"Hei sayang" panggil jeno sembari menepuk pipi renjun pelan. Renjun menggeliat dan mengerjapkan matanya dan menegakkan tubuhnya yang tadi tertidur selama perjalanan pulang dari tempat pertemuan tadi.
"Sudah sampai?" tanya renjun, jeno mengangguk dan membantu membuka seat belt nya.
"Ayo masuk, tidur didalam saja" ucap jeno dan dengan cepat sudah berada di sisi renjun untuk membukakan pintu mobilnya dan mengulurkan tangan membantu renjun keluar.
"Jeno" panggil renjun pelan, jeno berhenti dan berbalik memandang renjun yang kini sudah mengerucutkan bibirnya dengan wajah mengantuk.
"Gendong aku, ngantuk sekali" ucap renjun kemudian menguap dan mengucek matanya pelan.
Jeno terkekeh kecil dan berjalan mendekatinya, berjongkok di depan renjun dan membiarkan renjun terjatuh di punggungnya.
"Haha kau ini, berapa usia mu memangnya" gurau jeno lalu kembali melangkah masuk dengan renjun yang setengah sadar mengalungkan lengan di lehernya dan bersandar nyaman di punggungnya.
"Hei mengaca, kau itu jauuuuhhh lebih tua kakek" ucap renjun yang kemudian tertawa kecil saat mendengarkan dengusan dari jeno.
"Kenapa mau menikahi kakek kakek sepertiku kalau begitu?" ucap jeno sembari membuka pintu kamarnya namun tak mendapatkan respon apapun dari renjun dipunggungnya.
Dan jeno yakin renjun sudah tertidur karena dirinya mendengar suara dengkuran halus dari istrinya itu.
"Haha dasar" gumam jeno pelan, mencoba untuk tak mengganggu tidur renjun yang kini tengah ia baringkan di ranjang nya.
"jeno-ya sarangahae" jeno berhenti sejenak tepat didepan wajah renjun saat dirinya tengah membenarkan letak selimut renjun. Renjun bergumam pelan atau lebih tepatnya mengigau dalam mimpinya.
"Aku juga cinta padamu" ucap jeno pelan dan mengecup lembut dahi renjun.
.
.
.
."Hei" renjun tak berbalik dan hanya berdehem menanggapi panggilan jeno yang kini tengah duduk di bangku pantry sementara dirinya tengah memasak untuk dirinya sarapan.
"Nyonya lee sedang membuat apa?" goda jeno sembari menatap punggung sempit itu yang kini ikur tergerak disaat tangan renjun memotong daging didepannya.
"Jangan menggodaku lee jeno, sudah sana kau makan saja sarapanmu. kan sudah aku siapkan" ucap renjun masih tak berbalik pada jeno.
Jeno melirik gelas disampingnya yang sudah kosong dan hanya terdapat sisa sisa cairan merah di pinggiran gelasnya.
"Sudah habis dan sekarang aku hanya punya waktu untuk menggoda mu saja nyonya lee" ucap jeno, renjun berbalik dan berkacak pinggang sembari mendecakkan lidahnya.
"Hei tuan lee, sana buka pintunya. sepertinya ada tamu" ucap renjun menunjuk jeno dengan pisau ditangannya.
Jeno dengan malas bangkit dan berjalan kearah pintu utama rumahnya sembari menggerutu kesal.
Siapa juga yang bertamu pagi pagi seperti ini?
"Oh hai lee jeno" ucap seseorang itu yang menjadi tamunya dengan senyum cerah menyapa nya, sedangkan jeno hanya menatapnya datar tanpa ekspresi dan kembali menutup pintunya.
"Maaf rumah ini tak menerima tamu sejenismu" ucap jeno dan hendak berbalik kedapur lagi untuk 'menemani' renjun lagi.
Dan langkah nya terhenti saat orang itu masih mengetuk pintu nya dengan brutal dan mau tak mau dirinya harus membuka pintu rumahnya lagi.
"ada apa? Jika tak penting pulang saja" ucap jeno datar, tapi orang didepannya masih tersenyum cerah dan menatap kebelakang jeno. Membuat jeno mau tak mau menoleh dan menemukan renjun tengah menatapnya datar.
"Ada tamu kenapa malah diusir? Ah alpha haknyeon-ssi maaf kan jeno. ah silahkan masuk" ucap renjun yang kini menggeser tubuh jeno agar memberikan jalan.
Dan setelahnya yang jeno dapatkan adalah tatapan tajam dari istrinya itu.
Hei ada apa dengan renjun? Padahal baru saja semalam istrinya itu bersikap manis padanya. Tapi kenapa pagi ini malah ketus sekali padanya.
"Jadi ada perlu apa alp-"
"Panggil aku haknyeon saja. bukankah terlalu susah jika harus memanggil sepanjang itu?" ucap haknyeon sembari tersenyum tampan pada renjun dan dibalas anggukan saja oleh renjun
"Aku hanya berkunjung saja, wajahmu itu susah sekali ya renjun" ucap haknyeon, sedikit melirik kearah jeno yang sudah memandangnya tajam dengan mata keemasan nya itu.
"Benar kan jen?" ucap haknyeon dan tersenyum manis pada jeno. Jeno hanya mendengus kecil saja menanggapinya.
"kalau hanya untuk sekedar basa basi tak penting seperti ini, lebih baik kau pulang saja. Lagipula kami akan pergi" ucap jeno yang kini merangkul pinggang renjun posesif.
"Ha?" dan renjun menoleh pada jeno yang kini menatap lurus pada haknyeon.
"Oh kemana? Mungkin aku bisa ikut? aku juga bosan sekali hari ini" ucap haknyeon, jeno menatapnya tajam namun yang ditatap hanya menunjukan senyumnya.
"Ah ide bag-"
"Tak perlu, pulang saja dan urusi urusan mu sana" ucap jeno memotong ucapan renjun yang kini hanya mengerucutkan bibirnya.
"Hm yasudah. renjunie aku pulang dulu, suamimu galak sekali ya" ucap haknyeon diakhiri tawa dan anggukan dari renjun.
Dan setelahnya haknyeon benar benar pergi meninggalkan rumah jeno. Jeno menatap kearah renjun dan menghela nafas panjang.
"kau kenapa?" tanya jeno, renjun menaikkan sebelah alisnya.
"Aku? Kenapa? Tak ada" jawab renjun.
"Kau aneh sekali hari ini, ah dan jangan terlalu dekat dengan werewolf itu" ucap jeno .
"Tapi chanhee juga werewolf kan? Kau tak melarangku" ucap renjun.
"Itu hal yang beda, sudah ikuti saja ucapanku" ucap jeno final. Renjun menatap nya tajam sebelum akhirnya berbalik dan melangkah meninggalkan jeno sendiri.
"Hei, renjun" panggil jeno namun renjun tak berhenti untuk sekedar menoleh dan terus melangkah.
Dan dengan cepat jeno menahan bahu renjun dan membalik badannya, terkejut melihat mata renjun yang sudah basah.
"renjun" ucapnya pelan lalu menarik tubuh renjun kedalam pelukannya, membiarkan renjun terisak disana.
"Hei maafkan aku, aku tak bermaksud membentakmu tadi" ucap jeno sembari mengusap kepala renjun, namun hanya isakan renjun yang terdengar.
"ada hal tentang haknyeon yang belum kuceritakan padamu" ucap jeno lagi.
"Uljima ne" ucap nya, dan setelahnya tak terdengar lagi isakan renjun, hanya sebuah dengkuran halus dari orang di pelukannya kini. Renjun tertidur.
Jeno dengan segera mengangkat tubuh renjun dan membawanya ke kamar mereka.
Dan entah hanya perasaan jeno saja atau memang renjun semakin berat? Walaupun dirinya tak merasa keberatan sama sekali, tapi seperti ada sedikit perubahan dengan mate nya itu.
Jeno dengan hati hati meletakkan tubuh renjun di atas ranjang dan kemudian duduk di sampingnya, mengusap sisa sisa air mata renjun Tadi dan setelahnya menghela nafas panjang.
"maaf membuat mata indahmu mengeluarkan air mata" ucap jeno pelan, mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir renjun sekilas sebelum setelahnya mengusap surah cokelat itu pelan dan beranjak melangkah keluar.
Dan sepeninggal jeno, renjun perlahan membuka matanya.
"Dasar jeno pabbo" gumam nya pelan.
.
.
.tbc
Aku sampe lupa mau nge publish ini. Maaf readers-nim yang nunggu. Ya kalo aja ada yang nunggu. wkwk
Tinggalkan jejak juseyeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
Fanfictionwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.