"uwaaaa!" Hani begitu gembira melihat berbagai wahana yang terlihat mengasyikkan. Dia terus saja menarik-narik tangan Junhyung agar dia berjalan sedikit lebih cepat.
Hani membawa Junhyung ke satu wahana, bianglala. Junhyung menggeleng malas saat Hani merengek minta menaiki wahana itu, Hani terus merengek dan bergelayut manja di lengan Junhyung. Melihat wajah Hani yang sudah begitu menyedihkan, Junhyung akhirnya mengiyakan permintaan Hani.
Hani begitu riang saat ruang yang mereka naiki mulai bergerak naik. Junhyung yang duduk disampingnya hanya diam membeku tak berani menatap keluar. Ada sedikit rasa berdebar di dada Junhyung saat mengetahui kalau benda ini sudah bergerak.
"Junhyung, lihat!" Junhyung masih menutup matanya, tapi Hani kemudian merangkul lehernya dan memaksa Junhyung melihat kejendela.
"apa yang luas itu rumah kita, ya?" tanya Hani sambil menunjuk sebuah bangunan yang cukup luas.
"entahlah,"
"hei, kenapa kau menutup mata? Kau tidak mau lihat? Indah sekali," Hani memeluk Junhyung dari samping dan melihat pemandangan dari jendela yang ada disamping Junhyung.
Hani menatap wajah Junhyung yang sedikit ketakutan dengan matanya yang tertutup rapat. Dia mengepalkan tangannya yang ada diatas lututnya. Ini merupakan pemandangan yang sangat lucu bagi Hani. Hani kemudian memeluk Junhyung lebih erat lagi.
"aku suka bila kau bisa bersikap lebih hangat seperti ini," bisik Hani.
0o0
Puas berputar-putar, Junhyung megajak Hani ke sebuah foodcourt disana, dia hanya ingin duduk beristirahat. Hani terus saja berkicau, dia masih ingin bermain namun Junhyung lelah mengikutinya terus. Junhyung terus cuek dengan setiap ocehan Hani yang merengek. Junhyung tetap fokus pada ponselnya.
Hani diam dan bersandar pada kursi. Dia menatap kearah jalan yang ramai dengan orang berlalu-lalang. Junhyung memperhatikan Hani dengan sebuah senyum, dia merasa harus membuat gadis didepannya ini tersenyum, mungkin dia bisa sedikit merubah dirinya menjadi sosok yang lebih disukai Hani. setelah membaca dari beberapa literatur di internet, Junhyung berniat untuk membuat Hani terkejut dan senang dengan Junhyung yang berubah menjadi sedikit hangat. Junhyung tersenyum tanpa disadarinya, membayangkan Hani yang tersenyum ceria saat bersamanya, bukan Hani yang selalu cemberut seperti ini. walaupun Junhyung tidak suka dengan sikap manja Hani, setidaknya dia harus belajar untuk menyukainya, bukan?
"kajja," Junhyung berdiri dan menatap Hani dengan sebuah senyuman lembut. Dia mengulurkan tangannya pada Hani dan Hani menggenggam tangan itu dengan senyuman.
"kau baik sekali hari ini," Hani merangkul leher Junhyung dan menariknya mendekat. Dia meberikan sebuah kecupan singkat ke pipi Junhyung. Junhyung hanya tersenyum memandang wajah ceria Hani.
Hani tertarik dengan sebuah stand yang menjajakan aksesoris lucu. Hani terpaku dengan sebuah bando telinga kucing berwarna merah muda. Dia berhenti dan mengambil bando itu.
"waah," Hani melihatnya sebentar dan Junhyung memperhatikan itu. Junhyung pikir Hani menyukainya dan dia harus membeli benda itu untuk Hani.
"mau beli?" Junhyung menawarkannya pada Hani, dan Hani mengangguk semangat. Junhyung tersenyum dan membawa benda itu ke kasir.
Mereka berjalan kembali namun dengan wajah tidak nyaman Junhyung. Junhyung yang memakai bando kucing itu sementara Hani terus saja memotretnya dengan ponsel Junhyung karena dia meninggalkan miliknya dirumah, Hani benar-benar bahagia melihat Junhyung. Junhyung berusaha menyingkirkan rasa kesal dalam dirinya dan mencoba menerima semua ini agar Hani senang.
"bukankah harusnya kau yang memakai ini? sakit sekali saat dipakai," Junhyung melepas bando itu dan Hani justru semakin tertawa lepas.
"siapa bilang aku mau beli ini untukku?" Hani kembali tertawa. Merasa ditipu oleh dirinya sendiri, Junhyung hanya mampu tersenyum pasrah menatap benda yang menurutnya konyol ditangannya. Hani menyambar bando itu dan berjinjit, kembali memakaikannya ke kepala Junhyung.

YOU ARE READING
Mine
FanficAku mencintaimu yang bahkan lebih buruk daripada iblis. Bukan dengan kelembutan dan kenyamanan, namun dengan sejuta rasa pedih juga amarah.