19

7.3K 1.2K 129
                                    

Selama beberapa saat, Jaehyun terdiam di tempatnya duduk setelah panggilan Mingyu berakhir. Benaknya berkontemplasi. Maukah ia mengorbankan waktu kerjanya untuk berbaikan dengan Taeyong?

Lewat ekor matanya, Jaehyun bisa melihat Taeyong masih sibuk di dapur. Entah sedang apa, mungkin sedang mencuci peralatan masak? Menatap punggung kurus itu, Jaehyun jadi teringat diary yang dibacanya kemarin. Plus insiden di Water Lilies sebelum itu, yeah.

Saat hatinya terasa sakit mengingat hal itu, saat itulah Jaehyun sampai pada kesimpulan: Taeyong pantas mendapatkan kompensasi ini darinya.

Maka, Tuan Muda Jung bangkit dari sofa dan menghampiri Taeyong di muka dapur.

"Taeyong-ah," panggilnya.

Lelaki bersurai pucat itu membalikkan badan dan sedikit memiringkan kepalanya.

"Kau mau ke taman bermain?" Pemuda Jung bertanya memastikan.

Bukannya langsung menjawab, Taeyong hanya mengerjap beberapa kali. Kepalanya semakin miring, bagai mempertanyakan pertanyaan Tuan Jung.

"Mau ke taman bermain atau tidak?" Jaehyun mengulang pertanyaannya.

Barangkali merasakan warna suara Sang CEO yang mulai terdengar kesal, Taeyong pun akhirnya mengangguk pelan. Kalau ditanya begitu.... tentu saja jawabannya mau, kan...?

"Kalau begitu siap-siaplah. Kita pergi sebentar lagi," adalah kalimat yang diucap Jaehyun--

--sebelum iris hazel menangkap sajian sarapan di meja makan.

Ah. Ia nyaris mengabaikan set makanan lengkap yang tampak lezat itu.

Berdeham pelan, Jaehyun kemudian menambahkan, "Setelah kita sarapan. Ya. Ayo, sarapan." Sambil mengucapkan kalimat bak gumaman itu, Jaehyun menarik kursi dan duduk di meja makan.

Di hadapannya tersaji semangkuk haejangguk yang masih mengepul. Jaehyun menyendokkan sup penghilang hangover itu dan menyeruputnya pelan. Melirik Taeyong yang sedari tadi masih berdiri di dekat wastafel, pemuda Jung bertanya, "Kau sudah makan duluan?"

Sesuai dugaan Sang Tuan Muda, lelaki yang lebih tua itu memberi sebuah gelengan sebagai jawaban. Informasi yang kemudian membuat Jaehyun bertanya-tanya sendiri. Tidak tahu harus terharu atau sedih mendapati kepatuhan absolut dari...istrinya ini.

Apa berarti Taeyong akan melewatkan sarapan seandainya tadi Jaehyun langsung pergi bekerja? Apakah berarti selama ini tiap kali Jaehyun pulang larut dan melewatkan waktu makan malam, Taeyong pun tidak turut makan? Karena lelaki itu menunggunya makan bersama, tapi pemuda ini selalu pulang terlalu larut dan langsung menuju kasur saat tiba?

Mengaduk-aduk sup di hadapannya, Jaehyun mendadak merasa begitu mual. Degup jantungnya mengalami percepatan. Entah karena apa.

Mungkin karena rasa bersalah?

Mungkin juga sedikit gemas atas kepolosan lelaki yang lebih tua.

"Cepat kemari dan makanlah." Mendapati Taeyong masih berdiri canggung dengan tatapan takut membuat Jaehyun menggerutu kesal.

Terburu-buru, lelaki yang lebih tua terantuk kaki kursi saat hendak duduk. Namun tentu, tidak ada erangan atau seruan mengaduh yang menemani.

Jaehyun hanya menatap lekat dan Taeyong hanya tertunduk.

Selama beberapa waktu, mereka sarapan dalam diam. Taeyong yang sepanjang waktu hanya menatap meja dan tak berani memandangnya membuat Jaehyun berpikir mungkin Mingyu dan Wonwoo benar. Mungkin memang mereka butuh 'berbaikan'. Walau Jaehyun sendiri tidak merasa ia sedang bertengkar dengan lelaki yang dikata istrinya ini, tapi melihat gelagatnya Jaehyun rasa Taeyong pikir ia sedang marah.

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang