XV

30.8K 5K 407
                                    

Ini namanya sudah jatuh ketiban tangga pula, Gena sudah mengerti maksud dari pribahasa itu.
Akhir Pekan ini Gena inginnya menikmati me time nya dengan tenang, tapi apa daya ketika ia pergi ke salah satu tempat makan yang menyediakan berbagai macam olahan ia harus bertemu Samudra.

Pria itu memakai t-shirt dengan celana training yang menurut Gena lebih mirip orang baru saja bangun tidur. Gena berusaha berpura-pura tak menyadari keberadaan Samudra dengan dua orang perempuan di sampingnya.

Gilakan cowok jaman sekarang, ngajak dua cewek jalan selaligus tapi si cewek akur-akur aja. Punya pelet apa coba si Samudra.

Pikiran Gena terus berkecamuk, jangan sampai Samudra menyadari keberadaannya. Bisa malu Gena dengan Samudra, ia hanya di sini sendiri tanpa ada orang yang menemani. Lalu Samudra bisa menggaet dua perempuan sekaligus dengan hanya berpenampilan bangun tidurnya.

Bisa-bisa Samudra menertawakannya, sebaiknya Gena segera mencari celah untuk keluar dari restoran ini. Mencari alternatif lain lebih baik dibanding duduk di sini dengan hati cemas.

"Di sana aja," Gena dengar itu suara Samudra, dan salah Gena karena mendongak penasaran dengan sumber suara tersebut.

"Hai Gen," Samudra menyapa Gena lebih dulu, pria itu tidak duduk satu meja dengan Gena. Samudra lebih memilih tempat kosong di depan meja Gena. "Sendiri?"

Oh God, kenapa pertanyaan sendiri yang keluar dari mulut Samudra terdengar menyakitkan di telinganya.

"Sama temen, cuman dia belum dateng." Good Gena, satu kebohongan akan menutupi kebohongan lainnya.

"Temen Bang Sam?" tanya perempuan di belakang Samudra yang memakai kemeja dan jeans, lebih rapi dari apa yang tengah Samudra kenakan saat ini.

"Iya, temen kantor Abang," jawab Samudra santai, Gena hanya mengulas senyum.

Nggak ada niatin buat ngenalin gue gitu? Gengsi kan kalau gue yang ngenalin sendiri, berasa pengen banget dikenalin.

Gena melirik sekilas satu perempuan yang juga ikut datang bersama Samudra, ia lebih memilih duduk dibanding mengintil Samudra. Tipe perempuan pasif, berbeda dengan perempuan yang tengah berdiri di samping Samudra yang terlihat lebih aktif.

"Mau gabung? sementara kamu nunggu temen kamu yang belum dateng." tawar Samudra saat perempuan di sampingnya lebih memilih kembali duduk di mejanya.

"Ng...," Gena tampak berpikir, kalaupun Gena ikut bergabung lalu teman siapa yang Gena tunggu.

"Oh iya saya lupa," Samudra tersenyum canggung, "Kamu nggak suka kalau saya bersikap seolah kita teman dekat. Ada batasan yang kamu ciptakan untuk saya, saya lupa."

Hati Gena merasa tertohok untuk apa yang tidak ia mengerti, karena sebenarnya memang ini yang ia inginkan lalu kenapa ia merasa kecewa saat Samudra berkata seperti itu.

"Bang Sam pesen Bake Rice Bimbimbap aja yaa, toppingnya meat aja deh." Gadis yang berkemeja itu menyela, dan Samudra tersenyum mengangguk mengiyakan.

Tuhkan, sok lembut sekali dia.

"Abang ketemu gede ya, Mas?" tanya Gena dengan nada mencibir. Seketika Gena merasa bodoh karena melontarkan kalimat tanya yang mengindikasikan kecurigaan Samudra bahwa ia tak suka dengan perempuan yang diajak Samudra.

Samudra hanya tersenyum tak membantah ucapan Gena atau mengiyakan. "Saya balik ke meja saya deh, have fun with your weekend yah."

"Takut dicemburuin sama temen kencannya yah kalau ngilang lama-lama, Mas Sam?" terangkanlah pikiran Gena sekarang, kenapa nada tanyanya terdengar begitu sarkas.

U P S I D ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang