Sejak sampai di rumah Gena mencari keberadaan kakaknya, Alisa. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Alisa dan Samudra. Pukul delapan malam lewat Alisa baru saja tiba di rumah, dengan sekotak Pizza di tangannya Alisa melirik Gena yang tengah menonton televisi di Living room.
"Tumben nggak ngurung di kamar?"
Adakalanya Gena meragukan jika dirinya dan Alisa lahir dari rahim yang sama. Kalau dibandingkan dengan dirinya Alisa jelas berbeda. Alisa itu gambaran menantu idaman untuk para mertua, wajah cantik yang dibalut sikap feminim dengan perilaku yang keibuan. Jelas saja Gena berbeda 180 derajat dengan kakaknya.
"Lagi pengen nonton movie aja."
Alisa melirik movie yang tengah di putar di salah satu chanel tv kabel.
"Gimana, udah ada perubahan linkungan kantornya?"
"Lingkungannya tetap sama aja, tapi sedikit-sedikit aku udah belajar bagaimana menyikapi mereka semua. Kalaupun mereka saling membicarakan keburukan orang lain aku hanya perlu menulikan telingaku dan membisukan mulutku, jangan justru terbawa dengan kebiasaan mereka." Gena melirik ke arah Alisa yang kini duduk di sampingnya. Alisa bekerja di salah satu Kantor Akuntan Publik, dia seorang Auditor yang sering bepergian keluar kota. Jam terbangnya cukup padat.
Apalagi jika peak season, syukur-syukur Alisa masih ingat rumah.
Kalau Gena sejak awal memang tak pernah berminat dengan pekerjaan yang mengharuskannya berpergian keluar kota, dia cukup menikmati bekerja sebagai back office.
"Kak, kenal sama yang namanya Samudra?" tanya Gena, ia tidak akan bisa menelan rasa penasarannya jika tak bertanya langsung pada Alisa. Kalaupun ia bertanya pada Samudra, jawaban pria itu pasti hanya asal dan Gena mungkin takkan percaya sepenuhnya.
"Samudra?" Alisa membuang napas berat, tangannya mengambil satu permen di atas meja lalu membuka kemasannya perlahan. Mengulum permen itu seolah sedang mempersiapkan susunan kata yang layak Gena dengar. "Samudra Arsyanendra, 'kan?"
Gena mengangguk, tidak ada lagi pria yang Gena kenal bernama Samudra selain Samudra Spv Project Marketing.
"Cuma teman, kebetulan dulu Kakak Pernah dapet tugas audit perusahaan kamu."
Lalu kenapa tidak sejak awal Alisa mengatakan jika ia pernah terlibat dengan perusahaan baru Gena sekarang, kenapa dia diam saja seolah tak tahu.
"Teman yang pernah anterin kakak pulang ke rumah?"
"Kata siapa? Samudra cerita apa saja memang sama kamu? pasti dia berbicara soal kehebatannya mematahkan hati wanita 'kan? atau dia cerita soal kakak yang ngajakin dia komitmen...," Dan Alisa merutuki mulutnya yang terkendali, tanpa sadar karena begitu terkejut mendengar Gena mengatakan kalau Samudra pernah mengantarnya. Alisa pikir pastklah sudah berkata yang tidak-tidak.
"Dia nggak bilang apa-apa," Gena menelan ludah kasar. Kalau ada wanita yang selalu ia kagumi selain ibunya, itu adalah Alisa, Kakaknya.
Gena hampir tidak mampu berkedip mendapati kenyataan jika Alisa menyukai Samudra bahkan Kakaknya dengan berani menyatakan perasaannya pada Samudra.Apa Samudra sehebat itu hingga kakaknya rela mengambil langkah lebih dulu? rasanya meski diingat dari hal kecilpun tak ada sifat Samudra yang benar-benar membuat Gena kagum. Atau Gena hanya belum tahu Samudra seperti apa?
"Kakak ke atas dulu," ucap Alisa, gadis itu terlihat salah tingkah setelah melihat Gena yang terkejut nyaris tak mampu berkata-kata.
****
Kalau ada yang bertanya tentang lelaki idaman versi Gena, maka Gena akan berkata seperti Ayahnya. Klasik memang, tapi Gena memang mengidolakan ayahnya. Dibanding ia harusnya menyebut sederet nama artis hollywood atau korea, Gena akan dengan lantang mengatakan jika sosok suaminya kelak harus seperti ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
U P S I D E
ChickLitGena tidak pernah menyangka jika Samudra mematahkan hati kakanya. Gena juga tidak pernah menyangka bahwa Samudra juga berhasil mematahkan hatinya Copyright © 2017, Kammora Cover © Purpleefloo Start From 19-11-2017