Saat tubuh jangkungnya telah tiba di luar bangunan studio dance, Jaehyun tak lagi menemukan sosok Seulgi. Entah gadis itu yang bergerak begitu cepat, entah ternyata pemuda ini termenung terlalu lama tadi. Yang jelas, sekarang Jaehyun kehilangan satu-satunya sumber yang dirasa akan sangat bisa membantunya menemukan Taeyong.
Berdecak kesal, Jaehyun mengacak surai coklatnya. Sungguh bukan cara memulai hari yang baik. Kepalanya masih pening akibat hangover dan kurang tidur, lalu sekarang disuguhi permasalahan begini. Sepertinya sel neuronnya sangat tidak bisa diajak kerjasama. Ia tidak punya ide ke mana ia harus mencari Taeyong! Urgh!!
"Apa kita perlu menghubungi polisi?" Suara yang tiba-tiba menyeruak pendengarannya sempat membuat Jaehyun tersentak. Sebelum mendapati rupanya itu adalah wanita penjaga front desk, yang kini menatapnya dengan raut khawatir.
"Apa yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya?" Jaehyun mengajukan tanya. Bagaimanapun, keseriusan kondisi ini masih belum bisa diterimanya dengan baik. Betapa orang-orang begitu panik mengetahui Taeyong tidak pulang. Bukankah lelaki itu bahkan lebih tua darinya? Mengapa opsi 'menginap di rumah seseorang' sama sekali tidak tersedia untuknya? Atau bahkan, 'menginap' di bar sehabis pesta semalaman, misalnya?
Bayangan wajah manis Taeyong dengan helai biru pucat, mata hitam besar dengan kerlip bak bintang di langit, ditemani tas spongebob-nya tiba-tiba melintas di benak Jaehyun. Dan seketika, Pemuda Jung meragukan kemungkinan opsinya sendiri. Lelaki berparas imut bak anak TK begitu memang rasanya tidak relevan berkeliaran di tempat semacam klub malam.
Tapi, toh, bukan berarti sama sekali tidak mungkin?? Bisa saja, kan--
"Seingatku tidak pernah. Selama ini Taeyong-ssi selalu ditemani Seulgi-ssi. Atau Sehun-ssi, Jongin-ssi, atau Ten-ssi...."
"Apa kau memiliki kontak orang-orang ini? Barangkali Taeyong sedang bersama salah satu dari mereka, dan lupa mengabari?"
".....tapi, aku belum pernah melihatnya bersama Anda, Tuan....?"
"Jaehyun. Jung Jaehyun. Aku....err......" Mengusap tengkuk dengan canggung, CEO Jung kebingungan memilah kata yang layak untuk disampaikan. "Orang tua kami berteman. Aku...emm..... Dititipi ibuku untuk menjaganya selama beberapa waktu, tapi aku belum terlalu mengenalnya, jadi...yah....." Mengangkat bahu, Jaehyun harap penjelasannya cukup meyakinkan.
Sempat menduga akan mendapat tatapan curiga dari wanita di hadapannya, tak ayal Jaehyun tertegun kala lensanya memantulkan raut senyum lembut. "Oh, ia mendapat teman baru di Korea, rupanya," adalah yang digumamkan dengan amat halus oleh wanita itu. Begitu pelan bagai gumaman untuk diri sendiri, sampai Jaehyun sempat meragukan kata yang ditangkapnya.
"Anda sepertinya mengenal Taeyong dengan baik.....?"
"Eh? Oh, tidak juga. Aku hanya mengenalnya sejak ia bergabung di sini. Dan selama ini aku hanya melihatnya bersama orang-orang yang kusebutkan tadi. Yang semuanya adalah instruktur dance di sini juga. Itu sebabnya, aku senang mengetahui ia memiliki seorang teman lain selain orang-orang di sini."
Bolehkah Jaehyun menyalahkan hangover-nya, karena kepalanya saat ini terasa berat dan sulit mencerna informasi yang baru diterimanya ini? Mengapa kalimat wanita ini terkesan seolah.......
Sungguh, Jaehyun sama sekali tak mengerti, sebenarnya ia baru saja menikahi orang seperti apa...?
Setelah berujar demikian, wanita dengan rambut sebahu itu pun memberikan kontak orang-orang yang tadi disebutkannya. Membungkukkan badan sebagai tanda terimakasih, postur jangkung Tuan Muda Jung kembali memasuki lamborghini putihnya. Bukan hanya nomor ponsel yang didapatnya kini, tapi juga alamat kediaman masing-masingnya. Dan lokasi-lokasi itulah yang akan dituju Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fanfiction"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...