Jeno menutup satu matanya, tangannya terus saja bergerak mengacak random surai hitamnya dengan tawa seolah ia telah kehilangan kewarasannya.
"Malaikat ya--" Jeno menunduk, menurunkan tangan yang menutupi satu matanya. Perlahan kelopak itu membuka, memperlihatkan bagaimana mata kanan Jeno yang berubah hitam dan menyisakan warna merah di bagian iris. Jeno menyeringai, "--apapun itu akan kuhancurkan."
Mark mengepakkan sayapnya menjauh saat serangan guanlin hampir menebas dan memisahkan satu sayap dari tempatnya. Ia tak bisa fokus pada satu hal, Jeno bisa benar-benar tertelan oleh sang iblis.
"Memikirkan adikmu?" Mark dengan cepat mengelak saat guanlin mendadak berada dibelakangnya. Mark mengepakkan sayapnya hingga membuat guanlin sedikit terhempas kebelakang.
Tentu saja ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Mark menggunakannya untuk terbang mendekat kearah Jeno. Namun gerakannya terhenti saat Jeno menoleh padanya. Itu memang wajah Jeno, tapi sorot mata itu sama sekali bukanlah Jeno.
"Sebaiknya jangan mengganggu pertarungan orang lain." Mark mengepakkan sayapnya lagi, berusaha menghindar dari serangan yang dilayangkan guanlin padanya. Guanlin telah pulih sepenuhnya, dan mulai dari sekarang dialah yang harus menjadi fokusnya. Ia harus mencoba percaya pada Jeno, karena bagaimanapun juga Jeno lah sang lord para vampire.
Bahkan sempat terpikir olehnya jika ia bisa membunuh guanlin saat itu juga, ada kemungkinan segalanya akan kembali seperti sedia kala. Mungkin saja melenyapkan sang pemanggil akan dapat ikut melenyapkan 'sang malaikat' juga, meskipun pada akhirnya tubuh renjun yang menjadi wadah pun akan ikut hancur.
Mark mengambil langkah menjauh dari jangkauan guanlin, setidaknya ia perlu mengulur waktu untuk mencari sebuah celah meskipun hanya sepuluh detik yang ia punya. Seberapa lama guanlin merencanakan ini semua secara matang, pasti ada sebuah celah kecil yang dapat ia tembus dari rencana matang tersebut.
Dibawah sana, jaemin menatap cemas Mark yang tak melayangkan serangan satupun dan terus menghindar. Bahkan beberapa helai bulu sehitam arang yang berasal dari Mark mulai jatuh, pertanda bahwa lelaki itu terkena serangan yang guanlin layangkan. Jaemin beralih memandang Daehwi yang mencoba menyerang para prajurit sekaligus menjaga lami dan juga chanhee yang keadaannya jauh dari kata baik dibelakang punggungnya.
Sebuah tangan terulur menyodorkan sebuah busur dihadapan jaemin, itu Samuel yang kini tersenyum seolah tau apa yang tengah dipikirkan oleh lelaki itu.
"Percaya padanya, ia sedang memikirkan sebuah siasat. Ia hanya butuh waktu." Sejenak jaemin menatap vampire yang secara penampilan terlihat lebih muda beberapa tahun darinya itu, kemudian ia mendongak menatap Mark yang tengah melindungi dirinya sendiri dengan energi pelindung yang jelas tak akan bertahan selamanya. Jaemin mengangguk, mengambil alih busur dari tangan Samuel dan mulai membidikkannya kearah salah satu makhluk yang berjalan kearah mereka.
"Kerja bagus, aku akan pakai ini." Samuel mengeluarkan sebuah sabitnya sebagai pengganti busur yang telah ia pinjamkan pada jaemin.
AFTER WAR
"Sebentar lagi kita sampai." Judy mengangguk dengan tangan yang berpegangan erat dileher haknyeon. Aura kehidupan dan juga kematian bercampur diudara, semakin dekat mereka dengan tempat awal semakin kuat pula percampuran aura yang saling bertolak belakang namun berdampingan tersebut.
"Paman disana!" Haknyeon melangkah lebih cepat, hingga saat dirinya hampir sampai ditempat yang ia dan Judy tuju nafasnya terasa tercekat.
Disana ada jaemin dan daehwi yang tengah memanah makhluk-makhluk aneh yang terus berdatangan dari bawah tanah, Samuel juga alpha Chanyeol yang tengah menyerang dari jarak dekat. Lalu pandangannya beralih pada chanhee, lami dan juga jisung yang tak sadarkan diri dengan darah mulai mengering ditubuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
Fanficwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.