Setelah "khotbah" panjang yang diberikan oleh Bapak Kepala Sekolah selesai, upacara kembali dilanjutkan dan memasuki bagian pengumuman.
Kebanyakan pengumuman yang disampaikan yaitu tentang pengumuman Juara yang berhasil diraih oleh ekskul sekolah. Seperti Juara 1 yang berhasil dicapai oleh ekskul bulutangkis, Juara 1 yang berhasil dicapai oleh ekskul catur, Juara 3 yang berhasil dicapai oleh ekskul Pramuka dan juara-juara lainnya.
Ada satu pengumuman yang sudah ditunggu oleh semua murid sekolah yaitu pengumuman pemenang penghargaan "Siswa Berpretasi".
Berdasarkan informasi dari pembawa ucara, acara penghargaan ini dilakukan setiap triwulan sekali. Sistem penilaiannya yaitu berupa voting dari semua siswa dan semua guru yang ada disekolah ini. Tiga orang yang memiliki suara terbesar lalu akan masuk ketahap seleksi selanjutnya yaitu melakukan debat dan menunjukkan skill mereka. Setelah itu, mereka akan divoting ulang lagi untuk menentukan pemenang akhirnya.
Penghargaan ini dimaksudkan agar semua murid terpacu untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik tentunya dengan cara yang sportif. Tidak hanya piagam penghargaan, bantuan beasiswa pun diberikan sebagai bonus tambahan bagi pemenangnya.
"Baiklah. Berdasarkan voting yang diperoleh, penghargaan Siswa Berprestasi triwulan sebelumnya diberikan kepada.." ucap pembawa acara mendramatisir suasana.
"Ketua OSIS sekaligus pemimpin upacara kita hari ini.. Selamat.. Kak Giandra!" teriak pembawa acara dengan semangatnya.
[Wohuu.. Oh.. Kak Giandra]
Walaupun para cewek sekolahku sangat historis mendengar hal ini, tapi jujur saja aku tak terlalu terkejut dengan hasil seperti ini. Bahkan dari awal sejak dia mendapatkan sambutan hangat saat hendak memasuki lapangan saja sudah menandakan bahwa sepertinya orang itu adalah kandidat terdepan untuk memenangi penghargaan semacam ini.
Tubuhnya yang tinggi, rambutnya yang dipotong undercut, badannya yang tegap dan yang paling penting wajahnya yang ganteng. Posisinya yang merangkap sebagai Ketua OSIS membuat dirinya semakin tampak sempurna saja. Aku akui bahwa dia adalah contoh orang sempurna untuk kau sebut sebagai seorang pangeran sekolah.
"Terima Kasih semuanya. Saya tidak bisa mendapatkan penghargaan ini jika kalian semua tidak mendukungku. Sekali lagi terima kasih semuanya" ucapnya merendah dengan senyum manis diwajahnya.
"Ohh.. tentu saja pangeranku" jawab hampir semua cewek disekolah klepek-klepek.
[TS Note : Haha garing]
Aku pun penasaran apakah setelah melihat senyum manis dari cowok itu, Aura yang notabene adalah seorang cowok apa juga ikut senang?
Karena penasaran aku pun mencoba melirik ekspresi muka Aura yang berdiri tepat disebelah kananku.
[Blush]
Aku kaget melihat raut wajahnya yang senang itu dan senyum-senyum malu yang dia buat.
"Oi.. oi.. Aura. Apa-apaan dengan ekspresi wajahmu itu?" tanyaku kesal.
"Wajahku? Wajahku kenapa emang?" tanyanya polos.
"Tidak.. sudah lupakan saja" jawabku kesal sambil memalingkan muka.
Setelah cowok Ketua OSIS itu selesai mengambil piala penghargaan tersebut, upacara pun akhirnya selesai. Murid yang berada dilapangkan a.k.a tidak terlambat langsung dapat bubar dan balik menuju kelas masing-masing. Dan untuk murid yang datang terlambat akan diberikan hukuman oleh guru kedisplinan.
Setelah lapangan menjadi kosong karena para murid telah balik kekelas masing-masing, aku dan para murid yang datang terlambat tadi disuruh masuk untuk berdiri didalam lapangan sekolah. Selama berada disana, guru kedisplinan pun memarahi kami dan tak lupa memberikan nasihat kepada kami agar kami tidak datang terlambat lagi.
Disela-sela kemarahannya, guru kedisplinan itu tiba-tiba saja berhenti berbicara dan bergerak mendekatiku. Dia kemudian bertanya kepadaku dengan suara lantangnya.
"Kenapa kau tadi terlambat?".
Tunggu dulu... kenapa hanya aku saja yang ditanya? Dan kenapa harus pertanyaan itu? Tidak! Apa aku sedang ketiban sial lagi?
[Arggh.. sial]
Mana mungkin aku bilang "Maaf saya tadi datang terlambat karena tadi bangunnya kesiangan, sebelum berangkat kesekolah tadi diganggu adik perempuanku, ketika diperjalanan ban motor saya bocor, ketika dibus ada 2 cewek aneh yang menganggu kenyamananku, ketika memilih untuk berjalan kaki malah jatuh ke comberan dan kejadian-kejadian tak terduga lainnya yang membuat saya jadi terlambat".
Tidak.. jelas tidak mungkin aku bilang seperti itu. Terus apa yang sebaiknya aku katakan? Baiklah, berpikir.. berpikir.. wahai otakku!
"Maaf.. saya tadi kesiangan, Bu" ucapku polos dengan senyum imut.
[Teehee]
Bukannya malah berbaik hati, guru kedisplinan didepanku ini malah menjitak kepalaku dengan buku yang dia pegang.
"Baiklah.. saya rasa alasan kalian semua hampir sama dengan cowok ini, betul tidak?" tanya guru kedisplinan didepanku ini dengan lantangnya
"Betul.." jawab semua murid yang terlambat serentak.
Persetan dengan kalian semua. Sepertinya aku hanya dianggap sebagai tumbal disini.
"Kalau begitu langsung saja saya beritahu hukuman untuk kalian semua".
Karena ini baru pertama kalinya kami terlambat maka guru kedisplinan pun berbaik hati dengan hanya menyuruh kami lari mengelilingi lapangan 5x putaran dan melakukan "operasi semut" agar bisa balik ke kelas masing-masing.
"Hm.. lari 5x putaran?"
Jujur saja lari 5x putaran mengelilingi lapangan sekolah yang hanya setengah ukuran lapangan sepakbola itu terlalu ringan untuk dijadikan hukuman bagiku. Aku yang rutin olahraga pagi setiap paginya pun menjadi orang pertama yang menyelesaikannya.
Setelah itu aku lalu melakukan "operasi semut" dengan cara memungut beberapa sampah yang berserakan disekitar lingkungan sekolah dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Setelah aku rasa cukup, aku pun mengkonfirmasi selesainya tugasku kepada guru kedisplinan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari guru kedisplinan, aku lalu mengambil tasku yang kutaruh di pos penyimpanan dan langsung bergegas pergi meninggalkan lapangan sekolah.
Ah.. akhirnya selesai juga hukuman sialan ini dan dengan begitu aku bisa segera membaca bukuku yang sudah lama menungguku.
Selamat tinggal lapangan sekolah.. selamat tinggal hukuman sialan.. selamat tinggal kesialanku.. Dan selamat datang.. buku-bukuku :D!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Teen Fiction"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...