10

11.2K 1.7K 47
                                    

Mingyu tiba di apartemen Jaehyun dengan napas tersengal. Terlihat jelas betapa pemuda berkulit tan itu datang kemari dengan terburu-buru. Sampai Jaehyun yang hendak membukakan pintu untuknya menatapnya bingung.

"Ada apa Jae? Kau butuh bantuanku?"

Jaehyun tidak sempat bertanya karena Mingyu langsung menodongnya dengan alasannya meminta pemuda itu kemari.

"Err.... Itu... Tolong buatkan bubur," ucap Pemuda Jung kemudian.

"Bubur?"

Mengangguk.

"Kau menyuruhku kemari sampai meminta izin pada Wonwoo-hyung hanya untuk membuatkanmu bubur??" Mingyu berujar setengah frustasi. "Kukira masalah genting apa! Kukira kau sedang tergolek sakit atau---eh. Kau sakit? Apa karena itu kau ingin bubur? Apa kau keracunan abalone?" Gerutuan pemuda Kim dengan cepat berganti menjadi pertanyaan panik sementara tangan besarnya meraba-raba kening, leher, dan tubuh Sang Tuan Muda.

"Aku sehat. Buburnya bukan untukku," Jaehyun menyahut sembari mencoba melepaskan sentuhan Mingyu.

"Oh?" Raut tampan Mingyu jelas sekali menunjukkan pemuda itu ingin bertanya lebih jauh soal untuk siapa bubur ini sebenarnya. Namun, paras Jaehyun hanya menatapnya datar, dan Mingyu memutuskan untuk bertanya lagi nanti.

"Baiklah. Bubur. Aku bisa buatkan bubur abalone. Tapi, selain sisa abalone kemarin, aku tidak yakin kulkasmu memiliki bahan lain yang kubutuhkan." Pemuda Kim kembali berujar.

"Ah..." Jaehyun baru tersadar akan fakta ini. "Bahan apa yang kau butuhkan? Aku bisa keluar dulu dan--"

"Tidak usah." Mingyu menyela sambil mengeluarkan handphone-nya. "Biar Woo saja, dia sedang di supermarket."

Setelah berujar demikian, Mingyu berfokus pada orang di seberang sambungan teleponnya. Sempat ragu panggilan apa yang pantas diucapkannya di bawah pengawasan Jaehyun pada lelaki di ujung sana, Pemuda Kim ini berakhir tidak menggunakan kata sapaan sama sekali. "Dia ingin bubur," ucapnya langsung. "Ya. Bubur abalone saja. Berarti... Beras, minyak wijen, bawang putih, daun bawang, wortel, telur, rumput laut. Kecap ikan sepertinya masih ada sisa kemarin. Ya, kurasa itu cukup."

"Sekalian gula merah." Jaehyun menyela.

"Gula merah?" Mingyu menoleh ke arahnya dengan pandangan bertanya.

"Ya. Gula merah dan makanan manis," Jaehyun mengingat-ingat isi catatannya.

"Baiklah. Kalau begitu madu dan coklat juga. Oke. Kau mau aku membantumu membawanya? ..... Baiklah. Hati-hati menyetirnya. Pphay, Wonnie~"

Eh.

Mingyu nyengir saat mengakhiri panggilannya. Kelepasan pakai panggilan sayang dan beraegyo sedikit, tadi. Sempat mengira Tuan Muda Jung akan meledeknya atau menatap sebal, Mingyu mengerjap heran saat mendapati Jaehyun hanya menatapnya lekat.

"Umm.... Apa ada yang terlewat?" Mingyu bertanya sambil menggaruk pipi.

Namun alih-alih menyahut, yang terdengar dari bibir peach Jaehyun hanya gumaman, "Mungkin harus belajar dari mereka."

"Huh? Kau mengatakan sesuatu?"

Jaehyun menatap lurus lensa kembar Mingyu. "Ada yang ingin kuberitahukan padamu," ujarnya. "Dan Wonwoo-hyung."

Menerima pesan tersirat dari kalimat itu, Mingyu pun hanya mengangguk dan tak bertanya lebih jauh. Sambil menunggu Wonwoo, tubuh tingginya beranjak menuju dapur, mulai mempersiapkan peralatan yang dibutuhkannya.

.

.

.

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang