“Chan—hee.“ Mendengar ucapan terputus dari lami, daehwi dan juga beberapa orang yang datang bersamanya mengalihkan pandangan. Ekspresi terkejut muncul disetiap wajah individu yang menatap tubuh tak sadarkan diri chanhee.
Decihan kecil keluar dari mulut lami, dengan bantuan sabit ditangannya ia mencoba berdiri tegak dan melangkah mendekat ketempat dimana rowoon berdiri dengan chanhee diatas pundaknya.
“Pulihkan dirimu sendiri, aku yang akan mengurusnya.” Langkah tertatih lami terhenti saat tangan jinyoung menghalangi jalannya.
Atensi rowoon beralih saat dirinya merasakan pergerakan kecil dibahunya, chanhee mencoba memberontak dengan kesadaran diambang batas. Seringai kecil tampak diwajah tampan rowoon, dengan suara yang hampir berbisik ia mengatakan sesuatu pada chanhee.
“Kau masih bisa sadar? Kalau begitu saksikan saja aku menghabisi kekasihmu itu dan orang-orang disana.”
“Chan!” seruan terdengar hampir berbarengan ketika tubuh chanhee dihempaskan kuat keudara. Dengan gerakan cepat pula, chanyeol selaku yang paling dekat mencoba menangkap tubuh itu sebelum benar-benar menghantam tanah dan menambah buruk keadaannya.
Namun belum sempat ia meraih tubuh chanhee, sudut matanya menangkap serangan dari arah kiri yang apabila ia tak hindari saat ini akan berakibat fatal baginya. Namun jika ia memilih menghindar maka chanhee lah yang akan terkena tebasan pedang itu.
Sulur akar pepohonan menahan gerakan tangan sang vampire yang hampir menebas leher sang alpha, dengan kesempatan itulah chanyeol membawa tubuh chanhee kembali dan memberikannya pada daehwi.
“Kerja bagus bae.” Jihoon tersenyum dan mengusak kecil surai jinyoung yang tengah menahan tangan dan juga tubuh dohan menggunakan sulur dari pepohonan disekitarnya.
“Nah sekarang giliranku!” jihoon mengeluarkan dua buah pedang pendek yang menyerap darahnya sendiri sebagai kekuatan, tubuhnya bergerak gesit ketempat dimana dohan tengah berusaha melepaskan diri dari sulur yang melilit tubuhnya. Satu tebasan menyilang dari jihoon menyebabkan ledakan besar tepat ditempat dimana dohan berada.
Debu dan asap yang menutupi bekas tebasan jihoon perlahan mulai menipis. Jihoon kembali ketempatnya semula, disamping jinyoung yang masih menahan sulurnya. Sepasang manik merah pekat milik jinyoung membulat sempurna, ia yakin jika serangan jihoon tadi akan menghasilkan dampak yang sangat fatal jika mengenai sebuah objek, tapi saat ini ia masih bisa merasakan gerakan dari ujung sulurnya.
“Bae kupikir aku berhasil menghabisinya, kau bisa lepaskan sulur itu—“
“Tidak!” potong jinyoung dengan cepat. Bersamaan dengan itu samar-samar ia dapat menangkap siluet dua orang pria dewasa dari balik kabut yang menipis hingga akhirnya hilang.
Semuanya tak terkecuali jihoon menggertakkan rahang. Dohan masih dalam keadaan baik-baik saja disana, dan rowoon pun turut berada disana meskipun sebagian baju yang dikenakannya terkoyak dibeberapa bagian begitu pula permukaan kulitnya yang perlahan mulai melakukan regenerasinya.
Sebuah seringai muncul diwajah tampan rowoon, “Tak kupercaya sekarang aku malah membantu seorang vampire.” Tangan rowoon tergerak frustasi menarik kebelakang rambutnya.
“Yah aku tak juga tak butuh bantuanmu.” Dengan gerakan kecil, dohan menyentakkan sulur jinyoung hingga pemuda itu hampir kehilangan keseimbangannya. Sepasang mata merahnya menatap tepat jinyoung yang berada puluhan meter didepannya, “Yah kurasa aku bisa membawamu serta anak manis.” Dalam satu sentakan besar, dohan berhasil membuat jinyoung ikut terhempas kearahnya karena sulur ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero : after war sequel (End)
أدب الهواةwe through many things in our live. and we know that is not the end of our story.