Coba tebak apa urusan Jung Jaehyun sehingga membuatnya susah-susah meminta tolong karyawannya agar bisa pergi tepat waktu?Tidak ada yang terpikir?
Baiklah, ini clue-nya : janji.
Ya. Jaehyun sudah ada janji untuk berada di suatu tempat. Janji serupa yang pernah dilanggarnya akibat kebiasaan buruknya yang tak bisa melepas pekerjaan. Janji yang kali ini ingin ia tepati, bagaimanapun caranya.
.
.
.
Hal pertama yang menyambutnya saat tiba di Water Lilies Studio Dance adalah raut terkejut Yoomae. Penjaga front desk itu tersenyum penuh arti saat Pemuda Jung ini menanyakan Taeyong.
Ia kemudian di antar ke salah satu ruangan tanpa jendela dengan pintu tertutup. Ruangan itu dibuat sedemikian rupa hingga kedap suara, sepertinya. Karena dari sini, Jaehyun tak bisa mendengar apapun. Namun, dari kaca pintu, ia bisa melihat setidaknya lima belas remaja dengan satu instruktur tengah serius berlatih.
"Kelasnya selesai pukul 12," ucap Yoomae.
Jaehyun mengangguk. "Terima kasih. Aku akan menunggunya di sini," sahut Sang CEO, kembali mengintip ke dalam. Mencari postur kurus Taeyong di antara murid-muridnya.
Sekejap Yoomae tergoda untuk melontarkan kalimat semacam, 'syukurlah kali ini kau datang lebih awal' atau bahkan kalimat yang lebih tajam dari itu sebagai sindiran. Bagaimanapun Yoomae masih ingat kejadiannl tempo lalu. Namun, bisikan jahat itu tak diturutinya demi melihat tatapan lekat Jaehyun pada Taeyong di dalam sana. Memutuskan bahwa selama keduanya baik-baik saja, ia tidak berhak untuk ikut campur atau turut menghakimi, Yoomae pun pamit untuk kembali ke meja depan.
Menyandarkan bahu pada kusen pintu, Jaehyun diliputi sebuah emosi asing saat ini. Saat akhirnya ia bisa melihat Taeyong di tempat kerjanya. Melihat pemuda itu menunjukkan sebuah gerakan dan membenarkan gerakan muridnya, tak ayal pemuda Jung bertanya-tanya, bagaimanakah murid dan orang tua murid itu menyikapi keterbatasan Taeyong? Apakah Pemuda Lee mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari.....siapapun? Bukankah hal demikian akan selalu ada...?
Pemikiran lain yang menyelusup ke dalam benak Sang CEO adalah, betapa ia ingin melihat Taeyong tampil.
Mungkinkah kesempatan itu akan ada di kemudian hari?
.
.
.
Tepat pukul 12 malam, Taeyong mengakhiri kelas dance-nya. Sebagian anak terlihat begitu kelelahan dan siap terlelap begitu terbaring. Namun, selama kelas tadi mereka tidak mengeluh. Tiap-tiap mereka berusaha sebaik mungkin. Taeyong ingin sekali memeluk mereka dan memberitahu betapa mereka telah bekerja keras. Sekian bulan mengajar anak-anak dengan rentang usia beragam ini, tak ayal tumbuh rasa sayang di hatinya. Diiringi kekaguman pada kegigihan mereka menggapai mimpi. Rasanya Taeyong akan melakukan apapun untuk memastikan mereka meraih mimpi yang mereka perjuangkan ini.
Selesai membereskan peralatannya dan hendak meninggalkan ruangan, Taeyong mengerutkan alis saat dilihatnya murid-muridnya masih berkumpul di depan pintu. Sesekali terdengar kasak-kusuk tertahan.
Taeyong menepuk pundak beberapa anak yang ada di hadapannya.
['Kenapa belum pulang?']
"Taeyongie, lihat. Ada ahjussi tampan ketiduran di kursi."
Haewon, salah satu anak dengan pipi chubby dan berada di kelas 2 SMP menunjuk-nunjuk dengan bersemangat. Namun, suaranya setengah berbisik, seolah tak ingin membangunkan siapapun yang tengah mereka kerubungi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fiksi Penggemar"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...