ARC 1 - CHAPTER 3 - MOBIL HITAM (1/2)

2K 25 3
                                    

Setelah berhasil kabur dari pertengkaran kecilku dengan Karin, aku pun langsung memacu motorku sekencang-kencangnya agar aku dapat segera sampai di sekolah. Tidak sampai setengah kilometer jarak yang aku tempuh, aku merasakan goyangan aneh pada motor hitamku ini. Aku lalu berhenti dan turun dari motor untuk memeriksa keadaan motorku ini.

"Sial..! ban motor pake acara bocor lagi.." desahku kesal.

Bangun kesiangan, bertengkar dengan adik perempuanku dan sekarang di tambah ban bocor? Apa ini hari sialku? Aku tak percaya aku yang selalu merawat motorku ini setiap hari harus mengalami kebocoran ban di salah satu hari yang sangat aku tunggu-tunggu ini.

Aku kemudian mencoba mengamati keadaan sekitarku. Rumah yang berada tepat di depanku ini mencantumkan simbol "Perumahan Griya Wisata" dengan nomor keterangan Blok F-12. Sepertinya aku masih berada didalam komplek perumahanku. Rumahku sendiri berada di Blok D-5.

Aku pun mengeluarkan smartphoneku dan hendak mengecek perkiraan jarak yang tersisa menggunakan bantuan aplikasi Gmaps yang kupasang di smartphoneku.

Berdasarkan perhitungan dari aplikasi Gmaps, aku tinggal sekitar 200 m lagi untuk keluar dari perumahanku ini untuk sampai di jalan raya. Dan sebagai orang yang selalu mengelilingi komplek ini setiap paginya, aku paham betul setiap jengkal bagian komplek perumahan ini termasuk letak bengkel motor yang ada.

Bengkel motor di dekat rumahku hanya ada satu yang mana juga merupakan bengkel motor langgananku untuk menservice motor-motorku. Karena lumayan sering bolak-balik pergi ke bengkel motor itu, aku menjadi cukup akrab dengan mereka. Dan berdasarkan perkiraan Gmaps, bengkel motor tersebut berada sekitar 500 m dari posisiku sekarang.

Kau boleh tidak percaya, tapi jujur sekarang aku sekarang berada dalam kondisi dilema antara 4 pilihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau boleh tidak percaya, tapi jujur sekarang aku sekarang berada dalam kondisi dilema antara 4 pilihan. Pilihan pertama yaitu menitipkan motorku di rumah tetangga yang berada di Blok F-12 itu, lalu pilihan kedua yaitu pergi ke bengkel motor di komplek rumahku yang jaraknya 500 m dari posisiku sekarang, lalu pilihan ketiga pergi ke jalan raya yang jaraknya 200 m dari posisiku sekarang dan mencari bengkel motor yang biasanya berlimpah jumlahnya dan kemudian yang terakhir pilihan keempat yaitu pulang ke rumahku yang jaraknya tidak sampai setengah kilometer dari posisiku sekarang dan memakai motorku yang lainnya.

[Hhmm]

Aku diam sebentar dan mulai menganalisa baik-buruknya dari 4 pilihan yang ada.

1) Pilihan pertama adalah solusi yang cepat namun sangat beresiko.

2) Pilihan kedua adalah solusi yang tepat namun jarak yang harus di tempuh cukup jauh.

3) Pilihan ketiga adalah solusi yang efektif jika di banding pilihan kedua, resikonya pun cukup minimum.

4) Pilihan keempat adalah solusi yang realistik jika tidak mau repot.

"Hmm.. Pilihan mana yang harus kupilih?"

[Aku juga penasaran dengan pilihanmu. Jika berkenan mohon respons pada kolom komentar].

Bukan pilihan terakhir, bukan juga pilihan kedua apalagi pilihan pertama. Aku memutuskan untuk memilih pilihan ketiga.

Kau belum benar – benar mengenal karakterku jika kau memilih nomor empat dengan alasan:

"Dia pasti balik ke rumah karena dia benar – benar sayang sama motornya dan tidak mau asal taruh sembarangan motor kesayangannya itu".

Dan kau juga salah jika memilih pilihan kedua dengan alasan:

"Yah palingan dia titipin tuh motornya di tempat tukang bengkel kenalannya itu. Kan enak kalau sudah akrab bisa "main mata" jadinya".

Salah. Sekali lagi kau salah besar jika sampai berpikiran seperti itu. Pemikiran seperti itu memang cukup logis untuk di jadikan alasan, tetapi itu berada di urutan setelah pilihan ketiga dan aku jelas tidak akan memilih pilihan pertama karena itu sangat beresiko.

Biar kuingatkan kembali kau bahwa aku ini adalah orang yang memiliki prinsip "Semakin cepat aku sampai di tujuan maka aku akan semakin cepat membaca buku" ketika berkendara. Jadi, pergi ke bengkel motor yang jaraknya lumayan jauh untuk aku tempuh bukanlah opsi yang sesuai dengan prinsipku. Ditambah jika memang aku harus ke sana, maka berarti aku harus jalan kaki dan mendorong motorku yang cukup berat ini. Bukankah hal itu semakin menghabiskan waktu?

Dengan mengambil jarak tempuh yang hanya 200 m dengan bonus opsi pilihan jumlah bengkel yang banyak (di jalan raya depan perumahanku sangat banyak bengkel motor bertebaran) maka pilihan ketiga seperti menjadi pilihan yang paling menggiurkan dalam kondisiku saat ini.

Seperti yang kau ketahui aku menyukai John -nama motor hitam yang sedang kupakai- dan aku tidak akan pernah meninggalkannya di sembarang tempat. Aku juga enggan untuk pergi ke sekolah dengan motor lain selain John. Jadi, pilihan ketiga ada pilihan yang paling realistik bagiku dalam kondisiku saat ini.

Dengan memilih pilihan ketiga maka aku dapat segera menservice ban motorku dan aku juga dapat berangkat sekolah dengan motor kesayanganku ini. Setidaknya itulah rencanaku. Tapi..

Pangeran Mesum yang Kutu BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang