.
.
."Hei sedang melamunkan apa?" Ucap jihoon sembari menepuk bahu jinyoung yang tengah berdiri menghadap keluar jendela, memandangi langit hitam yang tampak cerah dengan jutaan bintang terhampar.
Jinyoung menoleh dan tersenyum, untuk kemudian kembali mengalihkan pandangannya kearah semula. Membuat jihoon yang tadinya berdiri dibelakang memajukan langkahnya dan berdiri disamping jinyoung.
"Mau jalan-jalan keluar?" Tawar jihoon, jinyoung menoleh dan mengangguk menyetujui tawaran jihoon tersebut.
Tirai jendela yang berkibar diterpa angin menjadi pertanda kedua vampire bangsawan tersebut telah meninggalkan tempat mereka sebelumnya, keluar melalui jendela besar yang langsung mengarah kehutan.
"Apa ada yang mau kau ceritakan padaku?" Ucap jihoon begitu ia dan juga jinyoung memelankan langkah mereka menyusuri jalan setapak dihutan.
Cahaya lembut bulan yang menerobos melalui celah pepohonan menjadi penerang bagi keduanya, meskipun sebenarnya mereka tak terlalu membutuhkan hal itu. Cahaya dari kunang-kunang yang mulai berterbangan pun menambah kesan indah pemandangan hutan dimalam hari, tentu saja bersamaan dengan bunyi khas dari beberapa hewan malam.
Untuk sejenak jihoon tak mendapatkan jawaban apapun dari seseorang disampingnya, hingga sebuah hembusan nafas panjang dari jinyoung membuatnya mengalihkan atensi dirinya. "Ini tentang judy..." Jihoon mengerutkan dahinya, ia memilih untuk menghentikan langkah kakinya yang tentu saja diikuti oleh jinyoung.
"Ada apa dengan judy?" Ucap jihoon.
"Setiap kali melihat wajahnya aku selalu merasa bersalah. Aku hanya merasa itu semua karena diriku." Ucap jinyoung.
Tanpa basa-basi, jihoon menarik jinyoung dalam pelukannya. "Jangan mengatakan hal itu lagi, ini terjadi diluar kehendak kita semua." Ucap jihoon, memberikan kata-kata penenang seperti yang biasa ia lakukan selama sepuluh tahun terakhir masa pemulihan jinyoung.
Jinyoung menarik dirinya, melepaskan pelukan jihoon dan menatap netra yang senada dengan miliknya tersebut. "Aku tau, tapi aku ini seseorang dari klan bae. Aku ingin sekali membangkitkan kembali renjun, meskipun dengan kondisi saat ini itu semua berarti dengan menukar nyawaku sendiri." Ucap jinyoung.
Tanpa jihoon sadari genggamannya pada lengan jinyoung menguat, ia memandangi jinyoung yang terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakan hal tersebut. "Kau tau tujuan kenapa lord meninggalkan istrinya sepuluh tahun lalu? Dia ingin menyelamatkan nyawamu. Tapi kenapa sekarang kau ingin membunuh dirimu sendiri untuk sesuatu yang bahkan belum tentu hasilnya? Lalu dengan begitu semua usaha kami juga pengorbanannya sepuluh tahun akan kau biarkan sia-sia begitu?" Ucap jihoon yang tanpa ia sadari menaikkan nada dalam setiap ucapannya.
Jinyoung menunduk dalam, ia baru menyadari harusnya ia tak mengatakan hal ini didepan jihoon. Tapi ia tak tau jika jihoon bisa menjadi Semarang ini karena nya, namun tekadnya sudah sangat bulat untuk diurungkan kembali.
"Maafkan aku." Ucap jinyoung pelan.
Terdengar helaan nafas panjang dari jihoon, hingga akhirnya tangannya terulur untuk mengusap surai hitam legam milik jinyoung. "Maafkan aku juga, harusnya aku tak marah seperti tadi padamu." Ucap jihoon.
"Aku akan tetap melakukannya..." Ucap Jinyoung diiringi seulas senyum manis yang sangat jarang terlihat oleh semua orang. "...jangan menghalangiku, meskipun kau melarang aku akan melakukannya. Jika harus bertarung denganmu sekalipun, aku akan tetap melakukannya." Ucap jinyoung, membuat genggaman jihoon pada tangannya terlepas.
"Jinyoung..."
"Aku akan melakukannya malam ini, aku merasa aku tak akan bisa melakukannya lagi kalau bukan malam ini." Dan setelah mengatakan hal tersebut, dengan cepat jinyoung bergerak menuju tempat dimana banyak vampire termasuk vampire bangsawan dari klannya tertidur selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
Fanfictionwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.