22.5

7.8K 1.2K 72
                                    


Memang dasar kebiasaan yang entah sudah berapa tahun, walau seharian menghabiskan waktu berjalan-jalan, Jaehyun masih belum tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat. Sang CEO masih terbangun dengan laptop menyala di Pangkuannya.

Setelah pembahasan tentang bahasa isyarat tadi, Jaehyun kembali menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Sementara Taeyong tertidur di kasur anginnya di bawah. Sepertinya kelelahan setelah berjalan-jalan mengelilingi everland.

Merasakan kantuk mulai mendera, Jaehyun pun mematikan laptop. Saat hendak meletakkan benda elektronik itu, pemuda ini baru sadar obat untuk kaki Taeyong masih ada di kasurnya. Yang mana berarti lelaki itu lupa memakainya.

Selama beberapa waktu iris hazel menatap lekat sosok ramping terbuntal selimut di sana. Sel kelabunya yang terbiasa memperhitungkan segala hal dengan hati-hati, menimang dorongan hati yang mendadak muncul. Termenung sekian menit pemuda Jung ini. Sebelum menghela napas menyerah dan postur jangkung turun menghampiri kasur Taeyong.

Berusaha tidak membangunkan lelaki yang lebih tua, dengan amat perlahan Jaehyun merengkuh tubuh kurus itu. Dengan lengan kokohnya, Sang CEO membawa Taeyong ke kasur King Size-nya. Setelah menyamankan posisi bantal, Jaehyun turun ke arah kaki kurus Taeyong. Sembari memastikan lelaki bersurai pucat itu tidak terbangun, perlahan Jaehyun menyingkap piyamanya. Menampilkan sepasang tungkai dengan ligamen yang terbentuk baik, namun dengan permukaan derma yang terkelupas. Benar saja dugaannya. Sesi jalan-jalan mereka hari ini pasti berdampak pada kaki Taeyong yang mungkin belum sembuh sepenuhnya.

Menuangkan salep yang diberikan Dokter Moon tempo lalu, dengan hati-hati Jaehyun mengusap tungkai indah itu. Struktur tulang berbalut otot yang terbentuk baik sebagai hasil latihan dance tampak sedikit tidak sejalan dengan wajah malaikat bak boneka yang tengah memejamkan mata itu. Bagai kembali mengingatkan bahwa bagaimanapun cantiknya, Lee Taeyong tetaplah seorang lelaki. Kasar dan penuhnya luka itu pun barangkali bentuk pengingat yang lain. Betapa di balik sikap penurutnya, ia adalah seorang pekerja keras. Betapa di balik gestur lembutnya, ia memiliki toleransi yang tinggi atas rasa sakit.

Apakah itu merupakan dua hal yang bertentangan?

Entahlah.

Yang pasti, bagi Jaehyun, apa yang dilihatnya ini adalah pengingat betapa banyak yang tidak diketahuinya.

Pertanyaannya adalah, siapkah ia untuk benar-benar terjun lebih jauh demi mengetahui segalanya? Orang-orang di sekitar Taeyong, peran mereka dalam hidup Sang Pemuda, latar belakangnya.....

Benarkah ia ingin mengetahui semua itu?

Apakah ia tidak akan menyesal nanti?

Apakah untuk menjalani waktu tiga bulan ia butuh untuk tahu?

Tanpa sadar mulai memijat betis ramping di hadapannya, sebuah suara lain muncul dari hati kecil Jaehyun:

Tapi, dengan tidak mengetahui apapun seperti ini, berapa banyak luka dan kesulitan yang ditimbulkannya terhadap Taeyong?



'Berjanjilah kau akan memperlakukannya dengan baik selama tiga bulan ini.'

Teringat pesan ibundanya di awal perjanjian mereka, Jaehyun menghela napas panjang. Tanpa disuarakan pun, benaknya tahu apa yang seharusnya ia lakukan.

Merapikan kembali piyama dan menyimpan botol obat di atas nakas, Jaehyun masih berkontemplasi. Ibarat seorang pecandu yang tahu tubuhnya telah rusak dan paham ia harus berhenti namun terlanjur memiliki ketergantungan kronis terhadap obat. Jaehyun tahu kekurangannya. Ia pun tahu apa yang dituntut darinya. Namun, mem-break down pemahaman itu pada rutinitasnya yang sudah mendarah daging adalah persoalan lain. Jung Jaehyun bagaikan bocah yang tidak tahu apa-apa saja yang sepatutnya ia lakukan terhadap Taeyong.

Sebutlah ia tidak memiliki pengalaman hubungan romansa yang ideal. Karena materi itu tidak pernah ada dalam kurikulum belajarnya hingga gelar doktoral.







Barangkali tidak salah bila kalian berpendapat Tuan Muda Jung hanya terlalu banyak berpikir.

Karena, saat membaringkan tubuh di samping Taeyong dan menyadari lelaki itu menggigil walau sudah berlapis selimut, Jaehyun beringsut mendekat dan mendekapnya. Melingkarkan lengan kokohnya di sekitar tubuh ramping dalam upaya membagi termal.

Padahal selama ini CEO Jung terkenal dengan personal space-nya. Namun, hingga pagi tiba, Taeyong masih ada dalam rengkuhannya. Jaehyun terlelap dengan kehangatan yang nyaman dan menenangkan. Membawanya pada tidur berkualitas yang amat jarang didapatnya.










Separuh sadar, Taeyong meringkuk semakin rapat. Bersembunyi sepenuhnya dalam kungkungan hangat yang telah lama didamba. Andai pun ini hanya mimpi, ia sangat bahagia bisa mengalaminya.

.


.


.



A/N: Part bonus yang ga ada dalam rencana tapi kayaknya gapapa kumasukin aja sbg filler kkkkk. Terinspirasi dari dinginnya pagi ini dan author berharap punya Jaehyun yang bisa ngangetin gitu /plak /diamukincess

Just wanna drop it here

Otomatis soft sih liat Taeyong begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Otomatis soft sih liat Taeyong begini. Bener ga? ><

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang