Pukul tujuh malam dan Gena masih harus menahan kesabaran bertahan lebih lama dengan Samudra karena Mockup Room di Pameran baru saja selesai.
"Mau makan dulu?" tanya Samudra ketika Gena baru saja meluruskan kakinya dengan duduk di salah satu kursi yang disediakan di Booth Pameran.
"Memangnya masih lama Pak?" Gena sengaja mengganti panggilan Samudra dengan Pak, takut-takut nanti Samudra menganggap dirinya naksir hanya karena memanggil Mas. Padahal Gena memang sudah terbiasa memanggil Mas dengan lelaki yang lebih tua darinya. "Kayaknya Mockup Room udah selesai."
"Memang, tapi saya perlu lima belas menit untuk cek administrasi dokumen dengan pihak penyelenggara Exhibition."
"Lah, mereka belum pulang? Lagian kenapa Administrasi dokumen baru diurus sekarang? H-2, yang bener aja." Gena memutar bola matanya, ia tahu ini adalah perbuatan tak sopan. Tapi mengurus kelengkapan dokumen pameran di H-2, sungguh keterlaluan pihak penyelanggara pameran ini.
"Kamu tau apa sih, Gen? memangnya dokumennya sedikit? kamu tau ada banyak yang harus diurus, dan saya dapat pesan dari anak Finance perihal penyewaan booth yang kena potong PPh pasal 23." Samudra baru saja akan melangkah meninggalkan Gena, tapi pria itu berbalik dengan seulas senyum. "Tunggu Mas di sini ya, sebentar lagi urusan Mas selesai. Adek jangan kemana-mana, jangan nakal."
Perkataan yang terlontar dari mulut Samudra sukses membuat Gena bergidik ngeri, pria itu dengan santainya justru tertawa melihat reaksi ngeri di wajah Gena.
Seandainya Gena tak cukup lelah dan lapar, ia mungkin akan meninggalkan Samudra sekarang juga. Melihat sikap Samudra yang semakin lama semakin aneh, dasar pria flamboyan penebar feromon tak jelas.
Samudra kembali dengan wajah santainya, menepuk pipi Gena agar gadis itu segera bangun dari duduknya, "Ayo pulang."
Gena mengangguk, mengikuti langkah Samudra dari belakang. Matanya menyapu ke sekeliling, masih ada beberapa orang yang memang sedang sibuk menyiapkan booth.
"Mau makan apa, Dek?" tanya Samudra dengan seringai yang sengaja dibuat manis atau memang manis, Ah yang pasti terlihat jelas jika pria itu tengah mengejek Gena dengan sebutan Dek.
"Nggak usah sok-sokan deh, Pak," Kesal Gena. Ia mengentakan kakinya pertanda tak suka dengan sikap Samudra.
"Lah kamu sendiri, kenapa manggil saya Pak? Kenapa hayoo? masa cuman karena saya ledekin berasa dipanggil calon istri kamu langsung ambil sikap." Samudra berdiri di depan Gena, menghalangi langkah gadis itu yang akan masuk ke dalam mobil.
"Saya nggak suka Mas Sam sok dekat dengan saya, tipe-tipe pria seperti Mas Sam ini yang harus dihindari. Bisanya tebar feromon!" Gena menatap Samudra. Tangannya meremas erat, untuk saat ini Gena tidak terpesona dengan manik indah Samudra, atau mungkin belum.
"Saya nggak sok dekat sama kamu, Gen. Memang sebagai team work kita harus mendekatkan diri, biar kerja lebih mudah," Jelas Samudra. Pria itu masih nyaman berdiri saling berhadapan dengan Gena.
"Alibi,"sinis Gena "Mas nggak tau kan tuh kalau satu kantor perempuan bisa baper karena sikap Mas yang mengatasnamakan mengakrabkan diri."
"Itu bukan urusan saya," balas Samudra sambil mengendikan kedua bahunya. "Saya hanya mencoba bersikap baik dan menjadi diri saya sendiri, ingat itu ya."
"Ya sudah, biar Mas Sam dengan sikap Mas Sam. Dan terserah saya dong mau respon sikap Mas Sam seperti apa, jangan kesannya Mas Sam kayak mepet-mepet saya terus. Udah kayak-kayak om-om kurang kasih sayang aja." Gena melontarkan unek-unek di hatinya tanpa merasa berdoaa sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
U P S I D E
Literatura FemininaGena tidak pernah menyangka jika Samudra mematahkan hati kakanya. Gena juga tidak pernah menyangka bahwa Samudra juga berhasil mematahkan hatinya Copyright © 2017, Kammora Cover © Purpleefloo Start From 19-11-2017