Pagi tadi Jaehyun berangkat kerja dalam suasana yang sama sekali tidak seperti biasanya. Pertama, ia pergi dengan mengenakan kemeja, jas, celana, hingga setelan dasi dan kaos kaki yang dipilihkan oleh.... uhuk, istrinya. Setelan jas dan kemeja yang masih hangat karena baru disetrika ulang. Kedua, saat ia meninggalkan apartemennya, ada seseorang yang mengantarnya hingga pintu depan dengan lambaian tangan dan senyum manis, bagai janji bahwa saat ia pulang nanti akan ada yang menyambutnya.Sungguh, hal-hal tersebut sama sekali tidak familiar bagi Jaehyun. Walau bukan berarti dalam konotasi negatif. Malah, samar-samar ada kehangatan yang memercik di balik rongga rusuk.
Akan tetapi, begitu tiba di kantor dan segala permasalahan bisnis memenuhi benaknya, Jung Jaehyun kembali menjadi seorang robot workaholic dengan pikiran tak terbagi. Sang CEO muda mencurahkan segala tenaga dan pikirannya, melupakan waktu makan siang, tak terusik oleh pergantian waktu. Ia bahkan tidak sadar kapan sekretarisnya sudah undur diri dan menyisakan dirinya seorang di lantai teratas gedung Jung Corp itu. Jaehyun barangkali akan terus di ruangannya hingga lewat tengah malam seandainya handphone-nya tidak berbunyi nyaring tanpa henti dan memecah atensinya.
Nada dering untuk panggilan ini adalah melodi yang terkategori familiar dalam sel neuron, maka Pemuda Jung mengangkatnya tanpa melihat identitas si pemanggil. Yang rupanya menjadi keputusan kurang bijak karena ia tidak menyiapkan diri untuk dibombardir oleh bentakan keras Mingyu.
"KAU DI MANAA, EOH??!! AKU SUDAH MEMASAKKAN ABALONE-MU TAPI JAM SEGINI KAU MASIH TIDAK DI RUMAH???! CEPAT PULANG JUNG!!"
Jaehyun sampai harus menjauhkan iphone-x itu agar telinganya tidak berdenging.
Sungguh, seandainya Mingyu tidak menelepon, Jaehyun bahkan lupa ia sudah meminta--atau memaksa?--temannya itu untuk memasakkan abalone dan menjanjikan pesta sederhana bersama teman-temannya yang lain. Sebenarnya tidak ada alasan khusus yang benar-benar mengharuskan mereka untuk mengadakan pesta di apartemennya hari ini. Hanya sekedar kumpul-kumpul iseng. Kegiatan yang telah rutin mereka lakukan sejak masih di bangku SMU. Dan kebetulan untuk malam ini ada abalone oleh-oleh Eunwoo dari Jeju.
Jaehyun menghabiskan waktu lima belas menit setelah telepon itu ditutup untuk menyelesaikan pekerjaannya, sebelum akhirnya meninggalkan kompleks bangunan Jung Corp.
.
.
.
Begitu tangannya memutar knop pintu apartemen, seruan dan tawa khas teman-temannya mencapai indera pendengar Jaehyun. Melepas asal sepatunya di antara serakan sepatu lain di lorong masuk, pemuda bersurai coklat ini menyerbu masuk.
"Jangan habiskan abalone-ku!" serunya bak bocah.
Sapaan(?)nya membuat semua yang ada di ruang tengah luas itu terdiam dan menatapnya.
"Mana abaloneku??" Jaehyun mengedarkan mata dan mulai berjalan menuju dapur.
"Tentu saja sudah habis."
Jaehyun mendelik dengan tatapan membunuh pada Yugyeom yang menatapnya dengan cengiran tak berdosa. "Aku tidak ingat mengundangmu datang! Keluar kau!" Sentakan Tuan Muda Jung itu tentu saja hanya salakan main-main dan teman-temannya tahu itu. Itu sebabnya Yugyeom hanya tergelak dan melanjutkan game balapannya yang terhenti bersama Jungkook.
Sebelum Sang Tuan Rumah semakin ngamuk-ngamuk karena makanannya raib, Minghao berinisiatif mengakhiri keisengan unfaedah itu dengan menyodorkan suapan stir-fried abalone ke mulut Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup [JAEYONG]
Fanfiction"Eomma, berhentilah menjodohkanku dengan anak-anak gadis kenalan eomma!" "Kau ini sudah di usia yang pantas untuk menikah dan memberi eomma cucu, Jaehyun." "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak menyukai yeoja." "......" Saat Sang Eomma berbalik pergi t...