12'th

4.4K 693 213
                                    

.
.
.

I love you for a thousand year,

I love you for a thousand more...

.
.
.

"Jeno..." Jeno melangkah gontai mendekati ranjang dimana renjun tengah berbaring dan memanggilnya lemah. Ia menatap nanar darah yang tercetak jelas di pakaian renjun juga sprai putih yang dipakai renjun kini.

Pandangannya beralih pada ibunya yang tengah menggendong seorang bayi perempuan mungil dalam balutan kain putih ditangannya.

"Dia terlahir prematur, tapi dia entah kenapa sangat sehat." Ucap taeyong sembari memberikan bayi itu pada Jeno.

Dengan sedikit ragu, Jeno menerima anaknya itu dari tangan ibunya. Menggendong bayi cantik itu dengan hati-hati, hingga tepukan pada bahunya yang berasal dari ibunya memberikan isyarat agar ia membawanya pada renjun.

"Kami akan berikan waktu untuk kalian berdua." Ucap taeyong dan setelahnya, dirinya dan juga daehwi keluar dari ruangan itu.

Jeno melangkah mendekat pada renjun, tangannya tergerak untuk meletakkan anaknya didekapan renjun. "Dia cantik, sama sepertimu." Ucap Jeno.

Sebulir kristal bening meluncur melewati pipi tirus nan pucat renjun, tangannya tergerak lemah untuk mengusap pipi halus milik anak perempuannya yang tertidur dalam dekapannya.

Jeno berlutut disamping tempat tidur renjun, satu tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan renjun dan yang lainnya ia gunakan untuk mengusap surai hitam itu dengan sayang.

"Dia juga kuat, sama seperti dirimu." Ucap renjun, dirinya memberikan isyarat agar Jeno kembali menggendong bayinya yang segera dimengerti oleh Jeno. "Judy rozaria Lee, itu namanya. Dia cantik seperti bunga mawar bukan?. Tolong rawat dia dengan baik." Ucap renjun sembari tersenyum.

Jeno termenung mendengarkan kata-kata penuh makna yang baru saja meluncur dari bibir renjun. Kata-kata seakan renjun tak bisa ikut menjaga anaknya.

"Daehwi sungguh dokter yang hebat, tolong sampaikan rasa terimakasihku padanya." Ucap renjun, setelahnya ia menghembuskan nafas panjang sembari menutup matanya.

"Aku sungguh berterimakasih karena diberi izin menatap anakku untuk yang pertama dan terakhir kalinya." Ucap renjun.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Jeno dengan nada putus asa. Ia tak bodoh untuk tak menyadari hal ini, renjun mengorbankan energi kehidupan yang tersisa darinya untuk bertahan demi Judy.

"Jeno kumohon jaga judy dengan baik, aku sangat menyayangi kalian berdua. Maafkan aku tak bisa bersama kalian selamanya." Ucap renjun dengan nafas terputus.

"Tidak tidak! Kumohon jangan!" Ucapan penuh putus asa Jeno menggema didalam ruangan. Perlahan, kedua mata hazel indah milik renjun menutup dengan damai.

"Lami tolong aku titip Judy." Lami yang masuk bersama beberapa orang lainnya mengangguk dan dengan segera mengambil alih Judy dari gendongan Jeno.

Jeno mengguncangkan tubuh renjun yang terbaring lemah tak bernyawa. "Kumohon jangan seperti ini, renjun-ah. Jangan bermain-main seperti ini." Ucap jeno frustasi.

"Haruskah aku..."

Dengan gerakan cepat, Jeno menggigit telapak tangannya sendiri hingga darahnya menetes pada lantai putih dibawah kakinya. Matanya pun berubah menjadi keemasan, menandakan bahwa dirinya memakai hampir seluruh yang ia bisa.

"Oppa apa yang kau laku-" ucapan lami terhenti begitu saja kala jeno meletakkan tangannya diatas bibir renjun, meneteskan darahnya sedikit demi sedikit kedalam mulut renjun.

Hero : after war sequel (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang