XIII

30.4K 5.1K 260
                                    

You've got a hold of me
Don't even know your power

I stand a hundred feet
But I fall when I'm around you
-Mercy, Shawn Mendez.

.
.
.
.

Samudra memasang senyum sensualnya berharap Gena akan membalas sama dengan apa yang dilakukannya. Tapi yang dilakukan Gena justru sebaliknya, ia berkacak pinggang dengan pelipis yang berkedut.

"Nggak usah centil deh jadi cowok," ucap Gena dengan nada yang ketus, "Mas Sam sengaja kan ngajak saya? padahal yang harusnya nemenin Mas Sam kan Delia, anak desain grafis."

"Apa bedanya kamu sama dia, saya cuman butuh temen aja. Nggak enak ketemu klien sendiri," jawab Samudra santai, ia menarik lengan Gena saat lift berdenting  karena Gena masih termenung.

Gena mendengkus tak ada seulas senyum yang terbit di wajahnya sejak tadi, karena Gena merasa mengikuti rapat dengan klien kali ini sungguh tak ada manfaat untuknya. Gena bahkan hanya terbengong selama tiga puluh menit mendengar pembicaraan Samudra dan klien mereka yang berniat membangun sebuah perumahan di daerah Sukabumi.

Sekarang ketika sudah selesai meeting Gena merasa dibodohi Samudra, karena keberadaan Gena sama sekali tak dibutuhkan di sini.

"Langsung balik atau mau ke kantor lagi?" tanya Samudra saat mereka baru keluar lift di lantai ground.

Baru pukul empat dan mereka sudah selesai, Gena memilih langsung pulang saja lagi pula kalau kembali ke Kantor pasti staf yang lainpun sudah bersiap-siap untuk pulang.

"Pulang."

"Jutek banget."

"Mas Sam sadar nggak sih, kalau tingkah Mas Sam akhir-akhir ini buat saya risih?" Gena menahan langkahnya di antara barisan mobil yang terparkir rapi di basement. Ia melirik Samudra yang bersikap tenang, "Well, mari kita lepas label staf dan senior staf. Kita bicara soal sikap Mas Sam sebagai laki-laki dan aku sebagai perempuan."

"Jadi, aku?" Samudra menarik sudut bibirnya yang lebih terlihat seperti seringaian, mencemooh Gena yang menggunakan kata pengganti 'aku'.

"Kita perlu bicara hal di luar konteks kantor, perihal sikap Mas Sam yang sangat menyebalkan untukku," tekan Gena dengan nada penuh amarah berharap Samudra bisa membaca segala bentuk ketidaksukaannya.

"Kamu mau kita bicara apa?" Samudra melangkah lebih dekat ke arah Gena, sebelah tangannya menekan key untuk membuka pintu mobil.

"Oh ayolah jangan pura-pura bodoh, Mas Sam jelas tau apa yang mau aku bahas?"

"Apa?"

Gena menggeram, "Mas Sam dengan semua sikap Mas Sam. Mas Sam tahu kalau Mas Sam selalu berbuat hal-hal yang tidak menyenangkan sama aku, apa yang sebenarnya Mas Sam mau? membuat aku mengakui pesona Mas Sam?"

"Tindakanku yang mana yang termasuk ke dalam hal-hal yang tidak menyenangkan versi kamu?" Gena benci ketika Samudra masih bersikap tenang sementara dirinya sudah meletup-meletup nyaris meledak.

"Forget it, karena bisa jadi buku kalau aku sebut satu-persatu. Yang mau aku tanya sekarang kalau kamu berhasil membuat aku jatuh hati sama kamu and then what?" Gena berdecih dengan tatapan yang menantang. "Nggak ada kan? Kamu cuma sedang bermain-main dengan aku, kamu merasa tertantang buat mendapatkan hatiku. Setelah nggak ada tantangan atau adrenalin yang berpacu di dalam diri kamu, kamu akan anggap aku sama seperti perempuan lain yang menurut kamu membosankan?"

U P S I D ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang