Dari pukul satu lewat lima belas menit tim Marketing rapat membicarakan target penjualan bulan depan, beberapa Customer yang seharusnya bisa dimaksimalkan quantity penjualannya.
"Kita juga akan ikut lelang dari tender pemerintah soal pembangunan Mess di Palembang," Samudra menjelaskan beberapa prospek bulan depan tentang menjadi Supplier untuk sebuah pembangunan Mess. "Ada beberapa orang yang akan diutus kesana untuk melakukan penawaran saat lelang, saya dan dua orang lagi mungkin."
"Soal ekspor yang ditargetin menjadi tiga kali lipat? itu nggak memeberatkan?" Ranu menghela napas, mencoret-coret note di depannya.
"Nggak, pasar luar lagi bagus. Lagi pula pemerintah mempermudah jalan kita untuk ekspor." Samudra menutup MacBooknya, mengatakan bahwa rapat kali ini hanya soal strategi Marketing dan Brand Awareness. "Untuk penunjukan orang yang akan ke Palembang, soon saya kasih infonya ya."
Gena menarik napas pelan, target penjualan semakin tinggi artinya tekanan yang didapat juga semakin tinggi. Tidak ada pekerjaan yang mudah di dunia ini, setiap pekerjaan memiliki tingkat kesulitan sendiri.
"Ayolah Gen," Asri mengguncang lengan Gena, menatap penuh mohon pada Gena. Berharap Gena mau menolongnya kali ini.
"Kenapa harus ke Pacific Place sih?" tanya Gena risih, beberapa orang sudah mulai keluar.
Sampai Pak Hamid menyela ucapan Asri, "Gen, temani Samudra ketemu klien di Setiabudi ya."
Gena hanya mengangguk pasrah, memang apa yang bisa ia lakukan? Menolak? Mana mungkin, bisa-bisa bonus Gena dipotong oleh Pak Hamid.
Samudra bercengkrama sebentar dengan Pak Hamid, sebelum berbalik menatap Gena yang tengah menghela napas.
"Lima belas menit lagi, saya tunggu di depan."
Depan Plaza Indonesia? dengus Gena, meski ia tahu depan yang dimaksud Samudraa adalah depan Resepsionis kantornya.
"Dengerkan?" Gena melirik Asri, "Nggak jadi gue temenin."
Sepertinya Gena harus punya antivirus dari sifat sok perhatiannya Samudra, kenapa yang terlihat salah di mata Gena justru dipuja. Atau benar kata Alisa, sebenarnya Gena belum mengenal Samudra sepenuhnya.
"Kamu nggak kedinginan?" tanya Samudra yang menatap Gena yang baru saja tiba di depan resepsionis, Gena hanya mengenakan blouse berbahan tipis memang. Tapi memang apa yang membuat Gena bisa merasa dingin? AC mobil?
Jelas tidak akan membuat Gena dingin, tapi sedetik kemudian saat Gena melirik Jendela luar yang menyapanya adalah hujan yang datang begitu derasnya.
"Masih nggak mau ambil jaket?" tanya Samudra.
Soal jaket Gena jadi ingat ia belum mengembalikan jaket Samudra, Jakarta akhir-akhir ini senang disapa Hujan. Hampir setiap sore genangan air akan muncul dimana-mana, sialnya Gena masih tak peduli untuk membawa Jaket atau payung.
"Nggak bawa," jawab Gena tak peduli, ia lebih memilih melangkah menuju lift menekan tombol ke bawah.
"Terserah deh." Samudra menata kesal pada Gena.
"Jaketnya Mas Sam masih di rumah, saya lupa bawa." Lift berdenting, Gena masuk lebih dulu disusul Samudra. Tangannya menekan tombol LG pada dinding lift.
"Buat kamu aja, saya masih punya banyak di rumah. Kamu kayaknya nggak punya jaket di rumah sampai musim penghujan seperti ini pun kamu nggak pernah bawa jaket," tutur Samudra dengan panjang lebar.
Kening Gena mengerut, kenapa sekarang Samudra yang jutek kepadanya. Seharusnya Gena yang sebal pada pria yang berada di sampingnya kini.
"Kamu pakai jaket saya yang di mobil," ucap Samudra, lagi. Tanpa melihat ekspresi Gena yang kini mengekor di belakannya menuju mobil Inova miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
U P S I D E
ChickLitGena tidak pernah menyangka jika Samudra mematahkan hati kakanya. Gena juga tidak pernah menyangka bahwa Samudra juga berhasil mematahkan hatinya Copyright © 2017, Kammora Cover © Purpleefloo Start From 19-11-2017