.
.
."Hahh.. Hahh..." Hembusan nafas memburu milik jisung beradu dengan dinginnya udara malam.
Luka di sekujur tubuhnya yang ia dapatkan dari xion benar-benar mempengaruhi kecepatan menyerangnya, bahkan dengan kemampuan regenerasi yang cepat khas kaum werewolf pun ia tak bisa dengan maksimal menyembuhkan luka yang ia dapatkan sendiri.
Sedangkan seorang werewolf setingkat xion benar-benar bukanlah tandingan untuknya, dengan kemampuan bertarung dan regenerasi yang berada jauh diatasnya ia tak yakin bahwa ia akan bisa menggores barang seinchi pun kulit pria tersebut.
"Hei, sudah lelah? Payah," ucap xion dengan seringai diwajah nya.
Dengan langkah tertatih, jisung melangkah mundur kala xion mendekat padanya. Bukan karena apa, ia hanya merasa ia benar benar bisa mati jika terus memaksakan diri untuk melawan seseorang seperti xion.
"Mau pergi kemana anak kecil!"
Jisung melebarkan matanya kala kilau sinar bulan yang memantul dipermukaan pedang tajam milik xion itu terhunus tepat di depan matanya, ia tak memiliki waktu hanya sekedar untuk menghindar saat ini.
Klang!
Sebuah tarikan keras pada lengannya menghindarkan ia dari kematian yang mungkin saja sudah berada didepan matanya tadi, meskipun kini tubuhnya harus terpental kebelakang dan jatuh menghantam tanah keras setidaknya ia masih bisa bernafas untuk beberapa jam kedepan.
Dihadapannya kini, seorang gadis bersurai hitam panjang tengah berdiri juga pedang milik xion yang tertancap jauh dari tempat xion berdiri.
"Ck anak ini, bangsawan vampire selalu saja tak memiliki sopan santun. Hei kau sudah punya lawan sendiri kenapa mengganggu orang lain hah?" Ucap xion dengan nada yang dibuat kesal.
"Jisung, kau tak apa-apa?" Ucap lami menghiraukan ucapan xion barusan yang terdengar menyindir dirinya.
Jisung mengangguk dan mencoba berdiri, sesekali dirinya meringis kala luka yang tak kunjung sembuh ditubuhnya bereaksi akibat gerakannya.
Saat ini ia benar-benar merasa semua ucapan xion adalah benar, dirinya hanyalah seorang werewolf lemah yang tak memiliki kemampuan apapun.
"Dasar gadis kecil sialan! Berani-beraninya kau kabur saat aku lengah!" Lami membulatkan matanya dan dengan cepat melompat mundur saat sebuah kapak besar terlempar tepat kearahnya.
"Hoi dohan, urusi gadis kecil itu agar tak menggangguku. Dasar tak berguna," cibir xion sembari mengambil pedangnya kembali.
Dohan menggeram dan melirik kesal pada xion yang kini tengah membersihkan pedangnya dari debu, dengan secepat kilat dirinya mengayunkan kapak ditangannya kearah xion yang tentu saja dapat ditangkis dengan baik oleh pria itu.
"Kau juga cepat habisi anak anjing itu dan jangan bermain-main, dasar tak berguna," balas dohan dan melangkah menuju lami yang menatap waspada padanya.
"Ya ya ya akan segera kulakukan, sebaiknya kau cepat pergi," ucap xion, pandangannya kini beralih pada jisung yang berada tak jauh darinya.
"Kau dengar orang itu tadi kan? Sudah cukup main-main nya." Seringai kecil yang berarti sebuah tanda bahaya untuk Jisung tampak diwajah tampan pria itu.
.
.
."Paman awas!" Pekikan Judy membuat haknyeon dengan segera bergerak cepat kesamping, membuat serangan dari seorang vampire yang sedari tadi mengikuti dirinya dan juga Judy meleset.
"Hm boleh juga, kau haknyeon bukan? Wah wah tak kusangka akan bertemu dengan putra baekho setelah sekian lama," ucap sang vampire yang kini telah berdiri kembali dan berbalik menatap haknyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
Fanfictionwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.