IV

35.7K 5.5K 153
                                    

Jangan salahkan Gena jika seharian ini dia terus menatap sinis pada Samudra, pria tidak tahu diri itu dengan kurang ajar sudah mengecap bibirnya. Parahnya lagi di depan umum.

"Kamu bantu saya periksa mock up buat di pameran." Samudra berdiri di belakang Gena dengan sebelah tangan yang menumpu pada belakang Kursi Gena.

"Itu bukan tugas saya, Mas."

"Sekarang tugas kamu, karena saya yang minta," ucap Samudra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer Gena yang menampilkan data penjualan bulan April.

"Dan Tugas saya? siapa yang akan menyelesaikan, saya tidak keberatan jika harus cek mock up di Pameran. Asal ada yang menghandle pekerjaan saya sekarang," ucap Gena dengan sinis. Siapa yang memulai, Gena sudah berusaha bersikap sopan dengan Samudra sejak awal. Walaupun dirinya tergolong jutek tapi masih bisa dibilang Santun, tidak seperti Samudra.

Ahh, kepala Gena jadi berdenyut jika ingat kelakuan Samudra.

"Ada Siska yang akan handle kerjaan kamu." Samudra memberi isyarat pada Siska agar menghampirinya.

"Kamu ambil alih kerjaan Gena, saya mau ajak dia cek mock up di pameran," putus Samudra.

"Baik, Kak Sam." Siska menunduk mengambil alih dokumen di atas meja kerja Gena.

Gena bisa melihat Helen yang memutar bola matanya, kenapa dengan gadis itu? bukankah harusnya Gena yang jengah dengan sikap Samudra kenapa pula gadis menyebalkan itu yang menatap jengah dirinya.

"Sepuluh menit lagi saya tunggu di lobi," kata Samudra. Kakinya melangkah meninggalkan Gena yang menggeram pelan. Lalu berbalik lagi menyelesaikan ucapannya, "Sekalian absen pulang saja takut nanti kita nggak balik kantor lagi hari ini."

Gena segera merapikan mejanya, mengganti sandal jepitnya dengan sepatu kets yang biasa ia kenakan.

Jam tiga sore dan mereka harus pergi ke daerah Kemayoran untuk mengecek lokasi pameran apakah sudah ada Mock up produk-produk yang akan ditawarkan. Gena yakin ini hanya alasan Samudra agar bisa mengerjai Gena yang sudah dua hari mengibarkan bendera perang.

Manik Gena mengitari seisi Lobi berharap menemukan sosok Samudra, seperti apa yang Samudra bilang pria itu menunggu di Lobi dan Gena tak menemukan batang hidungnya. Sampai suara tawa seorang perempuan mengalihkan atensi Gena, dan di sanalah Samudra berdiri.

Flirting, Huh!

Gena mendengkus melihat sosok perempuan di depan Samudra yang tengah tertawa malu-malu, mungkin Samudra sedanga mengatakan sepatah dua patah kata rayuan.

Dasar pria kurang dibelai.

Kalau terus dibiarkan mungkin Samudra akan terus melontarkan rayuan-rayuan yang dianggap menjijikan oleh Gena, akhirnya Gena memutuskan menghampiri Samudra. Ia tak mengatakan apapun, hanya berdiri di samping Samudra.

"Kamu udah sejak kapan?" tanya Samudra melirik ke arah Gena yang berdiri di sampingnya, Gena bisa mendengar perempuan di depannya mengatakan tentang restoran yang baru saja dibuka lalu film bioskop yang sedang trending.

"Gimana kalau jum'at ini?" tanya si perempuan yang rambutnya sedikit ikal, Gena masih belum sempat menjawab pertanyaan Samudra dan perempuan itu kembali berceloteh. "Aku yang beli tiketnya nanti."

Kening Gena mengerut, kenapa jadi perempuan berambut ijal yang membayarkan tiket Samudra. Dasar lelaki tidak modal! Ingatkan Gena untuk tidak pergi menonton dengan Samudra.

"Nanti aku kabarin lagi deh ya," Samudra menggerling nakal dengan senyum yang menurut Gena menyebalkan. "Aku mau ke lapangan dulu, see you."

U P S I D ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang