Sialan.
Gena merutuki kesialannya, kenapa Samudra harus menyebalkan. Kenapa pria itu bisa membuat degup jantungnya tak menentu.
Double shit.
"Gitu aja terus," Gena mendongak. Ada Ranu yang tengah menatapnya, "Kasian itu daun lo cabutin."
Ranu menatap daun-daun yang berguguran sebelum waktunya.
"Kenapa?" Tanya Gena, Ia melipat kaki jenjangnya. Menarik rok pendeknya hingga lutut.
"Seriusan Gen, gue nggak nyaman kayak gini. Lo bilang kita harus bersikap biasa aja, tapi lo natap gue kayak dendam banget." Ranu mulai meracau membuat kepala Gena berdenyut.
"Gue cuman mau lo bersikap biasa aja, kita teman." Ranu mengangkat kedua tangannya dengan jemari membentuk tanda peace.
"Deal," Gena pikir untuk sekarang membiarkam Ranu merasa nyaman berada di sekitarnya bukanlah hal buruk. Lagi pula Ranu tak meminta lebih seperti apa yang dikhawatirkan Gena.
"By the way. Lo kenapa malah di sini?" tatapan Ranu menyapu ke arah sekitar, di lounge khusus yang terbuka.
"Lagi butuh udara segar," Gena melirik ponselnya, tidak berbunyi berarti tidak ada yang mencari keberadaannya setelah menghilang lebih dari tiga puluh menit.
Tapi pikiran Gena salah, karena Samudra berdiri di sana dengan lengan kemeja yang sudah dilipat hingga siku.
"Saya pikir terjadi hal yang tak baik dengan kamu, mungkin tangan yang melepuh. Lagi," sindir Samudra, matanya menatap Gena dengan tatapan menyela seolah yang sedang Gena lakukan adalah sebuah kesalahan tak termaafkan. "Tapi saya salah mengira,"
Gena menarik napas, memejamkan kelopak matanya erat-erat sebelum memberanikan diri menatap Samudra.
"Mas Sam nggak perlu sekhawatir itu dengan saya," Gena merasa mulutnya sedikit kering begitu tatapan tajam Samudra terasa menghunus tepat di maniknya. "Saya masih bisa jaga diri, ada baiknya Mas Sam menjaga sikap. Karena kita tidak lebih dari satu tim kerja, terlalu perhatian indikasinya bisa nggak baik."
Ranu membuka mulutnya mengatakan sesuatu yang justru berada di luar dugaan Gena, "Kalian kayak orang pacaran yang lagi marahan."
"Terlalu cepat," potong Samudra, "Lo terlalu cepat mengambil kesimpulan Ran, gue kesini karena ada kerjaan yang harus segera diselesaikan Gena."
Oh ya? lalu tadi kata-kata yang menyatakan bahwa Samudra khawatir itu maksudnya apa? Gena mendengkus geli.
"Balik ke meja kamu sekarang," perintah Samudra jelas mutlak tak bisa Gena bantah.
"Ini juga mau, nggak usah disuruh juga saya udah mau balik ke meja saya. Mas Sam aja terlalu mengkhawatirkan saya sampai harus menyusul saya," Gena melangkah lebih dulu meninggalan Samudra dan Ranu di belakang.
****
"Beneran loh, Gen." Asri terlihat begitu antusias menceritakan tentang hubungan Samudea dan Felis.
"Iya terus kalau Mas Sam dekat dengan Felis kenapa?"
"Mbak Felis itu katanya janda satu anak, itu yang membuat orang-orang membicarakan kedekatan Samudra kali ini." Asri menggebu menceritakan bagaimana orang-orang di kantor bergosip soal Janda anak satu yang tengah dekat dengan Samudra, mereka menyayangkan Samudra yang harus menjalin hubungan dengan seorang janda.
Gena sendiri tidak pernah menyayangkan jika Samudra berhubungan dengan seorang Janda, memang apa salahnya jika Samudra menyukai Janda kalau memang Samudra serius menjalin komitmen. Yang menjadi masalah adalah karena Samudra hanya senang mendekati perempuan tanpa kepastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
U P S I D E
ChickLitGena tidak pernah menyangka jika Samudra mematahkan hati kakanya. Gena juga tidak pernah menyangka bahwa Samudra juga berhasil mematahkan hatinya Copyright © 2017, Kammora Cover © Purpleefloo Start From 19-11-2017