Tak terasa aku telah sampai di halte pemberhentian bus pertama semenjak aku berada di dalam bus ini. Waktu berlalu dan bus yang kutumpangi ini juga telah berhenti di halte pemberhentian yang kedua, tak lama berselang kemudian juga telah sampai di halte pemberhentian yang ketiga.
[TS Note : Lihat chapter 4 tentang Rute 8)
Di setiap halte pemberhentian yang bus ini singgahi, banyak penumpang yang keluar masuk bus. Setidaknya dari tiga halte yang sudah bus ini singgahi, ada sekitar 15 orang dari total 40 penumpang yang sudah keluar masuk bus. Pada dua halte pertama, jujur aku tidak terlalu memperhatikan wajah para penumpang yang telah keluar masuk bus dan lebih memilih membaca bukuku.
Tapi ada kejadian menarik yang terjadi saat bus ini berhenti pada halte pemberhentian yang ketiga. Aku melihat kehadiran seorang cewek sekolahan yang lagi-lagi berseragam sekolah sama denganku dan seorang nenek tua berkaca mata yang memegang tongkat jalan.
"Silahkan" ucap petugas knek sambil menolong nenek tua itu masuk.
"Terima Kasih" jawab cewek sekolahan itu mewakili jawaban nenek tua itu.
Setelah mereka berdua masuk kedalam bus, mereka sepertinya tampak kebinggungan karena kelihatannya mereka sudah kehabisan bangku kosong yang dapat mereka duduki. Melihat hal itu, petugas bus langsung mengambil sebuah inisiatif yang bagus untuk di lakukan.
"Maaf, apa di sini ada yang mau memberikan kursinya kepada mereka berdua ini?"
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya cewek absurd didepanku ini berdiri dan mempersilahkan nenek tersebut untuk duduk.
"Ahh .. nenek sini sini.. duduk di sini nek" ucap cewek absurd di depanku dengan semangat.
Aku tak mengira bahwa si cewek absurd itu ternyata adalah orang baik. Baiklah sebagai balasan perbuatan baikmu, aku akan melupakan satu perbuatan absurd yang kau lakukan sebelumnya.
"Matuur nuwun .. cah ayu" ucap si nenek dengan wajah bahagia.
Masalah di bus tadi seakan-akan telah berhasil di selesaikan setelah si nenek telah mendapatkan tempat duduknya. Aku terkejut ketika para penumpang bahkan petugas di dalam bus ini tidak lagi mencarikan tempat duduk untuk cewek sekolahan yang masuk bersamaan dengan si nenek tua tadi.
Hingga bus ini kembali berjalan, cewek sekolahan itu masih tetap berdiri tanpa ada penumpang yang memberinya tempat duduk.
Aku lalu berpikir sebenarnya emansipasi wanita itu memang betul adakah? Jika memang ada, apakah emansipasi wanita itu hanya untuk orang yang lanjut usia saja?
Aku beranggapan bahwa para penumpang di bus ini tidak memberikan tempat duduk mereka kepada cewek itu karena mereka memvonis bahwa dia adalah seorang anak muda yang sehat dan masih kuat untuk berdiri lama di bus.
Tapi maaf.. aku tidak sependapat dengan kalian semua. Sebagai orang yang paham betul dengan prinsip penampilan luar (baca ) jelas tidak akan tertipu hanya dengan melihat penampilan luar cewek itu saja.
Memang benar dari penampilan luarnya, dia seperti cewek sekolahan yang sehat pada umumnya. Dia memakai seragam sekolah, mengendong tas bahkan tubuhnya pun bisa di bilang "sehat".
Cewek itu memiliki tubuh yang tinggi, dadanya yang lumayan besar tumbuh, rambut panjangnya yang di tata rapi. Aksesoris pribadi yang ia kenakan membuat kesan anak sekolahan normal pada umumnya melekat pada dirinya.
Tapi itu semua salah! Kau harus memperhatikan suatu hal sedetail - detailnya untuk mendapatkan sebuah kesimpulan akhir yang tepat.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan:
Tsundere is the best waifu... xD
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mesum yang Kutu Buku
Teen Fiction"Aku mencintaimu.. jadi tolong jadilah pacarku" "Maaf.. Aku tidak bisa" Terdengar klise bukan? Tapi bagi Aldini, klise atau tidak bukanlah perkara yang penting. Baginya hal yang lebih patut dia khawatirkan yaitu "Dimana cewek itu berada sekarang?"...