Jaehyun terbangun oleh suara alarm hariannya. Saat membuka mata dan mendapati ia berbaring seorang diri di ranjangnya, pemuda ini sempat mengira hal yang sama terulang--Taeyong menghilang lagi.
Namun, saat menajamkan telinga dan mendengar suara-suara dari luar kamar, Jaehyun seketika bangkit. Langkahnya diarahkan menuju dapur, mengikuti aroma masakan serta suara pisau yang beradu. Tak ayal, secuil kelegaan mendera hatinya mendapati lelaki bersurai biru itu benar ada di sana, tengah membelakanginya dengan masakan apapun yang sedang dibuatnya. Meski separuh hati yang lain ingin memarahi karena lelaki itu malah berkeliaran alih-alih tetap berbaring tidur.Kalimat yang sudah ada di ujung lidah, urung terucap kala sepasang hazel mendapati postur yang lebih kecil itu berusaha menggapai wadah yang sepertinya diletakkan di rak lemari paling atas entah oleh siapa. Melihat bagaimana tubuh kurus itu berjinjit dan merentangkan ujung jari sekuat tenaga, sementara kompor di hadapannya masih menyala, sama sekali tidak terlihat aman bagi Tuan Muda Jung.
Merutuki desainer yang meletakkan lemari counter di dekat kompor, juga orang yang meletakkan wadah apapun yang dibutuhkan Taeyong di atas sana, postur jangkung Jaehyun bergegas menghampiri dan mengambilkan setumpuk wadah yang dapat diraihnya. Sementara satu lengannya yang lain melingkari pinggang ramping Taeyong untuk menahan tubuhnya oleng.
Jaehyun bisa merasakan lelaki di hadapannya ini menegang.
"Yang mana yang kau butuhkan?" Pemuda Jung menunduk dan menyodorkan tumpukan wadah yang diambilnya.
Sepasang bola legam menatapnya, masih tampak terkejut, sebelum jemari kurus meraih satu dari beberapa benda yang tertumpuk di tangan Jaehyun.
Setelah meraih wadah yang diinginkannya, lelaki itu tampak mengkerut. Seolah ingin sembunyi, menjauh(?) dari Pemuda Jung. Yang sayangnya tidak bisa karena lengan kokoh Jaehyun masih melingkari pinggangnya.
"Kenapa kau malah di sini dan bukannya tetap berbaring?" Tuan Muda Jung bertanya, yang tepatnya lebih seperti protesan. "Memangnya kau sudah sembuh?" Sambil bertanya demikian, Jaehyun menunduk dan berusaha menempelkan dahinya di kening Taeyong.
Terkejut dengan tindakan Sang Tuan Rumah, Taeyong kembali menjauhkan tubuhnya.
Yang seketika mengundang decak sebal dari Jaehyun. "Diamlah sebentar. Aku ingin mengecek panasmu."
Sayangnya, setelah Taeyong akhirnya menurut dan memposisikan dahinya agar sejajar dengan Jaehyun, Tuan Muda Jung merasakan panas yang lain. Cipratan panas dari penggorengan di sisi tubuhnya, lebih tepatnya.
"Aww!"
Satu seruan itu, dan seketika Taeyong telah lepas dari dekapan Jaehyun karena sibuk membalikkan makanan yang telah mencoklat di penggorengan.
Mengerucutkan bibir karena tangan mulusnya terkena cipratan minyak panas, Jaehyun pun menjauh, meletakkan wadah yang tadi diambilnya di atas counter kosong, dan menghampiri wastafel untuk mendinginkan tangannya yang memerah.
Jaehyun menoleh kala merasakan jemari lain menyentuh lengannya yang masih dialiri air.
"Tidak apa-apa. Hanya cipratan kecil." Walau lelaki bersurai biru itu hanya menunduk menatap lengannya dengan kening berkerut dan belum menuliskan apa-apa, entah bagaimana Jaehyun bisa yakin dengan apa yang ingin diucapnya.
Untungnya memang bukan luka bakar serius. Memang hanya cipratan kecil. Tadi ia hanya terkejut saja.
"Masakannya sudah selesai? Bisa makan sekarang?"
Anggukan bersemangat yang diberikan surai biru pucat itu disambut ulas senyum lembut pemuda Jung.
"Ah. Bubur abalone itu untukmu. Temanku membuatkannya kemarin." Jaehyun berujar sementara menghampiri lemari es berniat mengeluarkan honey bear smoothie buatan Wonwoo. Menurut arahan pemilik pastry itu sih, smoothie kaya protein ini bisa dijadikan menu sarapan sehat. Percaya saja dengan pandangan pemuda yang lebih tua, Jaehyun membawa dua gelas smoothie berwarna cokelat cream itu ke meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fiksi Penggemar"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...