20

7.5K 1.2K 127
                                    

"Hei! Kau mau ke mana? Sana, duduk di belakang!" Mingyu membentak dari balik setir begitu Jaehyun hendak membuka pintu depan mobil.

"Hah?" Jaehyun mengerutkan alisnya bingung.

"Sana temani Taeyong! Hari ini aku supir kalian," sahut Mingyu dengan sebuah seringai jahil. "Kalau tidak duduk di belakang, dompetmu tidak akan kukembalikan." Bagai bocah, Pemuda Kim membubuhkan ancaman.

Jaehyun menghela napas. Bahkan belum meninggalkan bangunan apartemennya saja ia sudah lelah.

Dengan wajah jutek, Jaehyun membuka pintu belakang mobil dan duduk di samping Taeyong yang sudah naik lebih dulu.

Selama perjalanan, Jaehyun termenung menatap ke luar jendela. Membiarkan benaknya berlarian tanpa fokus jelas. Lamunannya terputus saat ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh sisi kanannya. Begitu ia menoleh, Jaehyun mendapati Taeyong--yang ia kira sedari tadi ada di sisi lain kursi penumpang itu--rupanya duduk merapat padanya. Sebelah tangan menggamit lengan kemeja Jaehyun.

Pemuda Jung menatap lekat gestur lelaki yang lebih tua itu. Pada jemarinya yang mencengkram erat kain kemeja, pada postur tubuh yang selaiknya ingin menyembunyikan diri, lalu pada pandangan iris kelam yang bergulir cepat ke sana-kemari.

Ada apa?

Kenapa ia terlihat resah--?

Kembali teringat potongan gambar yang dibacanya kemarin, Jaehyun menimang sebuah hipotesa.

"Ah, kau belum pernah bertemu Mingyu sebelum ini ya?" Jung Jaehyun tiba-tiba berujar menarik perhatian dua orang lain di dalam mobil itu.

"Dia Kim Mingyu, temanku sejak kecil. Mingyu, ini Taeyong, yang kuceritakan....waktu itu," ucapnya.

Mengabaikan Mingyu mengangguk-angguk dengan seulas senyum jahil, Jaehyun menambahkan, "Dia yang membuatkan bubur abalone tempo lalu."

Setelah Jaehyun berujar demikian, manik hitam Taeyong yang tengah menatapnya, berkelip semakin lebar, sementara bibir indahnya membentuk "Ahh" tanpa suara.

Yang terjadi berikutnya adalah Taeyong yang beringsut mendekati kursi pengemudi, membungkukkan badan ke arah Mingyu, dan menyuguhkan senyum manis pada pemuda Kim itu lewat kontak mata di kaca spion.

Jaehyun menahan tawa saat mendapati temannya itu terlihat gugup saat berujar, "H-hai, Taeyongie. Salam kenal." Dibubuhi semburat merah samar di kulit eksotisnya.

Ha! Jaehyun bisa menggoda anak itu di depan Wonwoo-hyung!

Lalu, Taeyong kembali duduk bersandar di sampingnya. Hanya saja, kali ini, tidak ada gamitan resah di lengan kemejanya. Jari-jari kurus itu hanya memainkan ujung sweaternya sendiri dengan rileks.

Selama perjalanan berikutnya, tanpa sadar, Jaehyun terus memperhatikan lelaki di sebelahnya. Sama sekali luput menangkap seringai puas dari pemuda di balik setir.

.

.

.

Tadinya, saat disebut taman bermain, Jaehyun kira mereka akan menuju Lotte World di pusat kota Seoul. Nyatanya, Mingyu membawa mereka lebih jauh, keluar dari Seoul, hingga mereka tiba di Youngin, Gyeonggi-do.

Plang cantik bertuliskan Everland menyambut kedatangan mereka.

Setelah memarkirkan mobil, Mingyu bahkan membelikan tiket (yah, meski tentu saja uang yang digunakan adalah yang ada di dalam dompet Jaehyun).

Mengira Mingyu akan terus menemani mereka, Pemuda Jung mengangkat alis saat temannya itu hanya menyodorkan dua lembar tiket.

"Baiklah, tugasku sudah selesai di sini. Sana, bersenang-senanglah," sambil berujar demikian, Mingyu melempar dompet tebal Jaehyun.

Teman Hidup [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang