2'nd

8.8K 981 36
                                    

Renjun menatap pekatnya langit malam dari balik kaca jendela rumah nya dan juga jeno yang baru ditinggalinya beberapa hari setelah pernikahannya.

Rumah yang berada lumayan jauh dari riuhnya perkotaan namun sangat nyaman untuk di tempati, karena hanya udara segar yang dapat ia hirup.

Renjun sedikit tersentak saat tiba tiba sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya. Ia sedikit menoleh dan tersenyum pada orang yang kini menjadi suaminya, lee jeno.

"Belum tidur hum?" ucap jeno setengah berbisik. Renjun menggeleng dengan mata masih menatap keluar jendela.

"Wae? Ada yang kau pikirkan?" ucap jeno, renjun memilih diam tak menjawabnya dan membiarkan keheningan menyelimuti keduanya.

Jeno menelusupkan wajahnya di perpotongan leher renjun dan menghirup dalam dalam aroma vanila yang menguar dari tubuh renjun. Hal yang menjadi kebiasaannya, yang dapat mengisi kembali tenaganya selain meminum darah.

"Jeno" panggil renjun lirih, jeno menumpukan dagunya di bahu renjun masih diposisi yang sama dengan kedua tangannya yang memeluk pinggang renjun posesif.

"Ya?".

"Aku masih seorang manusia" ucap renjun lirih

"Lalu?" jeno tau, sangat tau apa yang dipikirkan renjun kini. namun dirinya memilih diam dan mendengarkan sendiri dari mulut renjun tentang apa yang dipikirkannya.

"manusia punya umur yang terbatas jen, ada saatnya nanti aku akan mati dan mungkin saja meninggalkanmu-"

"Sstt" jeno mendesis dan menempatkan dagunya di bahu renjun

"Kenapa kau tak mengubahku menjadi sepertimu juga jeno" ucap renjun lirih, jeno hanya diam dan membiarkan heningnya malam melingkupi keduanya.

Ia takut, takut jika nanti seperti yang renjun katakan renjun akan meninggalkan dirinya, ia ingin, sangat ingin renjun selalu disisinya namun dia juga tak boleh egois karena ia tau resiko apa yang akan ia hadapi jika ia mengikuti ego nya.

"Aku punya alasan renjun"ucap jeno lalu menegakkan badannya dan memutar tubuh renjun agar menghadapnya.

Jeno mendekatkan wajahnya pada renjun hingga dapat merasakan hembusan nafas hangat renjun yang menerpa wajahnya.

"Jangan terlalu memikirkan hal itu, yang paling terpenting sekarang. Kau bersamaku" ucap jeno dengan suara rendah hampir berbisik namun masih dapat didengar renjun.

Renjun mengangguk menurut dan menatap mata berwarna keemasan milik jeno yang selalu berhasil memikatnya, membawanya jatuh kedalam pesona milik jeno.

"Berjanjilah" ucap jeno sebelum akhirnya ia menempelkan bibirnya, mencium renjun.
.
.
.
.
Renjun mengerjapkan matanya begitu bias cahaya dari jendela kamarnya dan juga jeno menerobos masuk seakan tak membiarkannya tidur lebih lama lagi.

Kicauan burung dan gemerasak dedaunan kering yang mulai berguguran terdengar mengisi paginya.

Ia terduduk diatas ranjang hingga selimut yang menutupi tubuh nya melorot hingga pinggangnya dan baru ia sadari jika dirinya tak memakai apapun saat udara pagi menerpa kulit putihnya.

Dan juga jeno, ia melirik ke sebelah nya dan tak menemukan namja itu disebelahnya. kamar mandi juga terbuka menandakan tak ada orang didalam sana.

Renjun memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu dan mencari jeno setelahnya.

Setelah mandi, berpakaian dan juga membersihkan tempat tidurnya renjun bergegas untuk keluar mencari jeno karena telinganya mendengar sesuatu dari arah dapur.

Hero : after war sequel (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang