25

11.8K 821 161
                                        

Sabtu pagi, barangkali seharusnya menjadi waktu bersantai. Bermalas-malasan di kasur dan bangun siang hari, misalnya. Sayangnya, hal semacam itu tidak ada dalam rutinitas Jung Jaehyun. Sabtu pagi, ia bangun dan telah mandi bersih di waktu yang sama dengan lima hari ke belakang. Dengan setelan kemeja rapi pemuda ini menikmati sarapan yang telah disiapkan.

Di antara suapannya, sesekali iris hazel melirik entitas yang duduk di seberang meja, yang juga tengah melahap penganan yang sama. Untuk pertama kalinya sepanjang ia ingat, Jung Jaehyun dihinggapi rasa malas untuk meninggalkan rumah. Untuk pertama kalinya, pemuda ini memberi atensi pada arti 'akhir pekan' dan ingin menuruti bisikan 'bersantai di rumah'.

Terlebih, saat makanan di atas meja telah habis dan ia membantu Taeyong membereskan mangkuk dan piring kotor, sebuah suara yang amat familiar terdengar dari pintu masuk.

"Sejak ada Taeyong, kau lupa pada eomma eh??"

Jaehyun menoleh dengan raut terkejut. "Eomma?!" tanyanya. Biner kembar melebar kala lensa memantulkan sosok cantik ibundanya tengah berkacak pinggang dengan wajah merajuk yang dibuat-buat. Postur jangkung langsung bergerak menghampiri, memberi rangkulan ringan pada wanita yang amat dicintainya itu.

"Tumben sekali eomma datang pagi-pagi," ujar CEO Jung Corp ini. Sama sekali tidak terpikir untuk membantah 'tuduhan' dari ibunya.

"Tentu saja karena eomma tahu kau pasti tetap pergi ke kantor sabtu pagi begini, jadi eomma datang sepagi mungkin untuk menemani Taeyong," terang MinAh. Sembari berujar demikian, wanita ini meninggalkan puteranya yang menatap bingung dan ganti menghampiri Taeyong.

"Bagaimana kabarmu Taeyongie? Kau masak apa pagi ini?"

Lihat bagaimana dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya ada di tempat yang sama dan tengah berinteraksi dengan hangat di sana? Sungguh pemandangan itu membuat Jaehyun semakin ingin tetap tinggal saja dan batal berangkat. Sayang, alarm pengingat jadwalnya telah berbunyi dan Jaehyun paling benci dipandang tidak bertanggung jawab atas tugas. Maka, dengan berati hati, pemuda ini pun meraih kunci mobil dan membawa tubuhnya pergi.

Jung Jaehyun bahkan tidak sadar baru saja mengakui dalam hati bahwa dua orang di apartemennya itu adalah orang-orang yang berarti baginya.

Meninggalkan apartemennya dengan mata terfokus pada layar ponsel, pemuda ini juga luput memperhatikan pergerakan tangan Taeyong di hadapan ibundanya.

.

.

.

Sebelum waktu makan siang tiba, meeting-nya untuk sabtu itu telah selesai. Sebenarnya Jaehyun bisa saja langsung pulang. Atau menyusul eomma-nya yang rupanya membawa Taeyong jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Andai saja ia tidak punya janji dengan Chanyeol sore ini, lalu dengan Eunwoo malam harinya. Janji pertemuan-pertemuan kasual yang sebenarnya akan disisipi bahasan soal pekerjaan juga.

Maka, Jung Jaehyun pun memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya sembari istirahat makan siang. Dengan laptop di tangan, postur tinggi Sang CEO berjalan menuju Mansae Cake & Pastry. Lokasi toko yang berjarak tak sampai 500 meter dari kantornya itu sungguh merupakan anugerah bagi Jaehyun. Di sekitar kantornya memang terdapat beberapa restoran atau kedai yang tak kalah mewah dan nyaman (kabarnya), namun Tuan Muda Jung hampir tak pernah mengganti preferensinya. Apalagi bila bukan karena di sana ada Mingyu yang bisa memasakkan apapun untuknya.

Di tengah langkahnya, sepasang iris hazel menangkap sosok familiar di balik salah satu jendela coffee shop. Menghentikan langkah, selama beberapa detik, pemuda ini memperhatikan entitas itu. Menelisik, memastikan otaknya tidak salah mengenali. Sekaligus menimang tindakan yang akan dilakukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang