Saat berkas matahari menyapa pelupuk matanya yang masih terpejam, Jaehyun terbangun dengan sakit kepala yang begitu menyiksa. Erangan keras diperdengarkan pita suaranya sementara jemari indah meraba nakas, mencari handphone-nya yang entah kenapa hari ini begitu hening. Padahal seharusnya alarmnya berbunyi jam segini.....
Atau sebelum ini?
Memijat keningnya yang bagai dihantam gada berulang kali, Jaehyun memaksa matanya terbuka. Lensa hazel melebar horor saat mendapati jam digitalnya menunjukkan pukul 9 pagi.
"Shit!!! Aku telat!" Jaehyun mengumpat, memaksa tubuhnya bangun.
Ia mengalami hangover berat! Padahal rasanya semalam ia tidak minum banyak.......kan?
Jaehyun tidak ingat.
Sebenarnya ia bahkan tidak ingat pulang ke apartemennya. Ia hanya ingat membahas masalahnya dengan Mingyu, lalu...... Tidak tahu apa yang terjadi.
Apa ia menyetir pulang dalam keadaan mabuk? Atau Mingyu yang mengantarnya pulang?
Saat ini hal itu tidak jadi penting karena ia seharusnya sudah di kantor sekarang. Ada undangan dari salah satu rekan bisnisnya pukul 9.30. Sebenarnya ia hanya diminta datang sebagai tamu dalam acara kekeluargaan mereka. Tapi, yang namanya undangan tetap saja undangan. Yang namanya agenda tetap saja agenda. Tidak seharusnya ia telat seperti ini!
Membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan super kilat, dalam waktu 10 menit Jaehyun telah siap berangkat. Namun, ia tidak bisa menemukan dompetnya! Padahal dompet itu berisi kartu akses ke dalam kantornya dan juga kunci mobil, serta tentu saja uang dan kartu atm.
"Di mana dompetkuuu????!!" Panik akibat telat, CEO Jung berseru frustasi. Kalang kabut menyingkapkan barang-barangnya demi mencari dompet yang berharga. Terlalu sibuk mencari, Jaehyun luput melihat Taeyong yang berdiri di ambang ruang makan dengan notes bertuliskan, ['Ada apa? Ada yang bisa kubantu?']
Menyerah membuang waktu mencari dompet yang entah di mana, Jaehyun men-dial nomor sekretarisnya.
"Irene-ssi. Bisa ke apartemenku dan antarkan aku ke acara MBB Co.?"
"Loh? Anda tidak jadi cuti, Sajangnim?"
Jaehyun mengerutkan alisnya bingung. "Cuti apa? Cepat kemari dan antarkan aku. Kunci mobilku entah di mana. Mungkin akan masih sempat--"
"Anda sudah mendisposisikan acara di sana pada Doyoung-ssi, Sajangnim."
"Doyoung?"
"Benar."
"Kapan?"
"Doyoung-ssi sudah berangkat sejak lima belas menit yang lalu."
"Bukan itu maksudku. Kapan aku menyuruh Doyoung pergi menggantikanku?"
Anehnya, sekretarisnya terkekeh pelan sebelum kembali menyahut.
"Tidak perlu mengkhawatirkan soal pekerjaan hari ini, Sajangnim. Semuanya sudah ter-handle. Sajangnim beristirahat saja dengan tenang. Semoga cepat sembuh."
Dan panggilannya diputus secara sepihak.
Apa-apaan?
Menganggap sekretarisnya sedang high atau kurang tidur, Jaehyun lanjut menghubungi Doyoung.
"Nde Sajangnim. Aku baru saja tiba di lokasi. Apa kau tidak mempercayaiku sampai harus menelepon begini? Aku sudah datang, tidak perlu khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fanfiction"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...