Pernahkah kau bertanya-tanya apa tepatnya yang membuatmu 'bangun' dari tidur? Apakah itu suara alarm yang memekakkan telinga? Ataukah tubuhmu hanya secara natural mengatur diri saat kebutuhan tidurmu terpenuhi? Hingga kau yang semula tak terusik dari segala intrusi luar saat 'tertidur' akhirnya kembali dapat merespon segala sensor yang diterima kelima indera.
Jung Jaehyun, yang entah sudah berapa jam tenggelam dalam pekerjaannya, pun tidak dapat menguraikan apa tepatnya yang membuat ia akhirnya 'tersadar' dari masa trance. Yang membuat sepasang lensa hazel menyadari gelapnya langit di luar jendela besar kantornya. Ataupun yang membuat gendang telinganya menangkap bunyi panggilan yang menjerit dalam ruang hening.
Barangkali hanya database operator yang mengetahui berapa banyaknya panggilan gagal yang tercatat di ponsel canggih itu, sebelum jemari putih akhirnya mendial tanda terima panggilan.
Jalinan sel neuron yang terbiasa terus bekerja tanpa henti menyadari bahwa panggilan yang masuk berasal dari nomor bisnisnya. Maka sepatutnya itu adalah panggilan penting, hal-hal yang ada di daftar atas prioritasnya karena menyangkut pekerjaan.
Itu sebabnya Jung Jaehyun sama sekali tidak mengira yang pertama ditangkap telinganya saat menerima panggilan tersebut adalah sebuah umpatan.
"KAU DI MANA, BEDEBAH?!?"
Jaehyun mengerutkan alis dalam. Melirik nomor yang tak terdaftar, dan menyahut formal. "Anda siapa? Ada perlu apa?"
"Cepat kemari brengsek! Kau kira ini sudah jam berapa??!!"
"Begitupun pertanyaan Saya, Tuan. Bukankah ini terlalu larut untuk membuat telepon iseng?" Jaehyun menyahut sembari memijat kedua matanya yang lelah. "Silakan cari orang lain. Saya tidak punya waktu untuk omong kosong ini--"
Sebelum Jaehyun sempat menutup panggilan itu, namun, orang di sebrang sambungan sempat mengucapkan sahutan yang membuat Sang CEO terpaku.
"Jadi bagimu memenuhi janji untuk menjemput Taeyong adalah sebuah omong kosong, eh?"
Kalimat itu diucap dengan pelan. Penuh sarkasme serta tawa sinis, yeah, tapi diucap dengan suara tertahan. Seolah pria di sisi sana tak ingin ada orang lain yang mendengar kalimatnya(?), namun Jaehyun mendengarnya dengan sangat jelas. Dan seketika sebuah kesadaran menghantamnya. Agenda penting yang terlupakan akibat sifat workaholicnya, kini merambat ke permukaan. Bersamaan dengan rasa bersalah yang menggerogoti tiap sel dalam tubuhnya.
Taeyong! Bagaimana ia bisa lupa??
.
.
.
Sehun menatap handphone-nya dengan penuh kesal saat telinganya mendadak saja hanya mendengar bunyi tuuut berulang-ulang. Sepasang alis indah menukik tajam, menatap penuh tuduhan pada handphone-nya seolah gara-gara benda itu panggilannya tiba-tiba terputus.['Bagaimana, Hyung?']
Sungguh, Sehun amat sangat ingin sekali menjadi tokoh antagonis yang mengucapkan hal seperti: "Dia tidak akan datang, katanya ada urusan lain", untuk menjawab pertanyaan Taeyong itu. Sayangnya, ia terlalu lemah pada sorot khawatir yang membayang di sepasang doe-eyes. Hingga pemuda berwajah tirus ini hanya mendesah dan memberitahukan kejujuran.
"Kurasa ia baik-baik saja." Jeda sejenak. Sehun tampak menimang kalimat lain yang akan diucapkannya. "Ia tidak sempat mengatakan apa-apa lebih jelas soal janjinya padamu, sambungannya terputus. Aku tidak bisa memastikan apakah ia terdesak urusan lain.....atau....sedang bergegas kemari...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fanfic"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...