Pemandangan sore hari yang indah menghiasi jendela bus kota yang kutumpangi bersama adik perempuanku ini. Anak-anak kecil yang berlarian, layang-layang yang bertebaran di langit, pelangi yang terbentuk selepas hujan bahkan hanya ada sedikit mobil yang mengantri untuk melewati lampu lalu lintas. Semua hal tampak sempurna. Aku memang jarang sekali naik bis tapi baru sekarang aku menyadari bahwa naik bus itu ternyata tidaklah seburuk yang aku bayangkan selama ini.
Saking jarangnya aku naik bus, aku bahkan bisa menghitung dengan jari berapa kali aku pernah berpergian dengan naik bus. Bukannya bermaksud sombong, kau tau sendiri alasan sebetulnya kenapa aku jarang berpergian dengan naik bus yaitu karena susahnya diriku untuk menikmati membaca buku jika tidak dalam keadaan sunyi. Dan di dalam bus adalah salah satu dari medan pertempuran terhebat bagi seorang kutu buku sepertiku ini.
Aku berbohong jika aku mengatakan bahwa aku dapat menikmati membaca buku dalam keramaian. Memang benar aku mungkin tetap bisa membaca buku tersebut atau bahkan sampai menyelesaikannya. Tetapi rasa puas dan nikmat yang aku dapatkan tidaklah seberapa. Aku ingin membaca buku hingga membuat diriku benar-benar puas sampai 100%.
Meskipun begitu, aku tetap saja membacanya karena aku menyukai buku.
"Cewek itu ... ".
Hal pertama yang kuingat jika aku berkendara dengan naik bus yaitu "cewek itu". Yah.. pertemuan pertamaku dengannya dan juga pertama kalinya bagiku berpergian dengan naik bus sendirian. Kalau tidak salah, itu terjadi ketika hari awal aku masuk SMA.
[START OF FLASHBACK]
Hari awal masuk SMA
Aku terbangun dari tidurku lalu membuka kedua mataku disalah satu hari yang paling aku tunggu-tunggu dalam hidupku ini.
"Akhirnya .. Hari ini tiba".
Aku segera bangkit dari posisi tidurku dan langsung mengambil smartphone yang aku taruh di atas meja di dekat tempat tidurku. Aku lalu memasukkan kata sandi yang kupasang pada smartphoneku. Setelah berhasil masuk, hal pertama yang kulihat yaitu waktu saat ini dan smartphoneku pun menunjukan saat ini sedang pukul 05.30 pagi.
"Ahh... Sial aku kesiangan!" teriakku karena kaget.
Tak kusangka pertama kalinya aku kesiangan untuk olahraga pagi yaitu di hari yang paling aku tunggu-tunggu. Perlu kau tahui, sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang pribadi yang lebih baik saat SMA aku belum pernah sama sekali bolos untuk olahraga pagi. Sewaktu SMP aku adalah seorang siswa nakal yang divonis sebagai seorang yang berkepribadian mesum buruk oleh teman-teman sekolahku.
Banyak hal yang sudah aku lakukan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu hal yang rutin kulakukan adalah olahraga pagi.
Aku biasanya bangun sekitar pukul 04.00 dini hari. Setelah bangun, aku menyiapkan diri sebentar kemudian langsung keluar untuk berolaharaga pagi.
Aku biasanya lari mengelilingi komplekku yang berjarak total 2.5 km ini sebanyak 2 kali putaran. Jadi total setiap hari aku berlari sejauh 5 km. Walaupun terkadang aku juga sesekali menurunkan dan sesekali melebihkan jarak lariku.
Setelah beristirahat sebentar, aku mulai melakukan kegiatan fisik lainnya seperti push up dan sit up. Biasanya aku melakukan kegiatan fisik tersebut sampai 100 kali.
Dengan rutinitas sehat yang kulakukan seperti ini setiap harinya tanpa bolos satu haripun, tubuhku perlahan menunjukkan sisi kemachoannya. Tubuhku menjadi lebih tinggi, tegap, berisi dan yang paling terasa yaitu perut sixpack yang aku dapatkan.
Jadi, ketika aku kesiangan bangun sehingga terpaksa membolos untuk olahraga pagi aku sangatlah kesal. Olahraga itu sangat penting bagi kesehatan semua orang, termasuk kutu buku. Dan keuntungan lain yang kau akan dapatkan yaitu tubuh sehat dan ideal untuk menjadi seorang pangeran.
".. TIDAK!!! Kenapa harus hari ini!" celetukku kesal.
Tak lama kemudian ada seseorang yang memanggilku dari luar pintu kamarku.
"Aldi.. Aldi.. kamu sudah bangun belum?" teriak ibuku dengan lantangnya.
"Aldi.. ayo cepat bangun! Sekarang sudah hampir jam 6, nanti telat loh kesekolahnya".
Ibuku sepertinya tidak percaya bahwa aku sudah bangun. Kali ini dia bahkan sampai menggedor-ngedor pintu kamarku. Aku pun sepertinya berada dalam posisi dimana aku harus merespon pertanyaannya.
"Iya.. iya aku bangun" jawabku tegas.
"Ibu sudah siapkan sarapan di meja makan. Jangan lupa sarapan dulu ya nanti sebelum berangkat sekolah".
"Iya.. baiklah".
Setelah kuingat-ingat sudah lama aku tidak dibangunkan oleh ibuku seperti ini. Sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang pribadi yang lebih baik, aku selalu bangun sendiri dan menyiapkan segala sesuatunya sendirian.
Ibuku adalah seorang yang cantik, lembut, rajin dan penyayang. Dia adalah panutanku dalam segala hal terlebih dalam hal memasak. Bangun pagi juga salah satu kebiasaan baik darinya yang aku tiru.
Aku berpikir bahwa kali ini ibuku sepertinya memang sengaja tidak membangunkanku saat pagi hari tadi ketika dia juga terbangun. Mungkin dengan begitu, aku pikir ibuku jadi bisa berteriak menyuruhku untuk segera bangun dan dia bisa menyiapkan segala hal yang biasanya para ibu pada umumnya lakukan kepada anaknya sebelum berangkat sekolah.
"Arghhh.." ucapku sambil menggaruk-garuk rambutku.
Aku tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti ini.
"Tunggu sebentar .." gumamku dalam hati.
Setelah kupikir-pikir sepertinya wajar saja ibuku ingin memperlakukanku seperti ini jika mengingat hubunganku dengan ibu dulu yang pernah renggang. Meskipun demikian, tetap saja aku masih menyukai perlakuan sayang seorang ibu yang seperti ini.
Aku pun bergegas mandi dan mempersiapkan peralatan sekolahku. Setelah aku selesai mandi, aku langsung memakai seragam sekolah SMA UB. Seragam sekolah SMA UB memakai setelan jas dan celana berwarna merah.
Sebelum keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk sarapan, aku menyempatkan diri untuk berdiri didepan kaca besar yang tergantung di kamarku itu untuk memastikan kembali penampilanku.
[Haha]
Aku tertawa dengan senyum kecil lalu berkata:
"Hari ini aku benar-benar menakjubkan".
---------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan:
Ini part 1/2 mohon saran dan kritik dari para sesepuh sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Novela Juvenil"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...