X

31.1K 5.1K 186
                                    

Pagi hari Gena sudah dibuat tidak tenang dengan Alisa yang sudah duduk bersila di atas kasurnya, padahal baru jam setengah enam tapi Alisa sudah berhasil membuat Gena kesal.

"Jadi Sam lagi in relationship dengan siapa?" tanya Alisa tanpa aling-aling, kenapa Kakaknya begitu penasaran. Padahal Gena saja tidak peduli Samudra sedang menjalin hubungan dengan siapa.

"Aku nggak tau, dia itukan kayak playboy kelas kucing yang sukanya deketin cewek nggak jelas." Gena membuka lemarinya, mengambil pakaian yang akan ia kenakan hari ini. "Lagian kenapa Kakak masih peduli sama dia?"

"Dia itu pria baik," ucap Alisa, pelipis Gena berkedut. Lantas kalau Samudra pria baik kenapa Alisa harus peduli.

"Memang dia bukan kriminal, tapi cukup berbahaya kalau didekati. Setahuku dia itu heart breaker."

"Memangnya kamu pernah dengar langsung dari mulutnya Samudra dia berpacaran dengan siapa?" Alisa menatap Gena, jenis tatapan yang penuh isyarat seolah berkata bahwa Gena terlalu banyak menyimpulkan. "See, Samudra sendiri tidak pernah menjalin komitmen dengan perempuan yang berusaha mendekatinya. Salahnya adalah perempuan-perempuan itu berharap pada sikap Samudra, termasuk Kakak."

"Maksudnya Kak Alisa, yang salah di sini adalah perempuan yang secara nggak langsung gampang baper karena dikasih perhatian sama Samudra." Gena menaikan satu alisnya, tak mengerti dengan jalan pikiran Kakaknya. Bukankah Kakaknya ini satu dari sekian banyak perempuan korban perasaan dari sikap Samudra, kenapa Kakaknya tidak membenci Samudra saja. Mungkin itu akan lebih terdengar mudah untuk Gena.

"Iya, karena kita terlalu gampang terbuai sikap manis Samudra."

"Itu pointnya, tapi di sini Samudra juga bodoh tebar feromon sembarangan."

"Nggak akan ada hati yang patah kalau perempuan itu nggak mengharapkan Samudra," ucap Alisa. Sejujurnya Gena tak mengerti apa yang diinginkan Kakaknya sekarang, mendebat soal Samudra bukan favorite Gena.

"Kenapa kakak bisa mengharap Samudra?"

"Karena terlalu sulit untuk tidak terbawa perasaan dengan sikap Samudra, dia termasuk kedalam Husband material. Setelah kamu kenal lebih dekat juga kamu akan tahu bagaimana Samudra memperlakukan perempuan seperti apa," Alisa menarik bantal yang ada di sampingnya. Memeluknya erat seraya menarik napas dalam-dalam. "Cuman heran kenapa Samudra nggak pernah mengucapkan kapan dia punya pacar."

"Nunggu lebaran monyet deh baru dia bilang punya pacar," Gena lebih memilih masuk ke kamar mandi meninggalkan kakaknya. Masa bodo dengan Alisa yang terus bertanya masalah Samudra, memangnya Gena baby sitternya Samudra yang harus tahu segala sesuatu soal Samudra.

*****

"Duh Asri....," Gena menangkup kedua tangannya di atas meja menelusupkan kepalanya. "Kenapa bisa lo proses kalau surat jalannya nggak jelas gini, orang warehousenya juga bisa kecolongan lagi."

Rasanya Gena ingin menangis saja, sepuluh invoice dengan nominal cukup besara ternyata salah. Belum lagi dengan uang muka dari penjualannya yang tidak dikurangi.

"Kenapa?" Ranu menatap Asri yang tengah mengigit ujung kuku jemarinya.

"Aku...," Asri nyaris menangis, mulutnya bergetar. "A-Aku salah cek invoice, faktur yang ku kirim ternyata belum dikurangin uang muka."

"Kenapa Gena yang pusing?" tanya Ranu.

"Aku input pake usernya Gena, belum lagi itu customer yang memang urusannya Gena." Asri menatapa Gena yang kini lebih memilih meneguk air mineral.

Ranu mengerti, pantas saja Gena terlihat kusut.

"Nggak apa-apa, gue bisa minta anak finance revisi tagihan. Dan minta anak pajak buat keluarin faktur pengganti yang dikurangin uang muka." Gena berbicara dengan mantapnya, sementara Asri justru menangis.

U P S I D ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang