil jemputannya tiba, Karin pun menoleh kearahku dan mulai berbicara kepadaku.

"Eehh.. motor hitam itu lagi? Apa kau tidak bosan kak?" tanyanya dengan nada kesal.

"Tidak.. " ucapku cuek tanpa melihat wajahnya.

"Hmm.. kalau begitu kak, apa kau tidak bosan dengan warna hitam itu?" tanyanya sambil tangannya memegang-megang bagian body motor John.

Aku baru ingat rencanaku dulu untuk mengecat ulang John agar tampak baru. Selama ini aku memang sudah cukup puas dengan design bawaan John, tapi mengecat ulang John sepertinya bukanlah sesuatu yang buruk. Nice Karin!.

"Ehmm.. benar juga. Aku memang sempat memikirkan untuk mengecat ulang warna motor ini" ucapku bahagia.

Aku senang karena adik perempuanku ini ternyata cukup pengertian. Aku pun mulai menghiraukan dia dan menoleh ke arahnya. Perhatian ini aku berikan karena aku merasa berterima kasih atas saran yang dia berikan sebelumnya.

Aku kaget ketika aku mulai memperdulikan dia, sikap dia mendadak mulai terlihat berbeda seperti seorang yang memiliki kepribadian ganda.

Wajahnya yang polos tadi berubah menjadi wajah yang seram. Senyumnya yang tulus tadi berubah membentuk senyum licik dengan raut wajah seperti sedang kesurupan. Aku semakin terkejut saat dia tiba- tiba saja mendekatkan wajahnya untuk melihat wajahku.

Pangeran Mesum yang Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang