Setelah cewek tsundere itu pergi meninggalkanku, aku pun langsung bergegas menuju ke tangga sekolah dan pergi ke lantai 3 dimana kelasku berada.
Selama diperjalanan, aku terus memikirkan bagaimana nasib masa SMAku ini kedepannya? Aku berpikir kira-kira apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh cewek tsundere itu kepadaku? Apa dia akan tutup mulut? Atau dia akan membongkarnya?
Jujur aku khawatir jika cewek tsundere itu sampai membongkarnya dan mulai menjelek-jelekan diriku saat disekolah. Dan jika itu semua terjadi, maka pupus sudah harapanku untuk menikmati masa SMAku ini dengan damai. Tapi, yang lebih aku khawatirkan lagi yaitu apa gosip masa lalu kelamku saat SMP akan kebongkar juga?
[Arggh]
Selagi aku menggaruk-garuk rambutku yang tidak gatal itu, tak terasa aku sudah sampai saja dilantai 3 gedung sekolah.
SMA UB, tempat diriku bersekolah ini termasuk salah satu sekolah unggulan yang berbasis IT. Jadi semua pengumuman dan hal penting lainnya kebanyakan akan diberitahukan lewat media online seperti diwebsite resmi sekolah.
Salah satu pengumuman penting dari sekolah yang diberitahukan lewat website resmi sekolah yaitu tentang daftar pembagian kelas. Sebelum berangkat ke sekolah, aku telah terlebih dahulu mengecek website sekolahku ini dan melihat pengumuman tentang daftar pembagian kelas tahun ajaran ini.
SMA UB memiliki daya tamping sekitar 210 siswa setiap tahunnya. Aku tidak terlalu paham berapa jumlah siswa dalam satu kelasnya. Tapi jika memperkirakan ada sekitar 30 orang siswa dalam satu kelasnya maka dapat dikatakan bahwa ada sekitar 7 kelas dalam satu angkatannya. Aku sendiri berada dikelas 1 – 3.
"Kelas 1 – 1.. Kelas 1 - 2.. Ah ini dia Kelas 1 - 3" ucapku lega sambil melihat papan nama.
Aku memasukikelas 1 - 3 dengan rasa percaya diri. Setelah melewati pintu masuk, aku melihatsekeliling kelas. Hal pertama yang kuamati yaitu jumlah meja dan tempat dudukyang disusun dengan format 6x5. Berarti ada sekitar 30 murid dalam kelas ini.Dan juga jenis meja dan tempat duduk yang disediakan disekolah ini dirancangkhusus untuk 1 orang saja.
Karena datang terlambat, sepertinya hampir semua meja dan tempat duduk yang ada sudah terpenuhi dan hanya menyisahkan 3 buah meja dan tempat duduk yang kosong pada bagian belakang.
Aku memiliki kesan bahwa sepertinya kelasku ini tempat berkumpulnya orang-orang cerdas dan rajin. Buktinya baru hari pertama saja barisan depan kelas sudah terisi penuh. Aku sangat bersyukur jika kenyataannya memang benar begini. Teman sekelas yang cerdas dan rajin adalah sekutu yang paling menguntungkan bagi seorang kutu buku.
Aku pun segera menuju bagian belakang ruang kelas dan memilih untuk duduk di bangku sudut belakang dekat jendela yang masih kosong. Perlu kau ketahui bahwa tempat ini adalah tempat paling sempurna bagi orang-orang yang ingin menyendiri.
Kau bisa menutupi keberadaanmu dengan gorden jendela. Kau bisa bersembunyi dibelakang badan teman-temanmu. Dan jika kau merasa bosan, kau bisa melihat pemandangan diluar jendela sekali-sekali. Bukankah tempat ini sempurna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Novela Juvenil"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...