PART 23

47 6 2
                                    

Satu jam berlalu namun Junhyung tak kunjung datang. Satu jam lagi pukul 10 malam dan jam malam hampir berakhir. Hani sudah menunggu cukup lama, namun sama sekali tak ada orang yang mau duduk diam di cuaca yang sedingin ini di taman itu selain dirinya. Tamannya sudah mulai sepi namun Junhyung masih belum datang juga.

"oh! Hani!" pekik seseorang. Hani mencari sumber suara dan tersenyum lembut menyambut kedatangan orang itu.

"sedang apa kau disini? Suhunya sedang dingin sekali. Kau mau mati beku?!" omel Daseul pada Hani. "kau sampai pucat begini,"

Daseul masih menatap Hani dengan tatapan khawatir sambil membawa dua kaleng minuman penghangat di tangannya. Dia duduk disamping Hani dan menunggu Hani yang masih saja tersenyum padanya untuk menjelaskan semua.

"aku menunggu seseorang,"

"kau gila?! Kenapa menunggu disini?!" cerca Daseul yang melunturkan senyuman Hani. "sudahlah, ikut denganku saja."

"tidak, tidak bisa. Aku rasa aku harus menunggu orang itu,"

"dan mati?! Sudahlah, ayo ikut aku saja,"

Akhirnya, dengan berat hati Hani meninggalkan kursi yang sudah menemaninya menunggu Junhyung selama beberapa jam itu. Dia mengikuti langkah Daseul menuju sebuah kedai makan dekat taman itu. Sebuah kedai yang tidak terlalu besar namun entah kenapa aroma masakannya begitu sedap.

Begitu Hani masuk, dia menemukan keramaian di dalam kedai itu. semuanya adalah orang yang ada di kelas tadi. hampir semuanya wanita dan hanya ada 4 orang pria yang duduk diantara wanita-wanita itu. Termasuk juga, Dongwoon, guru baru Hani.

"teman-teman! Lihat siapa yang aku bawa!" teriak Daseul yang seketika membuat semuanya menatap Hani. Hani hanya tersenyum lembut dan mengikuti Daseul yang mempersilahkannya duduk disamping Dongwoon yang sedang bercakap cakap dengan murid wanita.

Hani duduk dengan canggung menatap semuanya yang asyik bercengkrama. Aroma daging yang dipanggang juga ramyeon dan soju begitu kuat disini, membuat Hani sedikit mual walaupun dia sebenarnya juga kelaparan.

"Hani, makan dagingnya! Ini restoran paling enak di sekitar kampus loh!" Daseul menyodorkan daging pada Hani dan mengisyaratkan Hani untuk membuka mulutnya. Hani melahap daging itu dengan senang hati dan mengunnyahnya perlahan.

Mood Hani kembali membaik begitu merasakan daging panggang bumbu yang begitu enak. Dia terus tersenyum sambil memegang sumpitnya dan makan dengan senang hati. Hani sama sekali tidak memedulikan orang lain yang menatapnya, makanan adalah segalanya.

"kau sangat suka makan tapi tubuhmu tetap saja bagus, ya?" Daseul menyayangkan tubuhnya yang sedikit gendut. Hani hanya mengangguk menanggapi ucapan Daseul.

"aku suka sekali makan," ucap Hani sambil mengunyah daging yang entah sudah keberapa.

Beberapa lama, Hani masih saja mengunyah tanpa memedulikan Dongwoon yang sedang menatapnya takjub. Sekalipun Hani memiliki tubuh mungil dia memiliki nafsu makan seorang pekerja konstruksi, benar-benar hebat.

Akhirnya di restoran itu hanya tersisa Hani yang masih makan dan Dongwoon yang menatapnya dengan sebuah senyuman sambil terus memberikan potongan daging ke piring Hani. Begitu sepotong daging ditaruh Dongwoon ke piringnya, Hani langsung saja melahapnya dengan senang hati sambil mengeluarkan gumaman aneh.

"kapan kau kenyang?" Hani melotot dan menatap siapa yang berbicara. Karena sedang asyik makan, dia lupa jika ada Dongwoon yang masih disampingnya. Makanan di restoran ini terlalu enak.

"ah, maafkan saya seongsaengnim, saya lupa diri." Ucap Hani sambil membersihkan daerah sekitar mulutnya dengan kertas tisu yang disediakan. "anda pasti melihat semuanya,"

Hani sangat malu sampai pipinya memerah. Hal itu terlihat jelas karena hani memiliki kulit putih bersih. Melihat pipi Hani yang memerah dan dia yang kebingungan membersihkan bekas bumbu di wajah juga bajunya, Dongwoon justru terkekeh pelan.

"jika kau sangat suka makan, apa kau akan pergi makan denganku lain kali?"

0o0

Hani berjalan dengan canggung, menunduk dalam membiarkan wajahnya tertutupi rambut panjang. Jam malam sudah habis dan Dongwoon bersikeras mengantar Hani ke asrama karen Dongwoon memarkirkan mobilnya di parkiran kampus.

Suasananya benar-benar canggung dan Hani masih saja menahan malu. Dongwoon masih saja menatapnya dan itu membuat rasa malunya semakin besar.

"aku benar-benar penasaran denganmu," celetuk Dongwoon. Dia berhenti berjalan tepat didepan pagar asrama sementara Hani masih berjalan menunduk mendahuluinya.

Melihat Hani yang masih terus berjalan menunduk seakan begitu takut padanya, Dongwoon hanya membiarkannya. Itu akan membuat Hani semakin malu dengan membiarkannya berjalan sedikit lebih jauh dan mengingatkan jika dia sudah melewati asramanya. Baru beberapakali bertemu, Dongwoon sudah dibuat begitu gemas dengan tingkah Hani.

"jadi kau ingin ikut aku pulang juga?" Hani berhenti berjalan dan menyadari jika dia berjalan kembali ke gedung kampusnya, asramanya sudah terlewat lumayan jauh.

Hani celingukan dan menoleh kebelakang melihat Dongwoon yang sepetinya sedang menahan tawanya. Bagus, Hani semakin malu saja dengan guru yang satu ini. Ternyata Hani benar-benar bodoh, Junhyung benar.

Hani berjalan cepat memasuki pagar asramanya dan membiarkan Dongwoon pergi begitu saja. Hani terus saja menunduk hingga dia lupa mengucapkan terimakasih. Seketika, Hani berbalik dan melihat Junhyung sedang berdiri di luar pagar.

Jantung Hani serasa berhenti berdetak sekaligus dia merasa sangat senang melihat Junhyung disana. Dengan langkah cepat, Hani menghampiri Junhyung dengan sebuah senyuman malu-malu yang akan membuat setiap orang gemas dengan Hani.

"Jun~" paggil Hani dengan suara manja. Dia meraih tangan Junhyung dan menggenggamnya. Seketika rasa hangat menyambutnya dan memberikan kenyamanan pada Hani, membuatnya inging memeluk Junhyung.

"aku pikir kau tidak akan datang," Hani menatap wajah Junhyung yang masih datar-datar saja. Bagus, mugnkin Junhyung melihat semua adegan tadi dan sekarang dia akan mencabik-cabik Hani ditempatnya berdiri.

"baguslah," senyuman Hani luntur mendengar ucapan Junhyung. Dia menerka-nerka apa maksud dari ucapan Junhyung. "kau sudah kenyang. Sebuah hal bagus aku tidak menghabiskan uang untuk membelikanmu eskrim,"

"aaa~" ucap Hani dengan sebuah nada merajuk yang membuat Junhyung tersenyum tipis.

Cup~

Junhyung mengecup bibir Hani, menempelkan bibirnya sebentar dan berlalu pergi meninggalkan Hani yang masih kebingungan. Hani menatap Junhyung yang berjalan menjauh sambil mengisyaratkan untuk meneleponnya dan melambaikan tangannya pada Hani.

Hani meraba bibirnya yang masih terasa hangat karena ciuman dari Junhyung.

"padahal aku mengharapkan sebuah pelukan,"

0o0

Hani kembali ke kamarnya, dia masih saja memikirkan Junhyung. Pria itu membuatnya bertanya-tanya. Bagaimana jika Junhyung melihat Hani bersama dengan guru itu? Dia pasti akan sangat marah, dan itu bukan sebuah hal yang baik. Hani benar-benar bodoh.

Hani duduk di pinggiran kasur dan menatap ponselnya, akankah dia menelepon Junhyung? Haruskah dia menjelaskan semuanya? Tapi jika Hani menjelaskan semua dan junhyung sebenarnya tidak melihat Hani bersama Dongwoon, maka situasi akan terasa lebih sulit.

Drrrt

Hani terkejut sampai hampir menjatuhkan ponselnya, akhirnya dia menerima panggilan itu dan menunggu Junhyung berbicara duluan.

"Jun? Halo? Kau salah memencet, ya?" karena tak ada yang berbicara di seberang sana, akhirnya Hani memulai berbicara duluan.

"tunggu... sebentar..."

"kenapa suaramu seperti itu? Kau sedang apa? Kau sedang buang air besar? Jun kau membuat aku khawatir," Hani mulai tidak tenang mendengar suara Junhyung yang sepertinya sedang menanggung beban berat.

"sedikit... lagi..."

BRAK

"yya! Jun?! Yong Junhyung!"

MineWhere stories live. Discover now