Hani sedang memerhatikan pelajaran, tidak, Hani sama sekali tidak fokus. Entah kenapa pikirannya terus tertuju pada senyuman Junhyung semalam. saat hani bangun tadi pagi, junhyung sudah menghilang dari sisinya dan itu membuatnya sedikit... sedih.
Tidur di pelukan hangat Junhyung menjadi sesuatu yang diinginkannya sekarang. otaknya sedang penuh dengan suara berat Junhyung yang entah kenapa jadi begitu seksi, juga bagaimana tangan Junhyung mengelus pipinya, memberikan sensasi aneh yang meletup di hati Hani.
Tak lama setelah itu, bel berbunyi. Sudah saatnya istirahat makan siang, dan entah kenapa Hani masih belum bisa melunturkan senyumannya. Dia sama sekali tidak memedulikan bagaimana orang disekitar menatapnya aneh. Siapa peduli memangnya?
"yya! Ponselmu bergetar terus!" celetuk Daseul sambil merapikan bukunya. Segera saja senyuman Hani bertambah lebar melihat siapa yang meneleponnya.
"ekhm~ yya! Daseul-ah! bagaimana suaraku?" ucap Hani sambil mencoba membuat suara yang sedikit manis.
"itu cukup manis," senyuman Hani mengembang dan dia segera menerima panggilan itu.
"Jun-ah~~~" pekik Hani dengan suara mengerikan yang sangat jauh berbeda dari suaranya saat latihan tadi. Sontak hal itu membuat Daseul menjatuhkan beberapa bukunya.
"kau sedang istirahat?"
"hmm, wae? Mau bertemu? Dimana? Kau pasti sudah merindukanku. Ahaha, aku merindukanmu juga!" Hani terus bersikap aneh membuat Daseul hanya bisa menatapnya.
"tidak."
"oh, kenapa kau menelepon?" seketika suara Hani menjadi 180 derajat berbeda. suaranya menjadi suara yang lebih dingin, dengan perubahan seketika setelah mendengar Junhyung tidak merindukannya.
"aku ada sedikit urusan. Mungkin aku akan sulit dihubungi,"
"baiklah. Jika urusanmu dengan wanita lain. Tak apa. pergilah. Toh, aku juga sibuk." ucap Hani sok cuek.
"kenapa kau begitu posesif akhir-akhir ini, hmm?"
"kalau hanya itu yang ingin kau beritahukan kenapa tidak segera menutup teleponnya?"
"aku akan menemuimu nanti."
"jika kau menemui wanita lain, aku tidak mau bertemu denganmu."
"hmm. makan yang banyak, istriku."
kembali suara-suara aneh terdengar dari Hani yang dipanggil seperti itu oleh Junhyung. Dia kembali tersneyum malu-malu sambil sesekali menghentakkan kakinya ke lantai.
"yya, yya, kau membuatku takut."
"aaa~ bagaimana ini Daseul-ah?! Dia terlalu manis!"
0o0
"Junhyung-ssi," Junhyung memasukan ponselnya ke dalam saku dan menatap siapa yang memanggilnya. Seorang wanita dengan gaun pengantin mengembang berwarna putih yang terlihat begitu mewah.
"bagaimana?" Junhyung hanya diam dan menatap mata Haera tajam.
"kau benar-benar menepati janjimu?" tanya Junhyung. membatu ditempatnya berdiri sambil terus tersenyum manis pada Junhyung.
"tentu saja," mata Haera terus mengikuti gerak pelan dari Junhyung yang berjalan menuju sebuah buket bunga.
tangan Junhyung meraih buket itu dan membantingnya, menimbulkan suara keras karena yang ada dalam buket itu adalah sebuah kamera. Kamera itu pecah berkeping-keping namun Junhyung justru mengambil buket di sudut lainnnya dan kembali memecahkannya.
"aku bilang tidak ada kamera,"
"tapi, Junhyung-ssi, toh pernikahan ini cepat atau lambat akan diketahui publik,"
YOU ARE READING
Mine
FanfictionAku mencintaimu yang bahkan lebih buruk daripada iblis. Bukan dengan kelembutan dan kenyamanan, namun dengan sejuta rasa pedih juga amarah.