"Re-renjun! Apa yang--" jaemin tak kuasa untuk sekedar menyelesaikan setiap kalimat yang akan keluar dari tenggorokannya, ia terlampau terkejut dengan wujud renjun saat ini. Apa saja yang telah dilalui guanlin hingga ia bisa sampai sejauh ini? Pertanyaan itu terus saja terngiang di benaknya. Bukan hanya dirinya, mungkin Mark dan juga Jeno pun berfikir demikian.
Jeno menutup kedua kelopak matanya, menggeleng samar dan segera menutup luka yang ia dapat di lengannya dengan telapak tangan. Segera setelah itu lukanya menutup dengan cepat dan Jeno menarik pedangnya kembali.
"Tak ada waktu untuk terus terkejut, aku akan segera menyelamatkan renjun." Jeno melangkah meninggalkan Mark dan juga jaemin yang tak sempat membuka mulut melarangnya melangkah sendiri.
"Ck dasar, tunggu disini." Mark segera menarik pedangnya setelah memberikan gestur agar sang istri tetap berada ditempat dan tak mendekat pada sang malaikat. Dengan cepat Mark berteleportasi dan menyamai langkah terburu Jeno yang menyeret pedangnya.
"Yakin kau ingin menyerangnya?" Ucap Mark.
Jeno tak bergeming untuk beberapa saat. Sejujurnya ia pun ragu untuk menyerang renjun, tapi ia yakin bahwa pasti ada celah yang bisa membuatnya membawa renjun kembali seperti semula entah itu artinya Jeno sendiri harus memotong kedua sayap 'malaikat' itu atau semua sulur tajam yang menjulur menyerangnya dan juga Mark berkali-kali.
"Kalian tau kan? Malaikat itu sangat benci sekali dengan iblis. Dan kalian pasti tau, kalianlah iblisnya disini." Guanlin tersenyum penuh kemenangan, luka-luka yang tadi sempat memenuhi tubuhnya kian menghilang bersamaan dengan energinya yang perlahan mulai pulih.
Tentu dengan pulihnya guanlin akan menjadi halangan tersendiri bagi Jeno dan juga Mark. Diamnya Jeno pun sebenarnya digunakan untuk memikirkan berbagai strategi yang paling memungkinkan untuk saat ini. Meskipun pada akhirnya sang lord vampire tersebut terlihat berdecak kesal karena tak mendapatkan satupun strategi yang menguntungkan.
Sebilah pedang muncul membelah pandangan Jeno, menangkis beberapa sulur tajam sekaligus yang hampir mengenainya akibat fokusnya terbagi. Ia menoleh dan mendapati Jihoon yang terengah-engah dengan satu pedang ditangan kirinya, satu pedangnya pastilah yang ia lemparkan tadi. Tak lama kemudian beberapa orang ikut menyusul dibelakang Jihoon, disana ada Jinyoung Samuel dan juga Chanyeol yang turut serta.
"Apa yang--"
"Lord, itu..." Jeno mengangguk, bangkit kembali dan mendongak menatap sang 'malaikat' yang menatap kosong hamparan hutan dihadapannya seolah-olah tengah menimbang hukuman macam apa yang akan ia lontarkan.
Tiba-tiba tanah yang mereka pijaki bergetar, peti-peti mati muncul kepermukaan dan terbuka menampilkan sosok mayat hidup dengan penampilan aneh. Mereka bersenjata juga memakai baju zirah seakan mereka telah dipersiapkan untuk sebuah peperangan.
Chanyeol bergumam dengan nada tak percaya, "ini tidak mungkin terjadi. Mereka adalah prajurit kematian yang disebutkan didalam legenda kaum werewolf. Jika memang benar begitu, malaikat itu bisa benar-benar mengakhiri dunia ini."
"Hah begitu ya. Jadi yang bisa kita lakukan memang hanya melawannya. Kau tak keberatan kan Jeno?" Mark menoleh pada sang adik yang sekilas tampak mengeraskan rahang. Namun sedetik kemudian sang adik sekaligus lord para kaum vampire tersebut melangkah maju dan menebas satu prajurit, "lakukan."
Dalam radius hampir lima ratus meter dari tempat pertempuran, Daehwi memasang ruang pelindung disekitarnya yang tengah merawat chanhee yang sekarat juga lami dan jisung yang terluka parah. Disana ada jaemin juga yang tetap tak maju seinchipun menuruti ucapan Mark.
"Makhluk apa itu?" Jaemin menunjuk salah seorang prajurit kematian yang baru saja keluar dari peti tak jauh dari tempat mereka berada, dan sepertinya pun makhluk itu menyadari keberadaan mereka lalu memilih mendatangi mereka ketimbang ikut dalam pertempuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
Fanficwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.