Setelah membakar sedikit kalori di dalam tubuhku dengan cara berlari menuju halte bus, aku pun langsung mengeluarkan kartu flash yang ada di dalam dompetku. Kartu ini biasa di gunakan sebagai alat ganti uang untuk pembayaran jasa transportasi bus dikotaku ini.
Mesin sensor barcode yang dipasang berpasangan dengan besi pembatas itu merupakan alat yang di gunakan untuk menscan barcode yang ada pada kartu flash.
Jika saldo di dalam kartu flash masih mencukupi maka warna lampu akan berubah menjadi hijau dan besi pembatas menjadi bisa di gerakkan sedangkan jika saldo tidak mencukupi maka akan muncul pemberitahuan dan tidak akan terjadi apapun pada besi pembatas.
Setelah melewati besi pembatas, aku menemukan banyak orang yang mengantri di dalamnya dengan berbagai jenis pakaian yang mereka gunakan.
Keramaian yang ada di dalam halte ini membuatku kesulitan untuk mengamati kelompok manusia apa saja yang ada di dalamnya. Walaupun secara garis besar, kebanyakan dari mereka di dominasi oleh para pekerja kantoran dan anak sekolahan.
Ini merupakan pengalaman pertamaku berpergian sendiri dengan menggunakan bus dan sepertinya kali ini aku masih cukup kewalahan dengan kondisi asing bagiku ini. Hiruk pikuk keramaian hanya menambah kebinggunganku selama berada di dalam halte ini.
Aku mengamati sekelilingku dan melihat ada beberapa pintu yang tersedia. Berdasarkan arahan petugas halte sebelumnya, aku harus naik bus dari pintu nomor 8 agar bisa sampai di sekolahku. Aku pun mencari-cari pintu dengan nomor tersebut.
Pintu 8, Rute : Perumahan Griya Wisata -> (2 km) <-> Mall Darefour <-> (0.5 km) <-> WcDonald <-> (1 km) <-> Komplek Grand Garden <-> (2.5 km) <-> Perpustakaan Kota <-> (1.5 km) <-> Taman Indah <-> (0.5 km) <- SMA UB.
Total jarak tempuh yaitu 8 km.
Dari pengalamanku saat berangkat ke sekolah ini dengan mengendarai motor akan memakan waktu sekitar 20 menit dengan kecepatan rata - rata 40 km/jam.
Dengan naik bus yang memiliki jalur khusus, aku penasaran seberapa cepat bus ini akan melaju dan butuh waktu berapa lama untuk sampai di sekolah dengan mengambil estimasi jarak tempuh sejauh 8 km? Hm.. Setidaknya dengan memikirkan hal tersebut, bukankah ini menjadi bukti kuat bahwa statusku sebagai anak sekolahan bukanlah omong kosong saja? Ah.. lupakan itu. Aku tidak ada waktu untuk memikirkannya.
"Ah ini dia" ucapku senang.
Aku pun berbaris di depan pintu 8 bersama orang - orang lainnya yang sudah terlebih dahulu tiba. Di sebelah pintu itu terdapat sebuah layar monitor yang menampilkan perkiraan waktu kapan bus selanjutnya akan tiba.
"Lima menit lagi ya?".
Aku menghabiskan sisa 5 menit waktuku di halte dengan membaca buku kecil yang telah kusimpan di dalam kantong jas sekolahku. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan membaca buku jika aku memiliki waktu luang walaupun hanya sebentar. Lima menit adalah waktu berharga yang sangat singkat bagi seorang kutu buku sepertiku ini.
Tak terasa lima menit pun berlalu dan bus yang aku tunggu pun tiba. Karena ramainya penumpang yang akan memasuki bus ini, desak - desakan pun tak terelakan. Berdesak-desakan seperti ini bukanlah hal yang sesuai dengan prinsipku. Aku lebih memilih masuk belakangan walaupun tidak mendapat tempat duduk dari pada harus masuk dengan berdesak-desakan.
Setelah semua orang masuk aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam bus. Aku harap aku masih di berikan sedikit keberuntungan setelah kejadian - kejadian sial yang kualami sebelumnya.
Mataku yang biasa kupakai untuk membaca ini sekarang aku paksa bekerja keras untuk mengamati keberadaan kursi kosong yang masih tersisa di dalam bus ini. Kepada mataku, berjuanglah!
Pencarianku berakhir dengan berhasilnya diriku menemukan dua bangku kosong yang tersisa. Bangku kosong pertama berada persis di depan pintu masuk sebelah utara sedangkan bangku kosong kedua berada persis di belakang bangku kosong pertama. Aku lalu duduk di bangku kosong kedua dan membiarkan bangku kosong pertama di depanku tetap kosong.
Hm.. Aku penasaran apa kali ini aku akan ketiban sial lagi?
---------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan:
Semangat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Teen Fiction"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...