19'th

3K 539 30
                                    

"Dan ah~ bayangkan betapa kecewanya chenle mu itu jika kau tak datang tepat waktu," bisik xion di belakang Jisung.

Rahang jisung mengerat emosi mendengar bisikan xion dibelakangnya. Kedua tangannya terkepal, membiarkan cakar tajamnya menusuk kulitnya sendiri hingga darah segar keluar dari permukaan kulitnya. Meski begitu ia tak merasakan sakit, bersamaan dengan lukanya yang kembali menutup segala emosi yang ia tahan menguap bagai seperti sebongkah salju di tengah cahaya matahari.

"Jangan pernah membicarakan tentang dia seperti itu," ucap jisung dengan nada rendah.

Dengan gerakan lebih cepat dari sebelumnya, jisung mengarahkan serangannya kearah xion. Membuat lelaki itu sedikit terkejut hingga serangan jisung berhasil menggores salah satu pipinya.

"Wah lumayan juga. Nah harusnya kau dari tadi seperti ini," Ucap xion.

Lelaki berdarah vampire-werewolf itu mengeluarkan pedangnya lagi dan mengacungkan pedang itu pada jisung.

"Tapi sekuat apapun dirimu, kau masih berada dalam dimensi ku. Aku yang berkuasa disini," ucap xion lagi.

"Aku tak peduli!" Seru jisung.

                     AFTER WAR

"Tsk sialan," umpat lami begitu serangannya lagi-lagi dapat dengan mudah ditepis oleh vampire dihadapannya.

"Ada apa nona muda? Kau kehabisan cara untuk mengalahkan ku? Apa hanya ini yang kau punya?" Ucap dohan setelah dengan tenang ia mendaratkan kaki kembali ke permukaan tanah.

Berbeda dengan lami, nafas gadis cantik itu memburu dengan bekas luka di beberapa bagian tubuh yang dengan lambat tertutup karena regenerasi vampire tak sebaik werewolf.

"Nona kuberitahu padamu. Aku pernah mengabdi pada keluarga kerajaan moroi, aku adalah salah satu panglima kerajaan moroi. Dan kau tak akan menang melawanku dengan kemampuanmu sekarang," ucap dohan.

Tentu saja lami tau dan sadar akan hal itu, tapi gadis itu memilih untuk diam dan memikirkan cara bagaimana ia bisa segera paling tidak melumpuhkan lawan dihadapannya meskipun hanya lima menit untuk kemudian membantu jisung.

Sekuat apapun vampire bangsawan, tentu saja semuanya memiliki satu kekurangan. Itu yang sedari tadi lami tanamkan didalam tekadnya.

"Andai saja aku masih hidup saat ini, mungkin aku akan melatih mu. Aku melihat sebuah potensi darimu."

Lami membulatkan kedua manik Ruby miliknya, kemudian pandangannya beralih sepenuhnya pada dohan yang masih berdiri tenang di tempatnya.

"Apa maksudmu?" Ucap lami.

"Sepertinya kau tak terlalu mengenalku ya. Kau mungkin tak pernah memperhatikan atau menghafal setiap nama pendahulumu. Benar kan?" Ucap dohan dengan nada candaan.

Lami menurunkan sabit yang digenggamnya, kemudian kembali memperhatikan vampire dihadapannya yang terdengar tengah menyindirnya tersebut.

"Jangan turunkan senjata dihadapan musuhmu nona, kau tak akan tau kapan dia akan menyerang. Dan aku pun tak akan tau kapan pikiranku akan dikendalikan lagi oleh anak itu," ucap dohan. Membuat lami kembali mengangkat sabit besar miliknya lagi.

"Apa kau... Sadar?" Ucap lami.

Lelaki itu hanya menghendikan bahu dengan tengan dengan senyuman teduh diwajahnya.

"Entahlah tapi sejujurnya aku tak Ingin menyerang gadis muda yang bahkan tak sepadan denganku seperti ini," balas dohan.

"Tsk, kalau begitu apakah renjun-"

Hero : after war sequel (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang