ARC 1 - CHAPTER 3 - MOBIL HITAM (2/2)

1.4K 28 1
                                    


Tapi, sayangnya... aku lupa bahwa hari ini adalah hari kesialanku. Setelah aku sampai di jalan raya bengkel motor memang banyak, tapi mereka semua ternyata belum buka.

"Wahai pemilik bengkel motor dan tempat usaha lainnya, apakah kalian tidak mengetahui prinsip semakin cepat kau buka usahamu maka akan semakin untung usahamu?" desahku kesal.

Aku pun menyerah dan pasrah terhadap nasib sialku ini. Aku lalu memasang standar pada motorku sehingga motorku menjadi tersangga dan aku pun menyandarkan tubuhku yang cukup lelah karena harus berjalan sambil mendorong motor hitam yang berat ini pada bagian body motornya.

Dalam posisi tersebut, aku terus memutar-mutar otakku untuk memikirkan apa rencanaku selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang saat ini sedang kualami.

Saking sibuknya aku berpikir, aku sampai tidak sadar bahwa ada sebuah mobil hitam berkilau sedang berhenti tepat di depanku. Aku baru menyadari keberadaan mobil ini saat mobil tersebut membunyikan klaksonnya.

Aku tahu mobil hitam berkilau ini. Mobil ini adalah mobil yang biasa aku lihat di depan rumahku ketika aku hendak mengeluarkan John. Orang yang biasa menaikinya selalu memakai setelan jas hitam dan di temani oleh sopir pribadinya untuk berangkat. Mobil yang hanya dapat kulihat di waktu pagi hari saja. Benar.. mobil ini adalah mobil ayahku.

Kau tahu MatahariMall, Parsley, Carefour, atau pusat perbelanjaan terkenal lainnya?

Ayahku adalah seorang direktur perusahaan dari Centriz Group, perusahaan yang sedang naik daun yang menggeluti berbagai bidang usaha seperti Shopping centers, Department stores, Rumah makan bahkan Hotel. Bisa dikatakan ayahku ini adalah orang hebat yang sangat sukses dalam karirnya.

Tapi bagiku, ayahku ini tidak lebih hanyalah seorang pria yang workholic.

Jujur saja aku tidak pernah jarang sekali bertemu dengannya baik di rumah atau di tempat lainnya karena ayahku ini selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia berangkat ketika hari masih pagi dan pulang ke rumah ketika malam sudah cukup larut. Pertemuanku dengannya dalam seminggu bahkan dapat aku hitung dengan jariku.

Jendela mobil perlahan mulai turun sehingga aku dapat melihat wajah ayahku yang sedang duduk di kursi belakang dan Pak Budi yang sedang menyopir.

Setelah kaca jendela mobil benar-benar terbuka, ayahku pun kemudian langsung menoleh kearahku dan berkata:

"Aldi, motormu kenapa? Bocor?" tanyanya dari dalam mobil.

"Iya bannya bocor" jawabku jujur.

Sebagai seorang workholic, aku heran kenapa ayahku masih saja sempat - sempatnya menyisihkan waktunya untuk berbicara kepadaku.

Dia diam sebentar seperti memikirkan sesuatu kemudian kembali melanjutkan perkataannya.

"Pak Budi, saya minta tolong motor Aldi di servis pak.. ".

Wow aku tidak percaya ayahku yang super sibuk ini mau membantuku.

".. Kemudian kalau sudah selesai motornya langsung diantar ke sekolahnya. Mobilnya biar saya saja yang bawa" jelas ayahku dengan tegas.

"Baik, Pak Tamrin -nama ayahku-".

Aku hanya terdiam ketika Pak Budi -sopir pribadi ayahku- mulai mendorong motorku menuju bengkel motor terdekat yang sepertinya sudah buka.

Pilihan kelima : Menelpon orang rumah dan meminta bantuan.

Aku sudah memikirkan adanya opsi tersebut bahkan sejak awal ban motorku bocor. Namun resiko yang harus kutanggung adalah aku harus mempertaruhkan hubunganku dengan ayah dengan meminta bantuannya. Jujur hubunganku dengan ayah tidaklah sebagus yang kau perkirakan.

Setelah Pak Budi pergi, ayahku pun langsung keluar dari mobil dan segera menuju ke pintu depan mobil untuk duduk di kursi pengemudi. Setelah berada di dalamnya, dia bertanya sesuatu kepadaku yang masih berada di luar.

"Kau.. mau masuk atau tidak?" tanya ayahku tanpa melihat kearahku.

Ini dia.. ini sifat ayah yang selama ini kuketahui. Mata tajam, raut muka serius dan kata-kata pedas yang keluar dari mulutnya. Melihat sikap dia tadi yang sok-sokan baik dengan menolongku membuatku menjadi jijik.

 Melihat sikap dia tadi yang sok-sokan baik dengan menolongku membuatku menjadi jijik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kuharap kau bisa cepat putuskan karena ayah cukup sibuk".

Bisa di katakan bahwa hubunganku dengan ayah tidaklah cukup bagus bahkan aku cenderung untuk membenci ayahku ini. Tapi, aku tak mau dia sampai membenciku. Cukup aku saja yang membencinya.

Maka ketika dia bertanya suatu hal kepadaku, aku harus benar-benar memikirkan jawaban yang tepat. Jangan sampai jawabanku membuat dia malah jadi membenciku".

"Sepertinya jalanan macet, aku naik bus saja" jawabku tegas.

"Baiklah.. " jawabnya sambil memacu mobilnya bergerak.

Meskipun aku cenderung membenci ayahku tapi rasa benciku tidak sampai ke taraf ingin memusuhinya. Hal-hal seperti menunggu dia pulang kerja atau mengingatkannya agar lebih memperhatikan kami aku rasa tidak perlu sampai kulakukan.

Aku bukan anak kecil lagi yang akan marah jika tidak diacuhkan. Aku sudah cukup besar untuk memahami hakikat bekerja dan segala konsekuensinya. Toh, ayahku selama ini bekerja keras semuanya demi kami juga.

Aku menolak ajakannya juga bukan karena aku memusuhinya. Aku hanya tidak ingin berada di dalam posisi canggung ketika nanti berada di dalam mobil. Tapi itu bohong..

Jika aku hanya berduaan dengan ayahku maka yang selalu ia bicarakan adalah tentang masa lalu kelamku. Jadi, alasan sebenarnya aku menolak ajakannya barusan karena aku tidak mau dia sampai mengungkit-ngungkit masa kelamku saat kami hanya berduaan.

[Haaa]

Sepertinya aku cukup lama bermonolog. Baiklah bagaimana jika semua ini segera kuakhiri? Aku sudah tidak sabar ingin segera membaca buku.

Setelah ayahku pergi, aku lalu bergegas menuju halte bus yang berada cukup dekat dari posisiku sekarang. Aku berharap dengan sisa waktu yang kumiliki ini aku masih dapat tiba di sekolah tepat waktu. Setidaknya biarkan aku berharap hal baik akan terjadi padaku walaupun hari ini adalah hari sialku.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan:

Selamat membaca.. Part 2 dari chapter 3 selesai

Pangeran Mesum yang Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang