13

8.9K 1.4K 90
                                    

Sejak Taeyong pergi, CEO Jung jadi banyak melamun. Setidaknya, itu yang disadari Doyoung.

Yuta, yang saat sesi 'break' mendadak mereka, sibuk menghubungi kekasih-kekasihnya, tidak mengetahui pembicaraan yang terjadi di depan pintu apartemen pimpinan mereka ini. Maka, sangat mungkin cassanova satu itu tidak menyadari sedikit perubahan pada sikap atasannya.

Oh well, orang mungkin hanya akan mengira Jung Jaehyun tengah terlalu serius tenggelam dalam pemikirannya soal pekerjaan mereka. Akan tetapi, bertahun-tahun bekerja bersama, Doyoung bisa tahu bahwa saat ini Jaehyun tidak sedang terfokus pada pekerjaan seperti biaaanya.

Bagaimana ia bisa tahu? Yah, sebut saja insting?

Doyoung yang semula hanya penasaran selintas saja, jadi semakin penasaran dengan lelaki super cantik yang kini tinggal bersama CEO-nya itu.

Oh, kau tahu apa akibatnya bila Kim Doyoung telah penasaran akan sesuatu?

.

.

.


Jam dinding yang terpasang di samping AC menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit. Jaehyun mengetuk-ngetukkan ujung jarinya di atas meja kaca. Doyoung dan Yuta sudah meninggalkan apartemennya sejak setengah jam lalu. Dan sekarang, bukankah seharusnya Taeyong sudah pulang?

Atau belum?

Well, Jaehyun tidak begitu hafal berapa lama waktu diperlukan dari studio dance tempat Taeyong bekerja kemari. Terakhir kali ia pergi ke sana, mobilnya melaju dalam kecepatan penuh yang sedikit membahayakan sehingga tidak bisa dijadikan referensi.

Tapi, seharusnya lelaki itu sudah pulang, kan?

Ketidaksabaran yang tidak ia mengerti disebabkan oleh apa membuat CEO Muda ini meraih jaket dan meninggalkan apartemennya. Rencana untuk menyusul langsung ke Water Lilies Studio Dance sudah ada dalam kepala. Namun, Pemuda Jung masih memberi waktu toleransi. Karenanya, tubuh jangkung itu kini berdiri di depan gerbang apartemennya. Menghitung menit yang terlewati dengan tidak tenang.

Tujuh lewat dua puluh satu adalah angka yang ditunjukkan jam tangannya, saat iris hazel menangkap mobil porsche merah mendekat.

Punggung jangkung menegak saat mobil berwarna cerah itu berhenti di depan gerbang. Rahang putih mengaku kala kaca gelap pengemudi bergerak turun, menampilkan raut tirus pucat dengan seringai terulas.

"Halo Jung Jaehyun. Sedang menunggu seseorang?" Nada ejek yang amat kentara terdengar dalam kalimat yang diucap.

Merapatkan gigi, Jaehyun berusaha menjaga parasnya tetap netral. "Hanya ingin memastikan seseorang melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar," sahutnya tak kalah sinis.

Entah menyadari aura permusuhan yang berkobar di antara dua pemuda tampan itu atau tidak, Taeyong keluar dari mobil dengan senyum menghiasi wajah cantiknya.

['Apa kau hendak pergi keluar, Jaehyun?']

Iris hazel mengalihkan tatapan garangnya pada Sehun demi membaca pesan yang dituliskan Taeyong. Sebuah sahutan "Tidak," diberikannya sebelum meraih pergelangan tangan Taeyong dan menariknya menuju gedung apartemen. Tanpa mengucap pamit meninggalkan Sehun yang kembali melancarkan tatapan membunuh dari balik kaca mobil.

.

.

.

"Jadwal kelasmu adalah selasa siang dan rabu hingga malam, bukan?"

Taeyong yang tengah menyetrika kemeja berwarna navy untuk dikenakan Jaehyun besok menoleh dengan sedikit terkejut. Sedikit tidak mengira baik oleh keberadaan Jaehyun ataupun pertanyaan yang dilontarkannya.

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang