XXIV

33.2K 5.7K 1.1K
                                    

Tangan Gena masih sedikit bergetar, sisa-sisa keterjutan tadi pagi masih bisa ia rasakan.

"Makan siang, yuk!" Asri menepuk pelan bahu Gena membuat ia sedikit tersentak kaget.

Gena ingin menggeleng menolak ajakan Asri, mau berusaha setegar apapun nyatanya kini sakit yang ia rasa. Mungkin ia bisa terlihat baik-baik saja tapi nyatanya sekarang hatinya terluka dihantam kenyataan pilu.

Wake up dreaming girl, Gena terus menyerukan kalimat itu.

"Ayo,"

Helaan napas Gena terdengar panjang, ia menerima ajakan Asri. Setidaknya ia harus punya kekuatan untuk berbicara dengan Samudra, rasanya tak lucu jika nanti ia pingsan saat berbicara dengan Samudra hanya karena rasa lapar.

"Mau makan apa?"

"Makan orang boleh nggak?"

Asri merengut, sedikit heran dengan jawabn datar Gena. Ia jelas tidak terlihat sedang becanda, lebih terdengar seperti frustasi.

"Becanda," ucap Gena kikuk. Samudra, ya pria itu berdiri di depan Lift menunggu antrian Lift yang memang biasanya padat jika jam istirahata.

"Hai Mbak Renata, Kak Sam!" Asri menyapa lebih dulu diikuti Gena yang tersenyum untuk sekedar menyapa, rasanya sudah cukup Asri yang menyapa lewat kata.

"Makan siang?" tanya Renata, "Nama kamu siapa aku lupa."

Renata tertawa ringan terlihat jelas rasa segan di wajahnya, "Aku tadi payah nginget nama sebanyak itu."

"Ini Asri dan Gena."

Itu bukan suara Asri maupun Gena, tapi Samudra yang dengan santainya memberitahu nama mereka berdua.

"Satu tim dengan ku," lanjut Samudra.

Lift berdenting terbuka, Asri memberi isarat agar Gena segera naik lift yang ternyata lumayan padat.

"Mau makan bareng?" tawar Renata, Samudra di belakang Renata yang artinya sejajar dengan Gena yang ada di belakang Asri.

"Em...," Asri tampak bingung, ia melirik Gena yang berada di belakangnya memberi bahasa isarat apakah Gena menyetujui ajakan Renata. "Nggak deh, takut mengganggu Mbak Renata sama Kak Sam."

"Nggak lah," elak Samudra. "Memangnya saya dan Renata mau ngapain sampai merasa terganggu."

"Okay, makan bareng aja 'kan?" Gena akhirnya membuka suara.

"Tapi Gen," Asri berusaha menolak.

"Ya ampun, Sri. Ini cuman makan bareng, bukan tidur bareng." Gena menjawab dengan santai, meski jawabannya mampu membuat Samudra mendelik tajam ke arahnya.

"Gen."

"Make it easy, Sri. Terlepas dari Mbak Renata mungkin hanya sekedar basa-basi mengajak kita makan bareng, kita nggak boleh nolak."

Keep Calm, Gen.

Mereka akhirnya makan bersama di Foodcourt dalam satu meja dengan Renata yang mendominasi percakapan. Yang Gena bisa tangkap dari celotehan Renata yang cukup panjang adalah bahwa Renata baru saja menyelesaikan S3 nya di Jepang.

"Kangen banget makanan Indonesia aku tuh," Renata menyeruput kuah soto miliknya. "Dua tahun nggak pulang ke Indo, dan Jakarta banyak berubah."

"Dua bulan aja Jakarta banyak berubah, Mbak. Apalagi dua tahun," jawab Asri. Karena Jakarta memang cepat berubah dengan pembangunan di mana-mana.

"Jangankan Jakarta. Hati manusia juga bisa berubah-ubah kalau kelamaan ditinggalin," balas Gena.

Samudra tersedak, Renata menepuk pelan punggung Samudra. "Makan pelan-pelam dong, Ay."

What the, Ay...?
Ayam?

Gena mendengkus, nggak sekalian aja keselek biji kedondong itu Samudra.

Samudra meneguk minumannya dengan rakus, sebelum akhirnya bisa bernapas lega dengan wajah yang memerah.

"Jadi Kak Sam sama Mbak Renata LDR dong 3 tahun?" tanya Asri, ia mencoba mencairkan suasana.

"Iya, kita pacaran udah lima tahun sih. Tahun pertama masih sama-sama, empat tahun belakangan LDR." Renata masih menatap lekat Samudra, mengusap pelan dagu Samudra saat ada sisa tetesan air di dagu pria itu.

"Waduh lama banget yah, aku pikir malah Kak Sam itu jomblo. Gelagatnya kayak bukan pria yang berkomitment."

Harusnya Samudra tertohok dengan ucapan Asri, tapi Samudra justru membalas dengan santai.

"Memangnya kalau saya lelaki yang berkomitment harus bersikap seperti apa? "

"Ya bersikap seperti pria yang menjaga hati perempuan meski kekasihnya terpisah ruang dan waktu."

"Memangnya saya nggak kaya gitu?"

"Nggak, bahkan semua orang nyangka Mas Sam single."

"We love each other, meski ruang dan waktu memisahkan saya percaya kok kalau di hati Samudra cuman ada saya," ucap Renata, matanya menyiratkan binar ketulusan yang mendalam. "Seperti apa dia di belakang saya itu tidak penting, yang penting adalah bahwa cuman saya yang bisa buat hatinya berdebar."

TBC

Ora's Note : Wadidaaaawww ini Samudra gimana coba 😂😂
Kita belum lihat abang Sam membela diri seperti apa Kakak~~~

Lima tahun lho ini Samudra sama Renata 😂😂

Dan terimakasih sudah kasih vote dan komen.
Ay laf yu 😆

14-01-2017.

U P S I D ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang