"Selamat pagi, Sajangnim. Anda sudah sehat?"Jaehyun, yang baru saja melewati pintu masuk gedung kantornya sembari membaca materi di layar tablet, mendongak. "Pagi, Kun-ssi. Ya, aku sehat," sahutnya. Sedikit heran, mengapa pula ia tidak sehat?
Sempat lupa bahwa kemarin ia dibuat izin cuti karena sakit.
Qian Kun, salah satu anggota Divisi Inovasi di bawah arahan Doyoung itu tersenyum hangat. "Senang melihat anda kembali bersemangat, Sajangnim."
Jaehyun mengangkat sebelah alisnya atas kalimat itu. Bertanya-tanya apa yang berbeda dengan dirinya dibanding biasa? Jung Jaehyun merasa seperti biasa saja.
Yah, selain perasaan ringan di hatinya sejak bangun tidur tadi....
Sebelum Kun keluar dari lift di lantai tempat divisinya berada, Jaehyun bertanya. "Jam berapa kau akan meninggalkan kantor hari ini?"
"Eh?"
Pertanyaan itu sontak saja membuat Kun tertegun sesaat. Sampai pintu lift nyaris kembali tertutup dan ia akan melewatkan lantainya.
"Jam berapa?" Sembari menekan tombol penahan di lift, Jaehyun mengulang pertanyaanya.
"Uhm, sepertinya pukul 8, Sajangnim. Apa Anda butuh sesuatu?" Kun akhirnya menjawab separuh ragu.
Jaehyun hanya menggeleng dan memberi gestur agar pemuda itu segera keluar dari lift. Tak mempedulikan sorot bingung di wajah pemuda berkebangsaan China itu.
Pertanyaan serupa pun menjadi kalimat pertama yang diucap CEO Jung pada sekretarisnya.
Irene yang baru saja meletakkan tasnya, tampak agak gelagapan saat menyahut. "U-umm... Kecuali Anda membutuhkan saya, Sajangnim, saya berniat pulang pukul tujuh...."
Jaehyun mengerutkan alis, namun hanya berlalu dari meja sekretarisnya. Meninggalkan Irene yang menatapnya kebingungan.
Tidak lama kemudian, Irene mengetahui rupanya bossnya itu menanyakan pertanyaan serupa hampir pada semua orang. Yah, setidaknya pada siapa saja yang berpapasan dengannya sejak dari pintu masuk area Jung Corp. Entah untuk tujuan apa.
Saat Irene memberanikan diri bertanya secara langsung apakah atasannya itu ingin ia lembur, Sang CEO hanya menggeleng dan kembali tenggelam dalam pekerjaannya.
Irene yang sebenarnya masih bingung, namun tak berani bertanya lebih jauh, pun membawa kembali berkas-berkas yang telah ditandatangani Jaehyun dan bersiap meninggalkan ruangan. Saat jemari indahnya menyentuh kenop pintu, suara indah Jaehyun kembali terdengar.
"Apa kau tahu siapa yang biasa pulang larut selain aku?"
Irene berpikir sejenak. "Tim riset pasar biasanya pulang larut, Sajangnim. Jeno-ssi dan Jaemin-ssi misalnya."
"Oke." Jaehyun mengangguk. "Panggil mereka kemari."
.
.
.
"Hei, apa Jung-Sajang bertanya padamu juga tadi?"
"Tidak. Aku belum bertemu dengannya hari ini. Eh, dia sudah tidak cuti?"
"Aku, aku. Saat berpapasan tadi aku juga ditanyai. Ya Tuhan! Aku gugup sekali! Kuharap aku tidak memberikan jawaban yang salah!"
"Aku bahkan tidak ingat lagi aku memberikan jawaban seperti apa. Dia langsung pergi begitu saja sambil menggelengkan kepala. Bagaimana ini??"
"Kenapa? Memangnya Sajangnim bertanya apa?"
"Dia bertanya 'jam berapa kau pulang hari ini?'"
"Hee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fanfiction"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...