"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!"
"Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun."
"Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja."
"......"
Saat Sang Eomma berbalik pergi t...
Sudah satu minggu berlalu sejak pengakuan Jaehyun pada ibunya.
Setelah malam itu, memang tidak ada lagi teror telepon, pesan, dan janji untuk kencan buta. Untuk pertama kalinya selama dua tahun, Jaehyun merasa lega. Yah, meski memang ia juga jadi jarang menerima kabar dari ibunya. Sudah satu minggu wanita yang melahirkannya itu tidak berkunjung ke apartemennya. Telepon pun hanya dua hari sekali. Itu pun hanya sebentar. Sekedar bertanya sudah makan atau belum, pulang jam berapa, apakah tidur cukup, apakah sehat. Padahal biasanya ibunya akan meracau membicarakan apa saja yang terjadi di butiknya dalam sehari itu, tentang teman-teman sosialita-nya, tentang anak-anak gadis mereka....
Well, tentu saja Jaehyun senang tidak perlu lagi mendengarkan biografi gadis anak teman-teman ibunya itu tiap hari. Namun, tak ayal Jaehyun agak menyesal dengan tindakannya membohongi Sang Eomma. Dusta bila ia bilang tidak merindukan kecerewetan ibunya. Bagaimanapun sebalnya ia pada tindakan semena-mena terkait perjodohan itu, wanita itu tetaplah ibunya. Satu-satunya keluarganya yang tersisa.
Sedikitnya Jaehyun jadi merasa seperti anak durhaka....
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Black Pearl Bar & Resto tampak dipenuhi pengunjung. Jaehyun nyaris tidak menemukan tempat untuk parkir. Ini memang masih jam makan malam, sepertinya wajar bila tempat ini pun ramai.
Pemuda Jung berjalan memasuki ruangan. Sebelah tangannya terangkat menyapa bartender yang tersenyum ramah dan membungkuk padanya saat menyadari kedatangannya. Jaehyun ingin sekali menyapa Xiumin Sang Bartender, namun sepertinya pria itu tengah diserbu pelanggan. Dan lagi, suara nyaring Mingyu sudah terdengar membelah resto, membuat pemuda berkulit putih nyaris pucat ini segera mengarahkan tungkainya menghampiri sumber suara.
"Ini dia bintang utama malam ini!" Pemuda Kim itu berseru sembari menepuk punggungnya hangat saat Jaehyun tiba.
"Hey. Maaf aku terlambat."
"Aku juga baru datang, kok," Jungkook menyahut sembari menyuapkan potongan daging ke mulutnya.
"Kukira kau tidak bisa datang." Jaehyun berkomentar. Sebelah tangannya meraih botol wine dan menuangkan ke dalam gelas bersih yang tersedia untuknya.
"Eeiiyy. Mana mungkin aku melewatkan konferensi pers Tuan Muda Jung Yang Terhormat." Jungkook terkekeh, yang hanya ditanggapi Jaehyun dengan dengusan.
Menerima suapan daging yang disodorkan Wonwoo yang duduk di hadapannya, Jaehyun mengedarkan pandangan. "Eunwoo belum datang?"
Sebelum tiga orang yang ada di sana menyahuti pertanyaannya, sebuah suara terdengar menyerukan namanya keras-keras. "Jaehyunnieee~~" Diikuti sebuah rangkulan menyesakkan dari belakang tubuhnya.
"Ugh. Lepas. Kau berat, tahu!" Jaehyun menggerutu memukul-mukul lengan pemuda yang melingkari lehernya erat. "Mana abalone-ku?"
"Ish. Kau cuma peduli dengan abalone, eoh? Kau tidak merindukanku??" Pemuda bertubuh tinggi yang baru datang itu melepaskan rangkulannya dan duduk di sebelah Jaehyun dengan bibir mencebik. Wajahnya dibuat sedih seolah sangat terluka, dengan raut penuh aegyo yang Jaehyun yakin akan membuat fans-fans nya menjerit histeris.