14

8.4K 1.4K 120
                                    


Deru mobil yang konstan menjadi latar belakang samar di antara lantunan lagu dari speaker. Pria tampan di balik kemudi memainkan jemarinya di atas setir, mengikuti ritme. Jalanan malam yang lengang membuatnya melajukan mobil berwarna cerah itu dengan leluasa. Menikmati kesenangan diri.

Yang sesaat kemudian dirusak oleh panggilan masuk. Bunyi nyaring yang terlalu mengganggu untuk diabaikan. Membuat pemuda dengan surai ash-grey ini tidak memiliki pilihan lain selain mengangkatnya.

"HYUUUUUNNNGGG!!!!"

Bahkan sebelum ia mengucap sapa, sebuah teriakan panik menerpa gendang telinganya. "Apa?!" tukasnya ketus. Sebal berlipat akibat diganggu dan diteriaki suara cempreng.

"Hyuung kau masih di luar, kan?? Aku mau minta toloong... Flashdisk-ku tertinggal di studio. Di sana ada file yang harus kupresentasikan besok pagi. Tolong ambilkan yaa Hyuuuungg? Pleaaassseeee!!!"

"Ambil saja sendiri!"

"Ini sudah lewat jam malam hyuuuunnggg. Aku tidak boleh keluar lagiiiii... Tolonglah dongsaeng-mu yang manis ini... yayayayaaaa?"

Dengus sebal diperdengarkan pemuda berwajah tirus itu. "Dasar tuan muda," gerutunya keras-keras. "Kau ambil saja besok pagi. Biar kubilang Yoomae untuk datang lebih awal."

"Tidak bisaaa hyuuunggg. Aku harus presentasi di jam pertama! Giliran pertama! Dan aku belum latihaan. Masih ada yang harus kuedit sebelum kusebarkan pada anggota timku. Ayolah hyuuungg tolong ambilkan yaa? Jebaaaallll!!!!"

"Hhhhh....!!! Kau berhutang padaku, Chittaphon!"

"Yaaaaaayyy!!!! Tentu. Tentu! Aku akan membelikan apapun yang kau mau hyuung."

"Aku tidak butuh uangmu, bocah!"

"Zzzzz..... Benar juga. Baiklah, aku akan membalas jasamu kalau kau butuh sesuatu hyung. Kau memang yang terbaik Sehunnie-hyuuung! Aku tunggu di rumah. Jangan lama-lama yaa!"

"Ya. Ya. Cerewet." Dengan gerutuan itu, Sehun memutar arah mobilnya. Melakukan kebaikan--secara terpaksa--untuk salah satu dongsaengnya. Porsche merah pun membelah udara malam menuju Water Lilies Studio Dance.

.

.

.

Tidak butuh waktu lama bagi Sehun untuk tiba di studio dance-nya. Saat lampu kekuningan dari mobilnya menerangi bangunan, ekor matanya sempat menangkap gundukan gelap yang tak wajar. Sugesti dan asumsi membuat pemuda ini terlonjak di dalam mobilnya. Memejamkan mata, rapalan mantra tak jelas pelafalan pun meluncur dari bibir tipis.

Sehun bersumpah tidak sekali-kali lagi ia menemani Seulgi menonton film horor!

Setelah meredakan degup jantungnya yang sempat menggila, kelereng hitam mengintip dari balik kelopak. Hati-hati menatap sekeliling. Memastikan tidak ada makhluk gaib yang tiba-tiba muncul di sebelahnya atau....

Srakk.

Pergerakan dari gundukan aneh di depan bangunan studio itu kembali memacu adrenalin. Sebelum lensanya menangkap warna turquouise bersapu emas di antara gundukan hitam.

Paduan warna yang sangat familiar, eh?

Menyorotkan lampu mobilnya secara langsung ke arah gundukan itu, segala ketakutan yang sempat mendera pun lenyap. Karena yang berada dj bawah penyinaran lampu mobilnya adalah postur manusia. Dengan hoodie hitam yang amat dikenalnya.

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang